Dua Puluh Dua

476 22 0
                                    

🔹🔹Mi Destino🔹🔹


Recommend Song : So Far Away_BTS

Soalnya part akhir mau agak extrem kawan.. Jadi biar feelnya dapet


.

.


Hari ini adalah hari bersejarah bagi Rana dan Rendy. Aula besar pernikahan mereka di penuhi banyak tamu undangan, entah itu teman-teman mereka ataupun rekan bisnis dari orangtua kedua belah pihak.

Atas permintaan Rana, Eliana di dandani dengan sangat cantik. Ia bahkan tak kalah cantik dari Rana.

Namun, Eliana selalu menatap ibunya yang memberi kode padanya agar ia tak merusak acara anak sulungnya. Ia tak mau hal sial terjadi karena keberadaan anak sialan itu di pesta bahagia anaknya ini.

Rana celingukan mencari keberadaan adiknya. Sesi foto keluarga akan di mulai, tapi adiknya malah menghilang.

Netra Rana menangkap keberadaan adiknya yang sedang berada di jalan menuju dapur. Termenung sendirian sambil menatap foto praWedding Rana dan Rendy.

" Eli!!!" panggil Rana.

Mendengar namanya di panggil, Eliana menoleh ke asal suara. Dan ia mendapati Rana yang sedang memanggil Eliana ke hadapannya. Sepertinya sesi foto sekarang.

Dengan langkah canggung, Eliana menghampiri pasangan bahagia itu. Ada ibunya dan keluarga Rendy juga disana.

" Eli kan belum ada foto keluarga, nah sekarang kita bikin.." ucap Rana riang.

Mereka pun mengatur posisi, kedua keluarga berada di bagian keluarga masing-masing. Dan betapa terkejutnya Eliana saat ibunya kini memeluk Eliana hangat.

Foto. Ini hanya sebuah sesi foto. Bukan hal yang special.


Cekrek..

Cekrek..

Cekrek..


Fotografer mengambil beberapa foto dengan beberapa gaya. Dan sialnya gaya yang diarahkan fotografer itu adalah gaya yang sangat membuat Vanya mual. Memeluk, dan tersenyum pada anak sialan didekatnya ini. Bagaikan diejek, Vanya sangat tak terima dengan kelakuan anak itu.

Tak ada takut-takutnya. Pikir Vanya.


" Meski hanya sandiwara. Foto ini membuatku dipeluk ibu."_Eliana.



.

.



Kini rumah keluarga Vanya kembali kelam seperti semula. Rendy yang memboyong Rana pergi membuat rumah ini kehilangan alasan kehangatannya. Ya, Rana adalah alasannya jika rumah ini bersuasana hangat.

" Ibu.. Makan.." panggil Eliana. Ia menghampiri seorang wanita paruh baya yang kini sedang duduk di ruang bersantai sambil memperhatikan figura foto mendiang suaminya.

Ia tampak kesepian dan rapuh.

" Hari ini aku lumayan merasa kesepian. Kau temani aku makan. Tapi duduk di bawah." ucap Vanya.

Eliana senang bukan main saat mendengar itu. Ia bahkan berkaca-kaca dengan ajakan pertama dari ibunya. Tentunya ajakan tanpa adanya sandiwara, meski tempatnya tak pernah jauh berbeda.

" Baik bu.. " ucap Eliana.

Ia pun mengikuti langkah tak bersemangat ibunya ke meja makan. Dengan perlahan, Vanya menarik satu kursi dan langsung mendudukkan dirinya disana. Sementara Eliana? Tentu saja ia duduk di bawah.

" Sekarang tak ada alasan lagi untukku bersikap baik padamu. Tapi, untuk beberapa hari ini kau bebas dari hukuman." ucap Vanya.

Bebas dari hukuman itu berarti Eliana boleh keluar rumah untuk ke panti. Lagian sudah lama juga ia tak bertemu Lian.

" Bu.. Aku mau ke panti besok. Apa boleh?" tanya Eliana takut-takut.

" Terserah kau saja. Asalkan jangan lupakan tugas rumahmu." ucap Vanya dingin.

Dalam hati Eliana bersorak girang. Ia sudah lama tidak menengok anak-anak panti. Dan ia sangat merindukan mereka sekarang.



.

.




Dengan riang Eliana memasuki pintu utama dari panti asuhan itu. Namun, ia merasa ganjil saat melihat halaman panti kosong tak ada siapapun.

Dengan penuh penasaran, Eliana masuk ke dalam panti. Ia penasaran saja kenapa hari ini anak-anak tak bermain.


Klek..



Eliana membuka pintu ruang utama panti ini, tempat dimana anak-anak sering berkumpul bersama untuk mendengarkan dongeng ibu panti ataupun mendapatkan pelajaran dari beberapa relawan.

Namun, apa yang Eliana lihat bukan apa yang ia harapkan. Anak-anak panti, bu Arum dan pengurus lain memakai baju putih dan mengelilingi sebuah gundukan yang tertutup kain putih. Eliana tak yakin apa itu, tapi perasaannya sunggu tak enak.

" A—ada apa bu?? Kenapa kalian berkumpul disini?" tanya Eliana gugup.

" Lian.. Kita kehilangan Lian.. Sayang.." ucap Bu Arum berusaha terlihat tegar.

Mata Eliana membulat tak percaya. Tanpa banyak bicara lagi ia langsung membuka penutup jenazah itu dan memeluk tubuh Lian yang sudah kaku.

" Aku belum memberikan jantung ini padamu sayang.. Kenapa kau pergi.." tangis Eliana pilu dan histeris. Bahkan bu Arum merasa sangat sedih melihat Eliana yang menangis seperti itu, biasanya dia akan sangat tegar melibihi siapa pun.

" Kak.. Ada Mita disini. Jangan sedih. Kata bu Arum kita harus mengiklaskan adik. Nanti adik juga sedih.." ucap Mita.

Eliana langsung memeluk Mita. Ya, ia tahu ia berlebihan, tapi percayalah, ia sudah menyayangi Lian. Sangat malah. Tapi, nyatanya tuhan lebih menyayangi Lian lebih darinya.

" Kakak ikhlas Lian pergi.. Bahagia ya sayang.."

Eliana mengecup lama kepala Lian dengan sayang.

" Terima kasih juga pada Mita.."



🔹🔹TeBeCe🔹🔹


😥 Entahlah ini akan jadi gimana akhirnya. Tapi.. Aku mau berusaha buat yg terbaik.

See You next chap!!😆😆😆

#Challenge30gp

Mi Destino [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang