Enam

618 38 0
                                    

🔹🔹Mi Destino🔹🔹

.

.

Eliana pelan-pelan membuka matanya. Ia masih merasakan pening dikepalanya, namun ia bingung saat ia sadar bahwa ia tak ada di gudang rumahnya, melainkan di kamar rawat sebuah rumah sakit.

Ia melirik ke seluruh ruangan mencari seseorang yang mungkin membawanya kesini. Dan benar saja, ia menemukan kakaknya yang sedang tertidur di sofa.

" Aku berkhayal saja... Mana mungkin ibu yang membawaku kesini?" batin Eliana.

Ia mencoba untuk bangun dan meraih gelas air putih yang ada di nakas. Namun tak juga sampai tangannya. Apalagi luka nya sangat ngilu sekali.

Sshhh..

Eliana meringis ketika tangannya tak sengaja menyenggol ujung nakas.

" Kenapa sakit sekali sih.." gumam Eliana.

Tanpa Eliana sadari, Rana terbangun karena suara ringisan yang ia dengar. Ia menatap ranjang pesakitan adiknya dan tersenyum kala melihat Eliana yang sudah sadar dari pingsannya.

Rana menghampiri Eliana yang masih sibuk meniupi tangannya yang terasa sangat perih.

" Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu?" tanya Rana.

" Aku baik kak... Tapi apa ibu tak akan marah kalau aku tak pulang malam ini?" tanya Eliana. Ia dari tadi memang agak khawatir ibunya akan murka kalau tahu ia tak pulang.

" Kau jangan khawatir.. Untuk sementara kau akan tinggal di apartemen Rendy. Hanya untuk pemulihan saja.."

"... Aku mohon.." ucap Rana.

Eliana tampak menimbang permintaan kakaknya, namun ketika ia melihat wajah kakaknya yang seperti menahan tangis, Eliana tak tega dan akhirnya mengangguk setuju pada permintaan Rana.

" Aku setuju kak..."

Ucap Eliana.

.

.

Rendy membukakan pintu kursi penumpang mobilnya, dam dengan hati-hati, ia pun memapah Eliana keluar membantu Rana.

Rendy bahagia melihat Rana tak berhenti tersenyum dengan keputusan Eliana untuk tinggal sementara di Apartemen Rendy. Biasanya Eliana akan sulit di bujuk untuk sekedar mampir ke sini karena takut dimarahi ibunya, tapi kini akhirnya Eliana mau diajak tinggal di sini. Meski hanya beberapa hari saja, setidaknya ia akan bebas dari siksaan Vanya.

" Ayo masuk.." ajak Rendy.

Rana memapah Eliana dengan telaten, dan Rana pun langsung meletakkan Eliana di sofa untuk istirahat. Diakan baru keluar Rumah Sakit.

Mendapat perlakuan yang manis dari kakaknya sedikit banyak iaa merasa bahagia juga. Pasti jika sang ibu yang melakukan ini padanya ia akan lebih bahagia lagi.

" Kak.. Apa yang akan aku bilang nanti ketika pulang?" tanya Eliana. Ia memang terus memikirkan hal ini. Ia tak bisa bohong bahwa ia takut menghadapi ibunya sendiri.

" Ada aku.. Aku akan bilang semuanya." ucap Rana.

" Kak.."

" Jangan bilang aku tak boleh ikut campur Eli.. Kau adikku.." ucap Rana. Eliana hanya memandang Rana dengan mata berkacanya.

" Aku menyayangimu.. Dan aku mau keluargaku utuh kembali. Aku mencoba menyadarkan ibu." Eliana tak bisa banyak bicara. Kakaknya sama keras kepalanya dengan dirinya.

Rana mendekat dan memeluk Eliana. Rana ingin memguatkan Eliana dan memberikan anak itu apa yang tak pernah dapatkan dari sang ibu.

" Yang perlu kau tahu, aku menyayangimu lebih dari apapun Eli.. Kau adikku. Dan aku tak suka adik yang cengeng."

Eliana mengangguk dalam pelukan Rana, diam-diam Rendy memperhatikannya dari tadi. Ia tahu masalah pelik yang membelit keluarga kekasihnya ini. Meski kekasihnya tak mendapatkan perlakuan kasar dari sang ibu, namun ketika melihat Eliana dan beberapa luka yang tercetak di tubuhnya, Rendy tahu bahwa Rana pasti ikut menderita melihat adik satu-satunya itu menderita.

" Aku akan membebaskanmu dari penderitaan ini Eli..." batin Rendy.

Entahlah apa yang akan dilakukan Rendy, yang jelas semuanya harus diperbaiki, setidaknya sebelun semuanya hancur dan tak bisa di perbaiki lagi.

🔹🔹TBC🔹🔹

Sorry for typo.. Chingu..
Happy Reading..😄😄

#Challenge30gp

Mi Destino [END] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang