"DIMASSS!!!"
Suara sorakan penonton cewek memenuhi lapangan, terlihat beberapa orang mulai berdatangan sambil memegang spanduk. Orang yang di dukung tersebut berlari dengan lihai menerobos pertahanan lawan dan,
Shoot!
Lemparan indah membuat semua orang kembali berteriak. Pesona dan kemampuannya saat ini tengah mencuri perhatian pendukung anak SMA lain yang juga ikut datang.
"Gue emang nggak ada lawan kalo masalah basket" ucap Dimas sambil tersenyum ke arah temannya.
"Kalo bukan karena lemparan indah gue, lo nggak bakalan ngecetak poin" balas Yadi
"Tapi tetep aja gue yang paling di sorakin."
"Geer aja lo, liat tuh pendukung gue kayak kacang telor!"
"Dua tiga bulu babi, muka lo kayak babi!" Ronal berjalan menjauh dari mereka dan mendekat ke arah Anji yang saat ini sudah tebar pesona di depan penonton. Baru saja Yadi ingin membalas Ronal, pluit sudah terdengar membuat mereka harus kembali bermain.
Di samping itu Alin tengah sibuk menata buku di atas mejanya.
"Ayo Lin! Cepetan ke lapangan sekarang, ntar basketnya ke buru selesai," desak Fania di pintu kelas.
"Iya Fan tunggu," Alin kemudian mendekati Fania dan mengikutinya yang sudah tidak sabaran.
"Ayo Lin cepet!"
Mereka berdua kemudian masuk menyelinap ke dalam barisan penonton. Alin sedikit kesulitan, tapi Fania membantunya dengan cekatan. Setelah mereka sudah sampai di barisan paling depan Fania langsung berteriak memberi semangat. "ANJI SEMANGAT!!!"
Orang yang disoraki melirik sebentar ke arahnya, tapi dengan cepat langsung membuang pandangannya ke arah lain.
"Dia kok sombong banget"
"Sabar Fan, namanya juga lagi lomba mana fokus ke penontonnya" kata Alin menenangkan Fania. Cewek itu kemudian kembali tersenyum dan mengangguk semangat.
Setelah 30 menit kemudian pertandingan berlangsung, pluit terakhir berbunyi pertanda pertandingan telah selesai. Sorakan semakin bergemuruh saat tim Dimas lah yang memenangkan pertandingan.
"Gue kan udah bilang, kalo ada gue tim Anji pasti menang" ujar Fania senang, dia kemudian menyuruh Alin untuk menemaninya berfoto dengan Anji.
"Temenin gue yah."
"Yaudah cepet," balas Alin. Ia kemudian menemani Fania menemui Anji di pinggir lapangan. Demi apa pun, ketampanan mereka bertambah saat berkeringat seperti ini dan itu membuat cewek lain juga ikut berfoto.
"Mas, kita foto yuk," ajak salah satu cewek yang juga ikut bergabung.
"Nggak ah, muka lo nggak cakep-cakep amat!" tolak Dimas membuat teman sekitarnya menatap ke arahnya. Alin yang melihat itu sedikit kasihan dengan cewek itu, cuma karena ingin berfoto, dia malah di permalukan.
"Lin lo mau foto sama gue?"
Alin menatap dingin ke arah Dimas saat cowok itu dengan pede bertanya padanya. "Nggak ah! Muka lo nggak cakep-cakep amat"
Sontak Ronal, Yadi dan Anji tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Alin. Mereka takjud, ternyata masih ada cewek yang mengakui kejelekkan Dimas secara langsung.
"Gini nih kalo kelamaan di dalam ruangan, penglihatan lo masih rada gelap" kata Dimas mencoba menahan malu yang membuat harga dirinya hilang seketika di depan umum.
Alin meninggalkan Dimas dan mengabaikan perkataannya. Biarkan saja, Alin sangat kesal saat cowok itu dengan mudahnya menolak tawaran orang yang berniat baik padanya, apalagi sampai menghina seperti itu. Alin sangat benci!.
"Wow! Gue kagum sama tuh cewek, kok ngomongnya bisa bener gitu yah" celetuk Ronal
"Dimas semakin memanas bung!" tambah Anji sambil tertawa.
"Gue rasa dada nih anak bengkak deh, udah emosi gitu di katain cewek, apalagi kemarin kan nggak di kasih nomor" kata Yadi memanaskan suasana hati Dimas.
"Bacot lo semua!" hardik Dimas kemudian meninggalkan ketiga temannya dengan para fans nya. Ia pergi mencari cewek itu di sepanjang koridor dan kelas yang di lewati. Setelah cukup lama mencari, akhirnya ia menemukan cewek itu sedang duduk di kantin dengan temannya.
"Alin!"
Orang yang di panggil menoleh saat mendengar namanya. Ia melihat Dimas berjalan mendekat ke arahnya.
"Gue minta nomor lo!" ujar Dimas yang saat ini sudah duduk di depannya. Ia tidak mau di pandang remeh oleh ketiga temannya hanya karena seorang cewek. Semua mata melihat ke mereka, penasaran dengan apa yang terjadi. Sedangkan Fania di sampingnya memegang pelan pundak Alin.
"Nggak mau!"
"Wuahhh" sontak semua cowok yang ada di kantin takjub dengan respon langkah Alin. Bagaimana tidak, hampir semua cewek di sekolah mereka selalu mengagung-agungkan Dimas setiap harinya, tapi lihat sekarang, reaksi Alin benar-benar di luar dugaan.
"Kenapa nggak mau?!"
"Karena gue benci dan nggak suka sama lo! Sok kecakepan! Nakal! dan Kasar!"
Dimas mematung tak percaya dengan apa yang di dengarnya. Ini bukan mimpi kan? Seorang Dimas yang hidup dengan sorakan cewek setiap harinya sedang di permalukan di depan umum. Ini akan jadi sejarah memalukan untuk anak dan cucunya nanti. Alin menatap sinis ke arahnya sebentar sebelum akhirnya pergi.
"LIN! GUE PASTIIN LO PASTI BAKALAN SUKA SAMA GUE!" teriak Dimas percaya diri
👑👑👑
Setelah bel sekolah berbunyi, Alin tidak langsung pulang. Ia menyempatkan waktu untuk meminjam buku di perpustakaan, seperti kebiasaannya dulu di sekolah lama. Ia berjalan di pinggir lapangan setelah berhasil meminjam buku langka yang ia cari beberapa hari yang lalu.
"Lin!"
Suara panggilan membuat Alin menoleh dan menemukan Dimas sedang latihan basket bersama temannya. Alin memutar mata malas dan melanjutkan langkahnya.
"Alin!" panggilnya lagi yang kini sudah berdiri di depannya menghadang jalan.
"Lo baru pulang?"
"Kenapa?"
"Kebetulan gue baru selesai latihan, pulang bareng yuk!" ajak Dimas
"Nggak!" Alin melewati Dimas begitu saja tak mau mengobrol lama dengannya.
"Lo kok gitu sih, sombong amat! Asal lo tahu yah, gue nih cowok yang paling ganteng di sekolah, semua cewek pada suka sama gue. Masa gue anter pulang lo nggak mau sih?" Dimas kembali menghadap langkahnya dan membuat Alin kesal.
"Gue nggak punya urusan sama lo."
"Tapi gue punya urusan sama lo! Sekali lo bikin gue tertarik, berarti lo siap gue gangguin."
"Oh kalo gitu selamat, waktu lo bakal terbuang sia-sia" ucap Alin yang kini setengah berlari agar Dimas tak lagi menghadang jalannya.
"Lihat aja nanti!"
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE LOKAL
Teen FictionKetika seorang cowok yang paling famous di sekolah, dikenal dengan kenakalan dan juga kealimannya, menyukai gadis cuek sepertimu. Apa jadinya? Sering dikejar tapi bukan layangan, sering dipantau tapi bukan artis dialah Alin Fauziah, gadis cuek yang...