PART 4 - PERMALUIN AJA GUE

49 2 0
                                    

Dimas duduk setelah berjam-jam latihan basket bersama temannya. Keringat membanjiri pilipis dan tubuhnya, ia mengambil handuk kecil dan mulai menyeka keringatnya.

"Eh Mas, lo suka yah sama Alin," tebak Ronal sambil menaik-turunkan alisnya.

"Menurut lo? Liat aja tuh sikapnya berubah 180 derajat agresif kalo ke Alin," celetuk Anji.

"Gini nih, kalo anak kelamaan jomblo, sekalinya suka cewek lepas kontrol," tambah Yadi.

"Gue sih setuju-setuju aja lo sama Alin, tapi gue curiga kalo dia tuh suka sama gue." Ronal tampak beropini

"Najis gila si Alin suka sama lo!" Yadi memukul kepala Ronal karena kesal mendengar kehaluan temannya itu.

"Bacot lo semua! Udah nggak usah bahas itu"

"Okey, jadi kita mau bahas apa?," tanya Ronal

"Bahas acara yang minggu depan, kalian jadi pergi kan?" tanya Yadi memastikan.

"Kemana?" tanya Anji.

"Masa lo lupa, acara secret party yang di adain anak-anak"

"Oh itu, gue ikut lah, secara anak-anak udah pada nyiapin ini tanpa sepengetahuan guru," Ronal mengangguk tampak setuju dengan Anji.

"Lo gimana Mas?"

"Belum pasti, ntar gue kabarin di grup deh. Soalnya ada kemungkinan minggu depan ade gue nggak les, jadi mau nggak mau gue yang jagain dia."

"Di tunggu kabarnya segera."

"Oke, kalo gitu gue pulang dulu yah," ujar Dimas sambil berdiri.

"Gue juga pulang deh," sahut Anji di susul Ronal dan Yadi.

Mereka pun pulang dengan motor masing-masing. Dimas sudah kelelahan dan ingin segera mandi membersihkan tubuhnya.

Saat di perjalanan pulang, Dimas tak sengaja melihat Alin berdiri di piggir jalan sambil memegang kantung plastik hitam. Senyumnya merekah saat Alin juga melihat ke arahnya, tapi bedanya wanita itu memasang wajah datar.

"Alin," panggil Dimas dari kejauhan.

Alin membuang nafas kasar saat Dimas menghampirinya. Ia tidak ingin menggubris pria itu, karena ia tahu pada akhirnya mereka akan berdebat.

"Sendirian aja, mau kemana? Nunggu angkot? Gue anter yah, kebe---"

"Udah lo pergi sana! Ganggu orang aja," usir Alin.

"Kalo lo jutek kayak gini, gue makin tertantang buat dapetin lo."

"Sebenarnya lo mau apa sih dari gue? Nggak malu yah kayak gini? Atau harus gue permaluin?"

"Permaluin aja, gue udah kebal sama omongan tetangga, apalagi omongan lo yang pedes kayak cabe seger..."

"...Rumah lo di mana sih, gue pengen main."

"Di atas tanah dan di bawa langit!" desis  Alin kemudian meninggalkan Dimas saat melihat angkot dari kejauhan. Dimas tersenyum saat melihat wajah jutek Alin. Sialan, Dimas jatuh cinta sama cewek model kayak gitu.

👑👑👑

Alin menatap laptop di hadapannya sambil sesekali menulis sesuatu di buku. Ia tampak serius mengerjakan PR sejarah yang di berikan bu Neli tadi pagi.

Tring!

Alin menoleh ke arah ponselnya saat benda tersebut berdering untuk ke dua kalinya. Ia meraih ponselnya di atas nakas dan melihat siapa si pengirim pesan.

Fania : Lin gue punya temen cowok, dia pengen kenalan sama lo.

Alin : Siapa? Yah kalo mau kenalan, kenala aja kali. Pake nanya segala😂

Fania : Nama nya Al Baraq. Lumayan keturunan arab, cakep.

Alin : Bukan anak bar-bar kan? Ntar yang ada bawa pengaruh buruk lagi

Fania : Kalo masalah itu gue nggak tahu, tapi kayaknya baik sih.

Alin : Yaudah, lo punya fotonya nggak? Gue penasaran

Fania : Gue nggak punya fotonya. Tapi lo chattan aja sama dia, paling besok dia ngirim pesan, soalnya malam ini dia sibuk.

Alin : Ok

Fania : Btw, tugas sejarah lo udah selesai belum?

Alin : Belum, masih sebagian yang baru gue kerja.

Fania : Yaudah kirim aja yang ada, daripada nggak ada sama sekali.

Alin : send you picture

Fania : Thank you baby❤

Alin menyimpan ponselnya dan menyelesaikan tugasnya secepat mungkin. Setelah itu ia membersihkan badannya dan turun bergabung dengan keluarganya.

"Tugasnya udah selesai?" tanya Ayah Arul.

"Udah yah." Alin duduk di sofa bersama ayahnya.

"Gimana sekolahnya nyaman?"

"Nyaman kok yah"

"Nggak ada yang berani gangguin Alin kan?" Tiba-tiba Alin teringat akan sosok Dimas yang beberapa hari ini mulai menggangunya.

"Ayah tanya, di sekolah nggak ada yang gangguin kan?" tanya Ayah Arul sekali lagi saat tak mendapat respon dari sang anak.

"Iya yah, semuanya pada baik. Nggak ada yang gangguin Alin kok" jawab Alin bohong. Secara ia tidak mau menambah masalah, Alin sangat tahu sifat ayahnya jika ada yang sampai mengganggunya. Pernah sekali waktu di kota lamanya, ada satu cowok yang membuat Alin menangis, Ayahnya langsung kerumah anak itu dan memberikannya sedikit pelajaran berupa tes fisik. Begitulah ayahnya, sebagai tentara dia di latih sifat tegas dan selalu menjaga kedua perempuannya, yaitu Alin dan bunda Aya.

"Kan Alin nggak lama lagi lulus sekolah, mau lanjut di mana?" tanya Bunda Aya yang ikut duduk di sebelah Alin.

"Alin mau kuliah, tapi belum dapat universitas yang cocok bun"

"Jurusan apa?"

"Hukum, Alin mau jadi pengacara."

"Udah Lin, kamu ikut ayah aja jadi prajurit TNI. Tegas dan bisa jaga diri, karena udah sering latihan fisik." sambung Ayah Arul.

"Nggak mau yah, Alin nggak pengen jadi prajuri TNI."

"Ntar tiap pagi ayah temenin latihan."

"Alin kan udah bilang yah, Alin nggak pengen. Bukannya Alin nggak suka, tapi Alin nggak kepikiran sampe kesana."

"Udah yah, Alin nya nggak usah di paksa." bela bunda Aya.

"Di coba aja bun, siapa tahu Alin lolos"

"Nggak! Pokoknya Alin tetep jadi pengacara. Titik!" Alin berdiri meninggalkan kedua orang tuanya dengan perasaan kesal.

BERSAMBUNG...

PRINCE LOKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang