SEPULUH

51 5 0
                                    

*******

"Iyo. Di kampung Bugis itu kebakaran besar. Berapa rumah kos tu, habis. Rata deng tanah." Seorang ojol memberi info saat mereka berkumpul. "Adooo itu lagi. Tong pu kawan juga berapa orang di situ jadi korban. Dong pu motor habis," sambung seorang ojol yang lain. Vio jadi berpikir keras.

"Bagaimana kalo tong kumpul sumbangan kah? Tong iuran baru tong minta sumbangan juga di lampu merah. Pasti bisa itu," usul Vio. "Betul juga! Kayanya bisa itu. Mari sudah tong bergerak sekarang!" sambut ojol lainnya. "Ayo ayo ayo!" Ojol lain serempak bergerak.

***

Siang itu, para ojol membagi tiga rombongan. Mereka berencana meminta sumbangan di lampu merah untuk menolong korban kebakaran daerah Kampung Bugis.

Mereka sangat bersemangat. Memegang karton-karton bertuliskan "Sumbangan untuk korban kebakaran Kampung Bugis" di lampu merah. Dengan ramah, mengucapkan "terima kasih" pada siapapun pemberi sumbangan. Mereka melakukan itu selama tiga hari dari jam 9 pagi sampai jam 11 siang.

Uang yang terkumpul sampai jutaan. Mereka lalu menyumbang kepada para korban kebakaran. Para korban tinggal di tenda sementara, sebagian tinggal di masjid. Ada yang terpaksa pulang kampung.

Bantuan para ojol kali itu sangat meringankan beban mereka. Karena para ojol memberikan bantuan berupa sembako, pakaian dan kebutuhan lain untuk korban kebakaran. Hari itu dipenuhi tangis bahagia dan sujud syukur pada Tuhan oleh warga Kampung Bugis.

***

"Kawan, bagaimana?" tanya Vio pada sesama ojol yang jadi korban kebakaran. "Adoooh. Tra bisa 'narik' lagi. Motor hangus begitu," jawabnya dengan wajah sedih. "Tapi bukan sa saja, ada tong teman 4 orang juga. Karena, tong pu motor itu parkir baku dempet. Terus waktu kebakaran, pagar parkiran itu ta kunci. Baru tra tau kunci dimana," terang si ojol ini. Vio merasa sedih. Tapi di otaknya berputar suatu ide.

"Yang sabar e kawan. Tong akan coba bantu," lanjut Vio. Kawan ojol Vio itu mencoba menguatkan diri. Yah, walaupun pada akhirnya mereka tetap bersedih.

Satu ide yang terus hinggap di otak Vio sejak beberapa hari lalu, sepertinya harus segera di wujudkan. Karena itu pasti akan meringankan beban kawan ojol mereka.

***

"Ma, sa mo jual motor!" kata Vio di meja makan malam itu. "Mau jual motor? Bukannya semua itu motor kesukaanmu?" Mamanya bertanya. "Sa mo bantu sa pu teman-teman ojol yang motornya habis gara-gara kebakaran kemarin. Dong tra bisa 'narik', jadi tra bisa bayar cicilan motor sama uang kos," terang Vio.

Mamanya menarik napas dalam. "Betul motormu mau kamu jual?" Mamanya  memastikan. "Iyo Ma. Sa su pikir baik-baik. Sa mo jual saja. Daripada tinggal begitu saja di garasi. Lebih baik sa jual," sambung Vio.

"Kali ini ko ada hati juga e?" sambut Margareth. "Ko pikir sa ni 'beton tanggul' kah? Iyalah sa masih punya hati!" sambut Vio. "Hahaha... Yang mana yang ko mo jual?" tanya Margareth. "GSX sama CRF itu," kata Vio mantap. "Hmmm yo yo," kata Margareth. Vio bingung. Sebenarnya kakaknya mau membantu atau tidak?

***

Dua hari setelah Vio mengutarakan niatnya, dia mendapat telepon dari seorang yang mau membeli motor Vio. Teman Margareth, sesama kuasa hukum. Lelaki itu menawarkan harga yang cukup bagus untuk motor Suzuki GSXR-600. Keduanya sepakat bertemu di sebuah kafe keesokan harinya.

"Cill... Bisa minta tolong?" Vio menelepon Priscill malam itu. "Eh Vio, tumben nelpon. Ada apa?" tanya Pricill. "Sa mau minta tolong. Besok antar sa ketemu orang bisa? Soalnya sa mau jual motor," lanjut Vio. "Eh, mau jual motor? Kenapa? Kok mendadak?" tanya Pricill. Vio menjelaskan rencananya untuk menjual motor itu dan uangnya akan dibelikan motor baru untuk kawan ojolnya yang terkena musibah.

"Oke. Tapi aku dapat persenan yah?" tawar Pricill. Dia tidak serius dengan hal itu. "Iya, Cill. Besok sore sa jemput. Makasih.. Cill," tutup Vio.

Keesokan harinya, sewaktu sore hari. Vio menjemput Pricill di rumahnya dengan MT-09. Mereka berkendara ke rumah Vio. Vio lalu mengendarai GSX dan Pricill mengendarai "sahabat" Vio. Keduanya menuju kafe yang disepakati.

Negosiasi berjalan lancar. Motor laku terjual. Vio puas dengan apa yang dia lakukan. Sekarang, uang sekian puluh juta itu, bisa dijadikan modal untuk membelikan kawan-kawan ojolnya motor baru untuk 'narik'.

"Vio, mana persenan aku?" tanya Priscill. "Eh iya ya, lupa. Kita ke ATM dulu," sambut Vio. "Hehehe, nggak Vio. Aku becanda aja! Aku senang bisa nolong Stelvio, yang mencoba meringankan beban orang lain. Aku bangga deh," ungkap Pricill jujur. "Ehmm.. Yaahh..." Vio salah tingkah lagi.

Keesokan harinya, ada seorang 'client' Margareth yang datang ke rumah. Dia mau membeli CRF 250 Rally mikik Vio. Harga yang ditawarkan sepadan. Vio menerima tawaran itu. "Puji Tuhan! Motor laku!" serunya.

***

Tiga hari setelah itu, Vio mengajak 5 orang kawan ojolnya, korban musibah kebakaran. Mereka tidak tahu kalau akan dibawa ke dealer motor dan semua kawan-kawan ojol sudah menunggu di sana. Untuk memberikan kejutan motor baru bagi mereka.

Setibanya di dealer motor. Ke-5 orang itu bingung. Vio mengajak mereka masuk ke dealer motor. Di dalam dealer, kawan-kawan ojol sudah menunggu bersama para karyawan dealer. Hari itu, dealer motor itu disewa untuk memberikan kejutan bagi ke-5 orang ojol yang beruntung.

"KEJUTAN!" Semua orang dalam dealer bersorak bagi ke-5 orang ojol tadi. Mereka bingung. Memangnya siapa yang ulang tahun?

"Hari ini, hari spesial untuk bapak berlima. Karena, kawan-kawan ojol bapak, sama-sama saling tolong untuk menghadiahkan sama bapak berlima... " terang pemilik dealer.

Dia menepi. Kain pembungkus dibuka. Menampilkan 5 unit motor matic premium di depan 5 ojol tadi. "Motor ini untuk bapak berlima, biar bisa 'narik' lagi." Pemilik dealer mempersembahkan motor itu untuk kelima orang ojol tadi.

Mereka berdiri disana, terdiam lebih dari semenit. Menatap 5 unit motor baru di depan hidung mereka. Lalu, satu persatu berlutut dan bersujud. Menaikkan ungkapan syukur yang luar biasa pada Tuhan, karena rejeki yang diberikan pada hari itu.

***

Kegembiraan memenuhi dealer motor itu, seharian. Para karyawan dan para ojol sama-sama heboh dengan 5 orang ojol yang mendapat motor baru. Vio, berdiri di sudut dealer dengan Pricill. Dia puas! Idenya sukses! Yah, walaupun GSXR-600 dan CRF 250 Rally miliknya harus dijual.

Tapi, itu sepadan! Bahkan melebihi perkiraan! Karena, kawan-kawan ojolnya juga bekerja sama agar ke-5 ojol korban musibah kebakaran, bisa kembali 'narik' demi mencari nafkah.

"Stelvio yang sekarang, masih seperti yang dulu. Tetap baik hati dan suka nolongin orang. Aku bangga," bisik Pricill pada Vio. "Sudahlah, Cill. Ini cuma hal kecil," jawab Vio. "Kecil untukmu, besar untuk orang lain! Jadi pengen balikan deh, Vio!" ungkap Priscill.

Dengan dahi berkerut, Vio menoleh pada Priscill. Seakan tidak percaya dengan apa yang didengar siang itu. Priscill hanya membalas Vio dengan 'peace sign' dan lidah sedikit terjulur, sambil mengedipkan mata sebelah.

*******


Sesuai aplikasi ya? (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang