Part 28

21.3K 2.6K 286
                                    


Renjun menempelkan tangannya ke jendela yang berembun, menikmati pemandangan hujan yang mengguyur deras di luaran sana. Lebih jauh lagi diluaran sana, bias mentari di kejauhan masih jelas terlihat, Berbeda dengan area sekitar bukit tempat sekolah megah itu berada yang tampak gelap dan suram dengan ribuan air yang tercurah membasahi bumi.

" Apa bagusnya hujan? Aku tidak menyukainya."


Suara datar itu tak mampu mengalihkan atensi Renjun dari keasikannya menatap hujan. Namun tetap di jawabnya.


" Entahlah. Hanya suka saja, Jaem. Hanya suka menatapnya, tidak suka dengan sensasi dingin dan lembabnya. Ruangan kita hangat, itu melegakan."


Jaemin, si suara datar, ice prince sekolah itu hanya tersenyum miring sembari memasukkan benda terakhir di dalam tas punggung besarnya.




" Kembali cek barangmu Injunie."

" Tidak, tidak usah. Aku sempat membuat list barang jadi tidak akan tertinggal, tenang saja." Renjun menjawab tanpa menoleh sedikitpun.




Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya, sesuka itu kah ia dengan hujan? Jaemin selesai mengepak barang-barangnya. Ia segera berdiri dan menggerakkan tubuhnya yang sedikit pegal. Setelah ia merasa agak enakan, Jaemin berjalan menuju mini pantry dan mengambil 2 gelas mug pasangan yang tempo hari di beli oleh Renjun saat mereka ke pusat perbelanjaan di saat akhir pekan. Jaemin merogoh isi lemari gantung dan mengeluarkan 2 sachet minuman coklat bubuk dan mulai menyeduhnya dengan air panas, mengaduknya, lalu membawanya menuju Renjun yang masih saja betah berdiri di dinding kamar full kaca itu.


Jaemin menaruh 2 mug coklat panas itu di lemari kaca di dekat tv led besar tergantung.




" Hei. Bantu aku mengangkat sofa."


Kali ini Renjun menoleh, menatap heran Jaemin yang telah berdiri di sisi sofa dan bersiap mengangkatnya.



" Apa?"



" Palli."


Renjun mendengus tapi tetap di iyakan juga keinginan sang tunangan. Bersama-sama mereka mengangkat sofa itu menghadap ke dinding kaca.

" Duduklah."

Tanpa berkata-kata Renjun segera duduk dan sedetik kemudian mug berisi coklat panas yang masih mengepul terulur kepadanya. Renjun tersenyum sekilas sembari menerimanya dan sedikit menggeser ketika Jaemin juga menyamankan dirinya disana.

" Gomawo. Ini tentunya senja yang indah dengan hujan dan segelas coklat hangat."

Jaemin tersenyum sekilas sembari menyeruput coklat hangatnya dengan hati-hati.

" Hujan tidak menyenangkan bagiku, tapi coklat panas, pemandangan ini, dan seseorang yang ku cintai berada di sebelahku menjadikan senja dan hari-hariku terasa sempurna---"

Renjun menoleh ke arah Jaemin sembari menyeringai. Chessy sekali pangeran es ini, batin Renjun.

"--- Selain saat eomma appa masih hidup, ini tetaplah momen terbaik bagiku." Jaemin melanjutkan ucapannya, Renjun kali ini tidak ingin mengolok sang tunangan. Ia hanya tersenyum simpul, setuju dengan ucapan sang tunangan.

" Benar, ini juga momen terbaik bagiku, Jaemin-ah. Hidup tanpa banyak beban yang ku tanggung selama ini."

Mereka saling bertatapan lalu tersenyum simpul. Sama- sama berlatarkan hidup yang tidak menyenangkan membuat mereka memahami satu sama lain.

Stranger | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang