🔹🔹Mi Destino🔹🔹
.
.
Eliana Kanaya Putri namanya.
Seorang gadis remaja cantik yang hidup bersama ibu dan kakak perempuannya. Jika ditanya kemana ayah dari Eliana, maka akan ku jawab bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Arman, ayah Eliana meninggal dunia karena menyelamatkan Eliana dari penculik anak, dan dalam insiden itu Eliana yang selamat harus menanggung kebencian sang ibu karena merasa suaminya meninggal gara-gara Eliana, bahkan kebencian itu ada hingga kini.
Eliana kecil tak pernah lagi mendapatkan kasih sayang dari ibunya. Tidak pernah. Tolong garis bawahi.
" PEMBUNUH!!" kata itulah yang selalu Vanya ucapkan pada anaknya.
Entah kenapa kebencian selalu hadir saat ia melihat sosok Eliana. Wajah suaminya yang penuh dengan darah selalu terbayang dalam pikiran Vanya. Anak itu pembunuh.
" Aku bersumpah akan membuatnya menderita.."
.
.
.
" Rana.. Ayo turun sayang.. Sarapan.." teriak Vanya pada anak sulingnya.
" Iya bu.."
Tak lama seorang gadis cantik pun turun dengan tampilan yang sederhana namun cantik. Rambutnya panjang dan pakaiannya juga sangat modis. Sangat sempurna.
Rana pun duduk di meja makan sambil tersenyum pada ibunya.
" Bu.. Eli mana?" tanya Rana.
Karena pertanyaan Rana, air muka Vanya langsung berubah. Anak itu memang mampu membuat mood-nya rusak, bahkan walau hanya disebut sekalipun.
" Jangan tanya dia pada Ibu.." ketus Vanya..
" Ibu.."
Rana memang menyayangi adiknya, sangat malah. Ia masih ingat saat dulu ayahnya menitipkan Eliana untuk ia jaga. Itu adalah wasiat dari ayahnya, dan ia harus menjaganya 'kan?
" Eli.. Kakak tahu kamu di dapur. Sini.." paggil Rana.
Seketika muncullah seorang gadis cantik dengan pakaian lusuhnya. Ia belum mandi atau siap-siap. Karena, ia tak akan kemana-mana, ia tak sekolah ataupun bekerja. Karena ia bekerja dirumahnya. Sebagai seorang Pembantu.
" Ada apa kak?."
" Ayo makan.. Kamu pasti lapar... Ayo duduk." ajak Rana.
Namun bari saja Eliana akan duduk, tangannya kemudian dicekal oleh sang ibu.
" Kalau kau makan disini.. Kau duduk di bawah. Ini derajatmu PEMBUNUH.." ucap Vanya.
Eliana hanya tersenyum.
Ia sudah biasa. Perlakuan ini sudah sangat biasa.
" Ibu.. Eli adikku.. Biarkan dia diatas." bela Rana. Namun, Eliana malah tersenyum dan menggeleng pada Rana.
" Kak.. Aku suka dibawah kok.. Dekat dengan ibu.." ucap Eliana.
Dia pun duduk bersila di bawah tempat duduk ibunya. Begitu dekat.
Eliana tersenyum pahit sambil memakan roti tawar yang diberikan ibunya tadi. Walaupun hanya diolesi mentega itu lebih baik, Eliana bisa dekat dengan ibunya.
" Ibu.. Eliana harus sekolah bu.. " ucap Rana mencoba membujuk ibunya.
" Pembunuh tak perlu sekolah.." itu jawaban singkat dari ibunya. Hanya itu.
Air mata Eliana pun luruh. Siapa yang tak akan sedih jika mendengar ibumu menyebutmu pembunuh. Bahkan setiap hari.
" Dan kau Rana. Jangan urusi pembunuh itu lagi.. Dia hanya parasit kau tahu?"
Eliana hanya menunduk mendengar ucapan 'hangat' ibunya.
Kapan ibunya akan menyayanginya? Bahkan sudah 7 tahun berlalu, namun kebencian itu masih ada saja.
"Maafkan Eli karna membuat ibu berpisah dengan ayah.. Maaf.." batin Eliana
.
.
🔹🔹TBC🔹🔹
Maaf Buat Typo-nya
Happy Reading😄😄#Challenge30gp
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Destino [END] √
SonstigesTakdir? Siapa yang tahu jalan takdir? Takdirku tak manis. Tapi aku selalu bersyukur.. setidaknya aku pernah alami Bahagia..