09 - Toak mesjid?!

11 2 0
                                    

Mulmed video : Power - EXO

Biar baca nya makin semangat!

Vote dan comment nya.


Setelah mendapatkan transfusi darah, dokter segera menjalankan operasi Alodya. Hampir 2,5 jam mereka semua menunggu dengan rasa cemas, panik, takut semuanya menyelimuti. Persaan tambah berkecamuk saat dokter keluar. Kemudian timbul rasa lega dihati karena operasi berhasil dan berjalan dengan lancar.

Dua hari telah berlalu sejak pasca operasi. Kini keadaan Alodya tampak sudah sedikit stabil. Namun masih belum sadarkan diri.

Di kamar bernuansa putih ini, setidaknya ada lima orang yang sedang menunggu Alodya sadar. Feby sejak dari tadi tidak pindah tempat disamping ranjang Alodya.

Beberapa kali Nara mencoba untuk membujuk agar beliau makan sesuatu namun semuanya ditolak. Air mata terus mengalir di pipi Feby.

"Maafin Mama sayang, Seharusnya Mama tidak meninggalkan mu. Seharusnya Mama tahu jika kamu sedang sakit. Mama jahat Alo. Mama jahat! Maafin Mama Alo. Alo kami bangun ya? Udah tidurnya, kamu nggak kangen sama Mama? Mama janji kalo kamu bangun Mama akan berhenti bekerja demi kamu. Dan seterusnya lebih memperhatikan kamu lagi. Mama nggak mau kehilangan kamu Alo. Mama sayang kamu," Deras air mata yang ditampilkan Feby membuat seisi ruang tersebut ikut terbawa suasana.

Niko mengkode Nara untuk membujuknya lagi. Dengan berat hati Nara pun berjalan kearah Feby.

"Tante, sudah ya. Lebih baik tante istirahat dulu. Tante, nanti kalo tante nangis terus Alodya juga bakalan iki sedih. Tante istirahat ya?" Ucapnya seraya mengelus pundak Feby.

Feby menggelengkan kepala nya, "Tante mau lihat Alodya sadar dulu."

Nara menghembuskan nafasnya, lalu beralih menatap Nicho. Menunggu respon Nicho yang akhirnya mengangguk pelan.

"Yaudah tante,"

Sheva sedikit berdehem, sontak membuat Nicho membalikkan badannya. Mengangkat salah satu alisnya.

"Aku sama Ibu mau pulang dulu. Ibu kayaknya lelah banget deh,"

Nicho mengangguk paham, kemudian mendekatkan dirinya kearah Sheva. Ia sedikit membungkukkan badannya membisikkan sesuatu yang membuat Nicho mendapat tabokan dari Sheva.

"Bentar mau izin dulu sama camer. Itung-itung latihan dulu biar terbiasa akrab sama camer. Gue udah nggak jomblo lagi kayak lo kak, Hahaha."

Sontak saja pernyataan tersebut membuat Sheva mendengus kesal, dan tak segan-segan menabok Nicho dengan keras membuat sang-empu nya meringis kesakitan.

"Kok ditabok sih?" Tanya Nicho sambil mengelus pundaknya.

"Laknat!"

"Ye laknat gini juga adek lu kak," Ujarnya sedikit mencibir.

"Gak sudi! Udah sana,"

Sheva tak habis heran. Bisa-bisanya dikala seperti ini masih saja sering membuat lelucon. Yaampun.

Nicho berjalan kearah Feby, "Tante, Niko mau nganter Ibu sama Kak Sheva dulu, nanti bakal balik lagi kok."

Feby menoleh kemudian tersenyum, dirinya bangkit lalu memeluk Nicho. Nicho yang mendapat perlakuan tersebut sedikit menegang, namun pada akhirnya juga dia membalas pelukan Feby.

"Makasih ya, kamu sudah bantu Alodya. Alodya berhutang nyawa dengan Ibu kamu. Kalau kamu butuh sesuatu, panggil saja kami. Kami akan membantu jika kami sanggup." Kata Feby dengan menguraikan pelukannya.

COLD GIRLFRIEND [ON GOING] #HIATUS SEMENTARA#Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang