Palembang, 25 april
"Voleta, sudah siap Nak?"
"Sudah, Bun," ku ulas sedikit senyumku untuk Bunda.
Hari ini, setelah 16 tahun Aku lahir dan besar di kota kelahiranku, aku harus ikut Ayahku yang di pindahkan tugas ke Jakarta.
Selama 1 jam 30 menit perjalanan udara, Aku hanya melihat ke arah jendela. Entah apa yang ku pikirkan, tetapi yang jelas Aku belum sepenuhnya siap untuk meninggalkan kota kelahiranku.
Tak lama kemudian, aku sudah berada di alam bawah sadarku.
Saat Aku menyelesaikan mimpiku, Aku terbangun.
"Voleta sudah bangun? 10 menit lagi kita akan landing," Bunda tersenyun lembut ke arahku
Aku membalas senyuman Bunda yang selalu menjadi favoritku, "Sudah, Bunda.."
Aku memusatkan kembali perhatianku pada jendela yang memperlihatkan bangunan-bangunan berukuran kecil.
"Para penumpang yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Mohon untuk memakai kembali sabuk pengaman, menegakkan kursi dan melipat kembali meja anda,"
Aku pun mengikuti arahan yang diberikan oleh flight attendant tersebut.
Pesawat yang ku tumpangi sudah landing dengan selamat di bandara Soekarno-Hatta. Aku membuka sabuk pengaman, dan berdiri untuk membereskan barang bawaanku. Kemudian Aku, Ayah, Bunda dan Bang Ardan turun dari pesawat.
-
"Ayah, besok Ardan dan Ivo sudah bisa sekolah?" tanya Bang Ardan.
"Bisa, kalau kalian tidak lelah. Kalian satu sekolah ya, Ayah sudah daftarkan dari jauh-jauh hari,"
Saat ini kami sedang menunggu untuk mengambil koper di bagasi. Ayah dan Bang Ardan sudah menyiapkan dua buah trolley untuk membawa barang bawaan kami.
꧁༒Musik Fisika༒꧂
Aku dan keluargaku sudah tiba di rumah baru kami. Rumahnya cukup besar, dan kelihatannya sangat nyaman.
"Kamar kita ada di lantai dua. Kamar Ivo dan Ardan bersebelahan ya. Kamar Ayah Bunda gak jauh kok dari kamar kalian," Ayah menurunkan dan memasukkan koper ke dalam rumah di bantu oleh Bang Ardan.
"Siap, Ayah!" Aku dan Bang Ardan menjawab dengan kompak
-
Setelah melihat isi rumah, kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Bunda tengah membereskan dapur serta peralatannya, Ayah dan Bang Ardan membereskan garasi dan ruang tengah serta ruang tamu. Sementara aku sendiri, sedang membereskan barang bawaanku di kamar, dan sedikit menyapu serta mengepel.
Kamarku yang sekarang lebih luas daripada kamarku yang berada di Palembang. Kamar ini sudah di desain sesuai ke inginanku. Kamar bernuansa putih dan krem di lengkapi dengan balkon.
Setelah merapihkan kamarku, aku membersihkan diri, berganti pakaian menjadi setelan santai, lalu turun ke dapur untuk membantu Bunda memasak makan siang.
-
Saat tengah membantu Bunda, Bang Ardan memanggilku. "Ivo, kita ke rooftop mau?" Ajak Bang Ardan, aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bunda, Ivo ke rooftop dulu sama Bang Ardan yaa.."
"Iya, sayang,"
Aku dan keluargaku bisa dibilang keluarga yang harmonis. Aku dan Bang Ardan sangat akur. Ayah dan Bunda tidak pernah melarang apapun yang Aku dan Bang Ardan lakukan selagi tidak melewati batas.
Saat ini Aku dan Bang Ardan sudah berada di rooftop.
"Bang, besok anterin Ivo sampai depan kelas yaa," Aku menatap wajah Bang Ardan yang terpapar sinar matahari.
"Iyaa. Tapi hari pertama saja ya. Abang gak mau Ivo malas buat beradaptasi sama lingkungan baru," Bang Ardan mengusak rambutku dengan gemas.
"Mataharinya makin panas. Kita turun yuk, makan siang dulu," Aku melihat ke arah matahari dan mengiyakan kalimat Bang Ardan.
Bang Ardan berjalan meninggalkanku dan aku menyusul.
-
Selesai makan siang, kami pergi keluar untuk membeli peralatan sekolah.
꧁༒Musik Fisika༒꧂
Saat ini keluarga Gayatri sedang makan malam.
"Ivo dan Ardan, sudah menyiapkan seragam?" tanya Bunda dengan lembut
Kami berdua hanya menggangguk, sebab tengah mengunyah makanan.
Ayah turut menimpali, "Besok Ivo dan Ardan mau naik apa ke sekolah? Mobil atau motor? Tapi besok Ayah gak bisa antar kalian ke sekolah, ya,"
"Naik motor saja, Yah. Biar gak telat. Hehe,"
Voleta, gadis cantik yang sangat di sayang keluarganya. Voleta tumbuh menjadi gadis yang ceria, juga pendiam terhadap orang-orang baru. Tapi bukan berarti Voleta tidak mau berteman, hanya saja, Voleta ingin memilih mana yang layak untuk dijadikan sebagai temannya.
Keluarga Gayatri adalah keluarga yang berada. Semua kebutuhan mereka tercukupi. Tetapi sifat mereka sangatlah sederhana, tidak merasa sebagai orang yang sangat berkecukupan. Karena banyak perjuangan sebelum mereka menjadi Keluarga Gayatri yang sukses.
-
Setelah menyelesaikan makan malam, keluarga Gayatri biasanya berkumpul di ruang keluarga. Entah itu untuk menonton film atau sekedar bercerita.
Voleta menidurkan badannya di paha Bunda, "Ivo minta di pijat dong, Bund. Hehe,"
"Ivo capek ya? Sini sini sayang," Bunda mengusap pelan rambut Voleta dan mulau memijat tangan serta kaki Voleta
Baru sebentar di pijat, Voleta sudah mendengkur halus. "Anak Bundaa~. Dipijat bentar udah tidur," Bunda terkekeh melihat Voleta. Tetap diusapnya rambut panjang dan halus milik anak bungsunya tersebut.
Bang Ardan membawa Voleta ke dalam gendongannya, dan berjalan ke kamar Voleta. Bang Ardan meletakkan Voleta di ranjangnya dengan perlahan tak ingin Voleta bangun, dan tak lupa juga menyelimuti Voleta dengan selimut tebal. Terakhir, Bang Ardan mengecup lembut kening Voleta.
Bang Ardan keluar dari kamar Voleta dan kembali ke ruang keluarga.
"Abang, Ayah mau bicara dulu sini, sebentar," Ayah menepuk bagian sofa yang kosong, meminta Bang Ardan untuk duduk di sana.
Bang Ardan berjalan menuju samping Ayah dan mengisi bagian kosong tersebut. "Kenapa, Ayah?"
"Selama di sekolah, jaga Voleta baik-baik ya? Ayah tidak mau kejadian yang sudah lalu terulang lagi,"
Bamg Ardan mengangguk mantap. "Siap Ayah. Abang bakal jaga Ivo. Abang juga gak mau kejadian itu keulang lagi ke Ivo."
Dulu, saat Voleta baru masuk Sekolah Menengah Pertama, ia nyaris mendapatkan pembullyan dari kakak kelasnya. Alasannya pun sepele, hanya karena Voleta itu gadis cantik yang berprestasi.
Ayah dan Bunda hanya tersenyum mendengar kalimat Bang Ardan.
"Udah jam 9, Yah, Bun. Abang ke kamar dulu ya. Selamat malam Bundaa, Ayaah,"
"Selamat malam, sayang,"
꧁༒Musik Fisika༒꧂
Kei's Note(s) : Hai! Gimana chapter ini? Ada pesan atau saran? Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini! Apalagi yang sudah mendukung!♡ <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Musik Fisika
Novela Juvenilketika musik dan fisika berusaha hidup berdampingan. Bisakah?