"gimana tugas yang gue kasih? Udah lu lakuin?"
Andre meneguk salivanya gugup, ia duduk di hadapan pria berbadan kekar itu sambil menggeleng pelan. "Kak, sebenarnya apa urusan kakak sama cowok bernama Keylo?"
"Gue gak punya urusan sama Keylo.."
"Terus?" Andre mengerutkan keningnya heran, bukannya pria itu menyuruhnya bekerja disana hanya untuk menemukan Keylo?
"Lu gak perlu banyak tanya, ini bukan urusan lu!"
Andre mengangguk patuh, ia tak punya keberanian untuk memaksa bertanya, pria di hadapannya itu bukanlah orang sembarang, ia mafia sekaligus pengedar narkoba kelas atas. Mencampuri urusan nya, sama saja dengan menjemput maut!
"Lu terus kerja disana, cari informasi sebanyak-banyaknya buat gue.. lu faham?" Andre mengangguk untuk yang kesekian kalinya. Ia hendak melayangkan beberapa pertanyaan jika saja ketukan pintu tidak menggangu pembicaraan mereka saat ini.
"Saya bukain pintunya dulu.." pria bertatto itu mengangguk acuh, ia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya perlahan.
"Kak Andre, ada papah?" Andre tersenyum manis melihat seorang pemuda yang berdiri di ambang pintu, ia mempersilahkan nya masuk lalu menutup kembali pintunya rapat-rapat.
"Pah, Dimas cari di rumah ternyata papah disini.."
"Ada apa?" Ucap pria itu dingin, Dimas mendengus kesal. Ia duduk di samping pria yang ia panggil papah dan mulai mengoceh sebal.
"Pah, akhir-akhir ini banyak preman pengganggu di sekitar sekolah Dimas, mereka mukulin temen-temen Dimas dan ngambil uangnya gitu aja.."
"Terus?"
"Papah bisa singkirin mereka gak?"
Pria itu tertawa lepas, ia mengelus rambut hitam Dimas lembut. "Kenapa gak kamu singkirin sendiri?"
"Kalo Dimas lebih tinggi, gak perlu minta bantuan papah!" Ketus Dimas kesal, pria itu hanya tertawa tak berdosa.. ia memeluk pundak anaknya erat, "papah singkirin besok." Ucapnya yang spontan membuat Dimas tersenyum puas. Ia melipat kedua tangannya di dada dan menyeringai angkuh. "Papah harus pastiin mereka gak ganggu Dimas lagi.."
"Papah bunuh, jika itu perlu.."
Dimas mengangguk, membuat pria yang di panggil nya papah itu pun ikut merasa senang.
"Sebenarnya, bukan cuma itu yang mau Dimas omongin.." Dimas menunduk, ada sedikit keraguan di hatinya, haruskah hal seperti ini ia adukan juga?
"Apa?"
"Kayaknya Dimas mulai tertarik sama seseorang.." ucapan Dimas membuat pria itu tertawa terbahak-bahak, seumur hidupnya baru kali ini anaknya curhat tentang perasaan. Hal yang langka bagi Dimas, dan itu membuatnya tertarik untuk mengetahui siapa yang anaknya sukai.
Wajah Dimas tertekuk sempurna, ia menatap papahnya dengan raut wajah kesal. "Dimas nyesel cerita ke papah.."
"Jangan ngambek lah, jagoan papah gak pantes pasang ekspresi lucu haha.."
Dimas memutar kedua bola matanya malas, membuat orang yang ia panggil papah pun tersenyum tipis menatapnya. "Siapa dia?"
"Dia.."
***
"Epan?!"
Suara teriakan di luar pintu kamarnya membuat pemuda tanggung itu terkesiap kaget, ia menoleh ke arah pintu yang di gedor-gedor brutal dari arah luar.
"Siapa?"
"Ini ma-"
BRAKKKK.
Epan melongo kaget, mulutnya terbuka lebar menatap pintunya yang sudah hancur tak berbentuk. Demi Thanos, makhluk apa yang mampu memporak-porandakan pintu kamar Epan?!
KAMU SEDANG MEMBACA
MSE : NOPAN [1] ✓
Fanfiction#12 in pelangi (08/05/20) #2 in homo (26/03/21) "loving you it's hurt me, but lose you not fix me." . . . . . pria bertubuh jangkung itu menghembuskan nafasnya pelan. tangannya menggenggam erat sebuah bungkus kondom. ada hal yang saat ini mengganggu...