" Tumben tidak tidur. " Tegur Eli yang baru saja datang.
" Aku tidur kau protes, aku bangun kau protes juga. Maumu apa? " Ucapku sinis. Eli hanya terkekeh mendengar ucapanku.
Lima belas menit setelah kedatangan Eli, guru kami pun masuk ke dalam kelas. Seperti biasa kami memberi salam dulu, setelah itu belajar pun dimulai. Keadaan kelas benar – benar tenang. Karena saat ini kami sedang diajar oleh guru paling galak di sekolah ini. Bahkan Rhey yang biasanya paling cerewet di kelas dari tadi diam seribu bahasa.
Hingga tidak terasa waktu berlalu begitu saja. Jam istirahat tiba dan seperti biasa semua orang pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang kelaparan. Kecuali aku yang sedang duduk sendirian di dalam kelas. Menunggu Azka datang dan menemaniku di sini.
" Adri." Panggil Azka sambil berjalan menghampiriku. Aku hanya menoleh sekilas lalu kembali membaca bukuku.
" Nih aku belikan susu buat kamu. Aku juga beli coklat. " Dia meletakkan makanan itu di atas mejaku.
" Aku kan sudah bilang tidak usah belikan aku makanan. Aku bawa bekal hari ini. " Ucapku.
" Kamu makan saja bekalmu dan makan ini juga. " Balasnya sambil duduk di sampingku. Dia mengambil salah satu kabel earphoneku dan memasangnya ditelinganya.
" Kau ingin aku gemuk ya, " Ucapku sambil mengeluarkan kotak bekalku, " Ini aku bawa nasi goreng makanlah. "
Aku memberikan nasi goreng yang ibu buatkan untukku tadi pagi. Dia memakannya dengan lahap meskipun matanya sibuk menatap layar ponsel. Apalagi kalau bukan main game.
" Oh iya Adri, hari ini di kelasku ada murid baru. Dia pindahan dari luar kota. "
Aku langsung menoleh ke arahnya. Murid baru? Tumben ada murid baru padahal kami sudah kelas tiga. Azka menceritakan tentang murid baru itu. Dia seorang perempuan dan teman – teman kelasnya langsung heboh karena dia gadis yang sangat cantik. Bahkan banyak siswa dari kelas lain sengaja lewat di depan kelas Azka demi melihat murid baru itu. Azka juga bilang kalau teman – temannya itu terlalu berlebihan. Seperti tidak pernah melihat gadis cantik saja.
" Dan kau tahu mereka semua marah padaku karena dia duduk di sampingku. Haah... andai saja yang duduk di situ adalah kau. Aku pasti akan lebih semangat belajarnya. Baiklah, aku pergi dulu lima menit lagi waktu istirahat habis. "
Azka pun pergi. Entah kenapa aku jadi memikirkan tentang murid baru itu. Murid pindahan, cantik, dan dia duduk di sebelah Azka. Aku tahu kalau Azka tidak akan menggoda gadis lain atau mendekati gadis manapun. Dia bukan laki - laki yang suka tebar pesona. Tapi perasaanku jadi tidak enak.
*****
" Adri..Dri... Adriana! "
Lamunanku tiba – tiba buyar, aku sedikit tersentak karena terkejut. Ternyata Eli yang memanggilku. Eli memanggilku karena dari tadi aku hanya melamun dan tidak memperhatikan guruku yang sedang menerangkan materi. Untung saja Eli menegurku bisa gawat jika aku ketahuan.
" Kau kenapa? Dari tadi kuperhatikan kau hanya melamun terus. Kalau guru tahu kau bisa dikeluarkan dari kelas. "
" Akan kuceritakan saat pulang sekolah nanti. "
Kriiing.... Kriing ... Kriing...
Bel berbunyi dan kami akhirnya bisa pulang. Aku memasukkan buku – bukuku yang ada di atas meja ke dalam tas. Begitu semua barangku sudah masuk ke dalam tas, aku dan Eli pun berjalan keluar dari kelas. Sesuai janjiku pada Eli tadi, aku memberitahu alasan kenapa aku melamun selama jam pelajaran. Aku melamun karena memikirkan tentang murid baru di kelas Azka.
Aku mungkin sedang tidak waras hari ini. Aku melamun di kelas hanya gara – gara memikirkan murid baru itu. Fakta bahwa dia duduk di sebelah Azka itu mengganggu pikiranku.
" Oh murid baru itu. Aku tadi sempat lihat dia di kantin. Cantik sih, semua orang meliriknya waktu ia datang ke kantin. Memangnya kenapa? Kamu cemburu dia duduk di samping Azka? Ciee yang cemburu nih. Ahaaayyy...." Ucap Eli.
" Tentu saja tidak. Kau tahu kan kalau Azka itu punya banyak teman perempuan. Juga banyak yang menyukainya. Bahkan saat masih MOS dulu banyak kakak kelas yang menyukai Azka. Tapi aku tidak pernah cemburu jika mereka dekat – dekat dengan Azka. Hanya saja..."
" Adri. "
Kalimatku terpotong karena mendengar suara Azka memanggilku. Aku dan Eli langsung menoleh. Kulihat Azka sedang berjalan ke arah kami.
" Kalau gitu aku duluan ya. Azka bawa motornya pelan – pelan awas kalau Adri-ku kenapa – napa. " Ucap Eli sambil memeluk lenganku.
" Iya cerewet banget sih. Udah lepasin Adri seenaknya saja peluk – peluk pacar orang. " Azka menarik tangan Eli agar ia melepaskan pelukannya. Eli justru semakin erat memeluk lenganku.
" Biarin Adri saja tidak marah. Weeekkk..... "
Aku menyuruh Eli untuk segera pulang. Yang ada aku tidak bisa pulang karena mereka akan terus berdebat di sini. Eli pun pergi, Aku dan Azka juga langsung pulang. Dia mengantarku dulu setelah itu dia ke rumah temannya untuk kerja kelompok.
" Hati – hati di jalan yah. " Ucapku.
Baru saja aku ingin masuk ke dalam rumahku namun tanganku langsung di tahan oleh Azka. Aku berbalik dan langsung menatapnya. Dia juga ikut menatapku.
" Ada masalah apa? " Tanyanya.
" Hah? " Tanyaku kembali, aku bingung kenapa dia bertanya seperti itu.
" Dari tadi aku perhatikan kau seperti sedang memikirkan sesuatu. Kalau ada masalah katakan saja aku akan dengarkan. Tapi jika kau mau menceritakannya, kalau tidak mau tak apa kok. Aku akan tunggu sampai kau mau cerita. "
Apa wajahku sekarang terlihat seperti sedang banyak pikiran? Aku tidak menyadari itu. Tapi dari tadi aku memang memkirkan murid baru di kelas Azka. Aku menggeleng – gelengkan kepalaku mencoba mengusir pikiran tidak berguna itu dari kepalaku.
" Aku tidak apa – apa. Pergilah kau bisa terlambat nanti. Aku masuk dulu, hati – hati di jalan."
Next....
Fyi... minggu depan Nestapa akan hadir dengan cover baru.
Ig : afchan_212
KAMU SEDANG MEMBACA
Nestapa
Teen FictionAku masih berduka setelah kepergian ayah. Aku berharap setelah ini ibuku akan berubah menjadi lebih perhatian padaku. Tapi ia justru membawa luka baru untukku. Untungnya aku bertemu dengan kalian, juga dirimu yang menjadi sandaran untukku. Sosok yan...