Part 2

35 12 4
                                    

Aku pun tiba di rumah, kulihat halaman rumahku masih kosong. Tak ada mobil yang terparkir di sana, itu artinya ibuku belum pulang. Setelah Azka pergi aku pun masuk ke dalam rumah. Mandi, makan, lalu menonton TV. Kusandarkan tubuhku ke sofa, sementara tanganku sibuk memencet tombol remote. Tapi dari tadi aku tidak menemukan tontonan yang menarik. Lama kelamaan mataku terasa berat, aku memilih untuk berbaring di sofa dan membiarkan TV menyala.

Tepat pukul lima sore aku terbangun dari tidurku. Kudengar suara mobil memasuki halaman rumahku. Aku berjalan ke ruang tamu dan mengintip dari balik jendela. Ibuku sudah pulang, kulihat ia bersama seseorang.

" Cih ternyata dia sudah pulang dari luar kota. " Ucapku kesal.

Aku langsung berlari masuk ke dalam kamarku. Mengunci pintu kamar lalu menyalakan musik keras - keras. Sengaja, agar orang itu tahu betapa bencinya aku padanya. Ini salah satu caraku menunjukkan kekesalanku.

" ADRI BUKA PINTUNYA, " Aku mendengar suara ibuku dari balik pintu. Tapi aku tidak peduli malah volumenya kutambah agar suaranya makin keras.  " ADRI MATIKAN MUSIKNYA DAN BUKA PINTU INI! TELINGAMU TIDAK SAKIT MENDENGARKAN MUSIK SEKERAS ITU? " Lanjutnya.

Aku berdecak kesal, akhirnya aku mematikan musik dan membuka pintu kamarku. Ibuku langsung masuk dan duduk di kasur. Aku menghampirinya lalu duduk di sebelahnya.

" Sudah makan? " Tanya ibuku sambil mengelus rambutku. Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba – tiba bersikap lembut seperti ini?

" Adri, Om Raka baru pulang dari luar kota kamu temui dia ya?  Tidak baik..."

Langsung kutepis tangan ibuku. Sudah kuduga dia pasti ingin meminta sesuatu padaku. Ibuku benar – benar menyebalkan.

" Ada apa dengan Ibu? Apa Ibu lupa kalau aku sangat membenci orang itu? Mendengar namanya saja aku sudah muak. Lalu kenapa aku harus menemuinya? Dia bukan siapa – siapaku. Sampai mati pun aku akan membencinya dan itu tidak akan berubah. Keluarlah Ibu aku ingin istirahat. "

Ibuku langsung berdiri dan pergi begitu saja. Begitu ibu keluar aku langsung menutup pintu kamarku lebih tepat membantingnya dengan keras lalu menguncinya. Aku lelah, lelah dengan sikap ibuku. Aku selalu bertanya – tanya kenapa ibuku begitu egois? Kenapa dia tidak mendengarkan aku? Dengan teganya dia mencari pengganti ayah di saat aku masih sangat berduka. Dia lebih memilih mencari suami baru dibandingkan memperhatikan anaknya.

Sembilan tahun yang lalu ayahku pergi meninggalkan kami. Aku masih sangat mengingatnya dengan jelas. Hari itu setelah ibu menerima telepon dia langsung menangis. Aku tidak tahu kenapa dia menangis seperti itu. Aku yang sibuk bermain dengan bonekaku langsung menghampiri ibuku. Ibu langsung memelukku dengan erat, dia lalu menarik tanganku dan membawaku pergi entah kemana.

Dan akhirnya aku tahu kemana tujuan kami. Rumah sakit. Ibu berjalan dengan cepat sambil menggenggam tanganku. Aku kesulitan mengikuti langkahnya. Tibalah kami di suatu ruangan. Keluargaku yang lain juga ada di sana. Mereka semua menangis.

Kulihat seseorang sedang terbaring di atas tempat tidur dan tubuhnya ditutupi kain bewarna putih. Aku terus memandangnya. Ibuku tiba – tiba membawaku mendekat ke arah orang itu. Aku bertanya – tanya siapa yang ada dibalik kain ini.

Ketika kain itu dibuka oleh perawat mataku langsung membulat. Aku menangis sejadi - jadinya ketika tahu siapa dibalik kain itu. Itu ayahku, ayahku sedang terbaring lemah dengan wajah  penuh darah. Aku terus memanggilnya namun ia tak kunjung membuka mata.

Hari itu aku telah kehilangan seseorang yang sangat berharga bagiku. Sosok ayah yang sangat aku sayangi pergi meninggalkanku. Dan satu – satunya yang kulakukan adalah terus menangisi kepergiannya. Aku bahkan jatuh sakit karena hal itu. Tidak mau keluar kamar, makan tidak teratur, bahkan tidak ke sekolah selama dua minggu.

Aku pikir setelah kepergian ayah, ibuku akan lebih perhatian kepadaku. Dia mungkin akan meluangkan waktunya. Namun aku salah, dia justru makin sibuk. Setelah jabatannya naik dia jadi makin jarang di rumah sehingga aku selalu tinggal bersama kakek dan nenekku.

Hingga setahun telah berlalu sejak kepergian ayah. Aku sudah terbiasa dengan kesibukan ibu. Meskipun aku sangat kesepian. Toh, sejak awal ibuku memang tidak pernah ada untukku. Hanya ayah yang selalu bersamaku. Sayangnya hal tak terduga terjadi. Ibu datang membawa seorang pria ke rumah kakek dan nenek, mereka bilang kalau mereka akan menikah.

Aku tidak sengaja mendengar obrolan mereka di ruang tamu. Aku menolaknya dan meminta ibuku untuk membatalkan niatnya. Tapi tak ada yang mau mendengarkan anak kecil sepertiku. Hingga akhirnya mereka pun menikah. Aku benci, aku membenci semua keluargaku terutama orang itu. Tak ada yang mengerti perasaanku. Mereka tersenyum di hari pernikahan ibuku sementara aku... aku menangis di dalam kamar. Dan tak ada yang datang menghiburku.

Aku benar – benar terpuruk saat itu. Kehilangan ayah, ibu yang semakin sibuk dan aku harus hidup seatap dengan orang itu. Aku juga berubah drastis menjadi ketus, cuek, dan selalu menyendiri. Tapi kehidupanku sedikit berubah di SMA, aku bertemu dengan Eliza yang mau menjadi sahabat sekaligus tempatku mencurahkan isi hatiku. Padahal aku tidak pernah menceritakan masalahku pada orang lain. 

Ditambah lagi aku punya Azka. Laki - laki yang selalu ada untukku dan selalu memberikan kasih sayangnya untukku. Yang membuatku jatuh hati padanya adalah karena dia mengingatkanku pada sosok ayahku yang sangat aku cintai. 

Lamunanku jadi buyar ketika ponselku berdering. Kulihat ada nama Azka yang tertulis di layar ponselku. Aku segera menghapus air mataku dan mengangkat telepon dari Azka.

" Halo? Kamu sudah sampai rumah? Oh gitu, hati – hati ya. "

*****

Malam harinya aku hanya diam di kamar. Setiap orang itu ada di rumah ini aku pasti akan mengurung diri di kamar. Padahal aku sangat senang kemarin – kemarin karena dia sering keluar kota. Kenapa dia harus pulang? Kenapa kami harus tinggal dirumah yang sama?

Bahkan aku harus menunggunya tidur agar aku bisa mengambil makan malamku. Karena aku tidak ingin melihat wajahnya. Atau biasanya ibu yang membawakan makanan untukku. Kulirik jam dinding di kamarku, sudah pukul sepuluh malam. Aku pun keluar dari kamar dan berjalan ke ruang makan untuk makan. 

Setelah makan aku langsung kembali ke kamarku dan menyiapkan perlengkapan sekolahku. Begitu semuanya beres aku memilih untuk tidur karena aku sudah sangat mengantuk. Semua tugasku juga sudah selesai jadi aku tidak perlu begadang.

" Selamat malam Ayah. " Gumamku. 


Next.....

Terima kasih sudah membaca.....

#Dirumah aja dulu, jaga kesehatan semuanya. 

Ig: afchan_212

Vote, comment & Share

NestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang