PART 6 - MENCOBA TIPE KEDUA

36 2 0
                                    

Alin menerobos kerumunan siswa/i di koridor. Ia berlari masuk ke dalam kelas dan menenggelamkan wajahnya di meja. Ia menangis sejadi-jadinya mengingat kejadian tadi, di mana Dimas sudah kelewatan dan membuatnya malu.

"Udah Lin yang sabar." Fania mengelus punggung Alin untuk menenangkan temannya itu.

"Fan, dia udah kelewatan. Setiap hari dia ngelakuin sesuatu yang bikin gue nggak tenang dan tadi dia bikin gue malu. Gue benci sama dia!" isak Alin.

"Iya gue ngerti apa yang lo rasain. Udah tenang aja, habis ini kalo dia gangguin lo lagi, gue yang bakal ngadepin dia." Alin mengangguk mendengar perkataan Fania.

"Lin gue minta maaf." Dimas tiba-tiba masuk dan mendekati mereka. Alin menyembunyikan wajahnya di belakang Fania tak ingin melihat cowok itu.

"Mas, mending lo ngga usah gangguin Alin lagi! Lo udah bikin dia nangis kayak gini dan sekarang lo mau minta maaf. Buat apaa?!" Fania terlihat emosi. Dia tidak tahan jika ada yang menganggu temannya bahkan sampai menangis seperti ini.

"Fan, izinin gue ngomong ke Alin bentar."

"Nggak! Alin nggak suka sama lo, dia benci sama lo! Mending lo pergi aja, daripada bikin dia tambah nangis."

"Gue akuin gue salah, tapi kali ini gue bener-bener minta maaf."

"Gue nggak mau ngomong sama lo lagi!" teriak Alin.

Dimas merasa bersalah sudah membuat Alin menangis. Ia berusaha menarik perhatian Alin, tapi sepertinya caranya salah dan terlalu berlebihan.

"Lin sebelumnya gue minta maaf sama lo, gue mungkin terlalu berlebihan. Tapi jujur, ini cara gue buat narik perhatian lo karena gue nggak tahu cara memperlakukan cewek gimana. Gue janji nggak bakal bikin lo nangis lagi, tapi sorry gue nggak bisa janji kalo berhenti suka sama lo. Gue harap lo maafin gue." Dimas tersenyum getir lalu keluar dari kelas dengan perasaan bersalah.

"Lin dia udah pergi," ucap Fania. Alin kemudian mengangkat wajahnya dan menyeka air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Udah berhenti nangis."

👑👑👑

Dimas duduk di bangkunya dengan tatapan kosong. Pikirannya masih berputar pada kejadian tadi, ia bingung bagaimana caranya agar Alin mau memaafknnya.

"Udah, nggak usah galau gitu," ucap Yadi di sebelahnya. Mereka bingung harus mengatakan apa pada Dimas, pasalnya di sini posisi Dimas memang salah. Karena tidak semua orang bisa di ajak bercanda, apalagi berlebihan di depan umum seperti tadi.

"Iya, ntar deh gue cariin cewek 3 buat lo," tambah Ronal.

"Si Dimas nih lagi galau gimana caranya biar si Alin mau maafin dia, bukan mau cari cewek lain," sahut Anji yang sedang membaca buku di sebelahnya.

"Ah lo kaya ngerti aja masalah kayak gini," balas Ronal.

"Yah ngertilah, gue juga pernah pacaran kali."

"Sama siapa? Kok kita nggak tahu."

"Ada deh, nggak usah kepo!"

"Ssssombong amat!"

"Gue sih sebenarnya tahu gimana caranya biar si Alin mau maafin lo dan deket sama lo," ujar Aji membuat Dimas yang tadi bad mood seketika menoleh tampak semangat.

"Gimana?!"

"Tapi lo harus denger apa kata gue."

"Iya, gimana caranya?"

"Gini yah dari pengalaman gue, ada 3 tipe cewek di muka bumi ini kalo mau di deketin. Pertama, pengennya secara berlebihan, kedua nggak suka terlalu berlebihan dan ketiga nggak suka di deketin yah karena emang dia nggak suka sama lo"

"Dan menurut gue si Alin tipe 3," celetuk Ronal. Yadi membungkam mulut Ronal dan mempersilahkan mereka kembali melanjutkan obrolan.

"Kalo tipe pertama udah lo lakuin tapi si Alin nggak suka, berarti tipe pertama di coret dari daftar. Tinggal 2 tipe nih, lo coba tipe kedua dulu dan kalo masih gagal mending lo cari cewek lain. Gue miris sama kehidupan percintaan lo."

"Gimana jadi tipe kedua?"

"Gampang, pelan-pelan tapi pasti. Bikin sesuatu yang nggak terduga dan romantis. Inget! Nggak boleh agresif."

"Ok! Tapi mulainya dari mana?"

"Udah tenang aja, pulang sekolah kita pergi belanja."

"Ngapain?!"

"Lo mau di bantu nggak?"

"Iya-iya gue mau." Dimas tersenyum senang dan tak sabar mengikuti arahan Anji sepulang sekolah.

BERSAMBUNG...

PRINCE LOKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang