Part 1

62 14 2
                                    

 " Adriana bangun bentar lagi guru datang. "

Aku merasakan seseorang menggoyangkan tubuhku. Aku kenal suara ini, pasti Eliza sahabatku. Dengan malas aku membuka mataku dan memperbaiki posisi dudukku.

" Kenapa kau tidur terus sih? Ini masih pagi Adriana. Memangnya semalam kamu tidak tidur? Kalau kamu ketiduran di kelas saat jam pelajaran nanti gimana? "

Eli mulai mengomeliku lagi. Aku tidak meresponnya dan lebih memilih mengeluarkan buku – bukuku dari dalam tas. Beberapa menit kemudian guru kami masuk ke kelas. Kami berdiri serentak dan memberi salam. Setelah itu kami duduk kembali.

Sebelum memulai pelajaran kami diberi nasihat agar belajar lebih giat lagi untuk persiapan ujian. Padahal kami baru seminggu berada di kelas tiga. Bosan mendengarkan nasihat guruku, aku lebih memilih mencoret – coret bagian belakang buku tulisku.

" Baiklah sekarang buka buku kalian halaman 15. "

" Baik Bu. "

Kriiing... Kriing... Kriing...

" Pelajaran hari ini selesai. Jangan lupa kerjakan tugas kalian. "

" Baik Bu. Terima kasih. "

Akhirnya selesai juga. Aku melakukan sedikit peregangan karena badanku terasa kaku setelah duduk berjam - jam. Kurapikan buku – bukuku dan kumasukkan ke dalam tas. Pelajaran selanjutnya setelah istirahat adalah sejarah. Aku harap aku tidak ketiduran saat pelajaran berlangsung.

" Nungguin Azka? " Tanya Eli.

" Ya. " Jawabku.

" Kalau gitu aku ke kantin ya. "

" Hm. "

Dalam sekejap kelas menjadi kosong karena semuanya pergi ke kantin. Suasana sepi seperti ini membuatku mengantuk lagi. Aku memilih untuk tidur sebentar, jika Azka datang dia akan membangunkanku.

" Adriana. "

Baru saja aku memejamkan mata namun suara Azka membuatku harus membuka mataku lagi. Kulihat dia berjalan ke arahku sambil membawa kantong plastik. Dia duduk di sampingku dan mengeluarkan beberapa makanan dari dalam kantong itu.

" Ini makan dulu. " Ucapnya.

" Makasih." Ucapku.

Aku langsung menyantap makanan yang ia belikan. Dia benar – benar tahu makanan kesukaanku. Sebenarnya itu hal wajar karena kami sudah pacaran sejak kelas satu.

Waktu itu, dihari terakhir MOS dia menyatakan perasaannya padaku. Awalnya aku ingin menolaknya namun mulutku justru berkata lain. Mungkin aku akan sangat menyesal jika hari itu aku menolaknya. Dia laki – laki yang perhatian, sopan dan sangat tahu bagaimana caranya membuat moodku kembali. Ada satu lagi yang membuatku menyukainya. Dia.... aku merasa seperti melihat ayahku. Kehangatan dan rasa nyaman yang kurasakan darinya sama persis dengan rasa hangat dan nyaman jika aku berada di dekat ayahku.

" Oh iya sepulang sekolah aku ada tugas kelompok. Jadi setelah mengantarmu aku langsung ke rumah temanku. " Jelasnya, aku hanya mengangguk.

" Kau tidak makan? " Tanyaku, Azka langsung membuka mulutnya, minta disuapi. Aku hanya tersenyum dan langsung menyuapinya. Dia tersenyum bahagia seperti anak kecil. Aku jadi ikut senang melihatnya tersenyum seperti itu.

Kriiing....Kriing...Kriing....

" Yah... sudah bel. Kalau gitu aku kembali ke kelasku. Makan yang banyak ya. " Ucapnya sambil mengacak rambutku. Tidak lama setelah Azka pergi teman – temanku pun berdatangan.

" Azka bawain kamu makanan lagi? " Tanya Eli yang sudah duduk di sampingku. Aku hanya mengangguk.

" Wow irinya, aku juga mau punya pacar seperti Azka. Kamu beruntung banget yah. "

" Iri? Cari pacar juga agar kau tak iri. " Ucapku sambil membaca buku.

" Tidak semua cowok seperti Azka. Aku takut berpacaran dengan orang yang salah. Aku sedang menunggu jodohku datang. Kuharap ia sesuai ekspetasiku. "

" Bagaimana kalau jodohmu itu hitam, pendek, gendut, aneh hidup lagi. " Ejekku.

Tanpa basa – basi Eli melayangkan bukunya ke kepalaku. Aku meringis sambil memegangi kepalaku.

" Jahat. "

Aku hanya mengangkat bahuku dan berkata, " Jodoh tidak ada yang tahu kan. "

Guru kami pun masuk ke dalam kelas, pelajaran sejarah hari ini membahas tentang perang dingin dan sejarah berdirinya tembok Berlin. Kubuka bukuku dan mulai membaca materinya, aku harap aku tidak ketiduran lagi.

Waktu terus berlalu dan tanpa aku sadari sudah hampir pukul tiga sore. Setelah melewati lima mata pelajaran hari ini kami akhirnya bisa pulang ke rumah. Begitu guru keluar dari kelas kami juga langsung berbondong – bondong keluar dari kelas.

Aku dan Eli berjalan bersama meunju parkiran. Setiap pulang sekolah aku akan pergi ke parkiran untuk menunggu Azka. Berbeda dengan Eli, dia bawa motor sendiri. Aku juga ingin seperti Eli tapi Ibu tidak mengizinkanku. Kedua aku juga tidak tahu cara mengendarai motor. Aku sudah pernah diajari cara mengendarai motor namun tak pernah berhasil. Bahkan orang yang mengajariku justru menyerah. Eli pun sama dia juga menyerah mengajariku.

" Adri, yuk pulang. " Ucap Azka yang tiba – tiba sudah berdiri di belakangku. Aku hanya mengangguk dan mengambil helm yang ia berikan.

" Eli aku duluan ya. " Pamitku.

" Ya hati – hati di jalan. Jangan lupa pelukan yang erat hehehe..."

Baru saja aku ingin memukulnya namun dia langsung pergi. 


Tbc.....

Hai, tunggu kelanjutannya di hari yang sama minggu depan. 

Jangan lupa dukungannya memalui vote, comment & share. 

Selamat membaca

Salam Afchan : ) 


NestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang