🔹🔹Mi Destino🔹🔹
.
.
' Kalau memang kasih ibu tak akan pernah tergapai olehku... Biarkan aku berharap bu.. Hanya berharap.. Tak lebih. Maka aku akan membawa bahagia dalam kepergianku.'
.
.
Vanya baru saja pulang kerumahnya, namun suasana rumah masih sangat sepi. Apa mereka belum pulang? Pikirnya.
" Rana... Eliana.... Ibu pulang.." Panggil Vanya.
" Rana diatas bu.. Di kamar Eli." teriak Rana.
Tanpa banyak pikir lagi Vanya pun mengunjungi kamar anak bungsunya, sekedar mengecek dan basa-basi.
Namun, saat ia masuk ia agak terkejut melihat pemandangan Rana yang sedang duduk di tepi tempat tidur Eliana sambil mengompres dahi Eliana. Anak itu tampak sangat pucat, dan entah mengapa terbesit rasa kasihan melihat anak bungsunya yang terbaring sakit.
Apa-apaan ini?! Apa karena sudah lama tak menyiksanya? Batin Vanya.
Akhirnya, karena Vanya sedang berperan sebagai ibu yang baik sekarang, ia pun menghampiri anaknya yang sakit.
Ia menaruh punggung tangannya di dahi Eliana.
Benar sakit ternyata, Pikirnya.
" Kenapa adikmu sampai sakit begini sayang?" tanya Vanya.
" Eli cuma masuk angin bu.. Tidak usah khawatir." ucap Eliana. Nafasnya terasa tak beraturan dan itu terdengar sangat jelas di telinga Vanya.
Ia lumayan khawatir juga, takut anak ini tiba-tiba mati dan nanti Andre akan mencabut sahamnya.
" Nak.. Kita panggil dokter ya?" tanya Vanya. Namun Eliana menggelengkan kepalanya. Bisa ketahuan rahasianya kalau Vanya panggil dokter ke sini.
" Tapi ibu khawatir nak.." ucap Vanya. Eliana hanya tersenyum, meski sebenarnya ia sedang merasakan sakit di perut dan sesak pada dadanya.
Ketahuilah, Eliana adalah manusia tahan banting loh.
" Tak perlu dokter.. Hanya peluk.. Peluk aku hingga aku tidur.." ucap Eliana.
Vanya yang memang sedang akting pun langsung memeluk Eliana tanpa ragu lagi. Eliana menangis dalam pelukan Vanya. Ini pelukan yang sangat hangat yang akan ia rindukan.
Sementara itu, Vanya merasakan sesuatu, ia merasakan kehangatan yang berbeda. Ini kehangatan yang telah lama hilang dan dicari oleh Vanya.
Tak beda jauh dari Eliana, Rana menangis dalam diam. Ia sungguh tak tega dengan keadaan adiknya sekarang. Ia baru saja bahagia, namun sepertinya kebahagiaan tak betah dalam hidup Eliana. Kini ia kembali diberikan rintangan. Penyakit ganas yang mungkin bisa merenggut nyawanya kapan saja. Merenggut kebahagiaan yang ada dalam hidup Eliana secara permanen.
" Bu, boleh aku minta sesuatu?" tanya Eliana.
" Apa sayang..?"
" Aku ingin kita berlibur. Aku, ibu, dan kakak." pinta Eliana. Entah mengapa dalam hati ia ingin sekali menuruti permintaan Eliana.
" Baiklah.. Kita berlibur kalau kau sudah sembuh."
.
.
' Coba saja sayangi aku bu.. Maka kau akan terus menyayangiku.. Kau sebenarnya orang yang baik. Aku saja yang bodoh dan merubahmu jadi monster.'
.
.
Vanya baru saja meninggalkan kedua putrinya yang telah jatuh tertidur. Ya, malam ini Rana ingin tidur di kamar Eliana katanya.
Vanya sempat kehilangan jati dirinya untuk beberapa saat. Memeluk Eliana membuatnya lupa akan dendamnya di masa lalu.
Demi apapun Vanya menyangkal rasa nyamannya saat memeluk anak bungsu yang ia anggap pembawa sial itu, tapi percuma, ia tak bisa.
Hanya setelah ia melepaskan pelukannya lah ia bisa menetralirsir rasa aneh yang mengganggu hatinya.
" Apa-apaan ini? Apa aku tertipu dengan pesona bajingan cilik itu?!" umpat Vanya ketika ia kembali ke kamarnya.
Ia kalut. Rasa sayang itu sempat kembali tadi.
Vanya mengambil foto pernikahannya dengan suaminya yang terpajang apik diatas nakas. Iaa memandangi foto itu sambil sesekali menciumi foto itu.
" Apa dia pantas dicintai ketika ia sudah mengambilmu dariku?!" ucap Vanya pada foto mendiang suaminya.
Katakanlah ia gila. Tapi, Vanya memang masih samgat mencintai suaminya tersebut dengan sepenuh hatinya.
" Dia membunuhmu.. Dia memgambilmu dariku.. Apa dia pantas ku sayangi?!" tanya Vanya lagi.
" APA IA PANTAS???!!!!"
Vanya berteriak di kamarnya. Untung saja kamar ini kedap suara sehingga ia bisa menumpahkan segala kekesalnnya sekarang.
Ia tak tahu harus apa. Ia bingung.
🔹🔹TeBeCe🔹🔹
😆😆Mau tanya, gimana sih pendapat kalian tentang book ini?
Tanya aja, siapa tahu ada yang mau komen. Hehehe..😄😄😆
#Challenge30gp
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Destino [END] √
RandomTakdir? Siapa yang tahu jalan takdir? Takdirku tak manis. Tapi aku selalu bersyukur.. setidaknya aku pernah alami Bahagia..