5. AWAL KEDEKATAN

46 6 1
                                    

Pagi ini burung berkicau indah di langit-langit seraya memberitahu bila cahaya Surya sudah naik dan bersinar terang, hari yang pagi dan udara sejuk ibu kota.

Seseorang membuka korden jendela kamar Samudra membuat cahaya Surya yang tadi berusaha masuk tetapi sekarang berhasil masuk dengan mudah.

Telah menjadi kebiasaan sebelum bangkit dari tidurnya Samudra selalu menggeliat kan tubuhnya melemaskan otot-otot tubuhnya yang menegang.

"BANGUN WOY BANGUN!"

Teriak seseorang dari pintu kamar Samudra membuat Samudra menoleh ke asal suara itu.

"Kak Lexa? Jam berapa kak?" Tanya Samudra yang telah bangkit dari tidurnya.

"Ini mau jam tujuh! Bangun kagak lu! Gua siram aer segaban mau lu?!" Teriak Lexa mengancam.

"Lah.. udah mau jam tujuh aja, gue gak sekolah gapapa kak?" Tanya Samudra iseng-iseng.

"Gue timpuk pala lu! Buru mandi! Gue balik kesini lu blom mandi gue tampol asli dah! Bway!" Lexa melangkah pergi dari pintu kamar Samudra entah kemana.

Samudra lalu berjalan menuju kamar mandinya dan melakukan ritual mandinya dengan santai.

***

Pagi ini hiruk pikuk kota Jakarta nampak sangat ramai dilalui oleh orang-orang yang menggunakan baju rapih karena almanak menunjukkan hari ini hari Senin dimana para pegawai-pegawai kantoran ingin menuju kantor mereka untuk melakukan tugas mereka. Tak hanya itu, ada juga orang-orang yang sekedar berjalan santai menikmati indahnya suasana pagi ibu kota.

Terlihat seorang gadis yang terlihat sangat tergopoh berjalan melewati hiruk pikuk ibu kota, sesekali ia tidak sengaja menabrak orang-orang yang sedang berjalan lalu meminta maaf dengan segera. Arabella Oceanna pastinya.

Ara berlari di trotoar lalu berbelok ke gang sempit yang berada di pinggir trotoar. Saat tiba di pertigaan gang, Ara berhenti dan menyeka keringat yang sudah membasahi wajahnya.

Ara terlihat sedang kebingungan dengan jalannya, baru kali ini dia melewati gang sempit ini, kata anak-anak di sekolahnya gang ini adalah jalan pintas menuju sekolahnya—SMA ADIWANGSA.

Tanpa pikir panjang Ara memilih salah satu gang dan segera berlari dengan cepat. Beberapa menit sudah berlalu akhirnya Ara sampai di ujung lorong. Ara menoleh ke kanan dan melihat gerbang sekolahnya yang masih terbuka cukup lebar.

Ara tersenyum senang saat melihat gerbang sekolahnya dan saat dia ingin melangkahkan kakinya ke sekolah, Ara tidak sengaja mendengar suara bising yang berasal dari gang yang dilewatinya tadi.

Suara tertawa yang keras dan suara bantingan barang yang cukup kuat. Ara akhirnya memutar balik arah jalannya menuju arah suara itu, Ara berjalan dengan perlahan dan saat dia sampai di ujung lorong, Ara mengintip di sekitarnya.

Terlihat tiga orang preman yang sedang membawa balok-balok besar dan parahnya ada satu orang laki-laki yang sedang terduduk menahan sakit dihadapan tiga preman itu.

Laki-laki itu menggunakan seragam yang sama dengan Ara, tertera lambang SMA ADIWANGSA di lengan kanannya. Ara mengerutkan dahinya, rasa kesal dan kasihan yang dirasakannya sekarang.

Saat Ara sedang memperhatikan tiga preman itu yang sedang membentak laki-laki itu tanpa sadar tas Ara ditarik secara kasar oleh seseorang. Ara terkejut dan menoleh ke belakangnya. Terlihat satu orang laki-laki yang sedang tersenyum seram.

Samudra DieskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang