【 三 】

43 7 13
                                    

"Tata Levan," Seorang gadis kecil mendekat pada Revan, kemudian dibalas pelukan oleh Revan, "Uuu princess nya kakak,"

Suara sahutan dari arah dapur terdengar, Mama Revan, "Revan udah pulang nak?"

"Udah Ma," suara seorang pria dewasa terdengar dari belakang Revan.

"Papa, yang ditanya kan, tata Evan. Bukan papa," Sambar gadis kecil berumur 3 tahun itu.

Mama Revan muncul dari dapur. "Papa udah pulang juga? Revan sama Papa mandi dulu ya, biar mama lanjutin masak makan malam dulu."

"Aye aye captain!" Revan dan Papanya memberi gestur hormat pada wanita cantik itu.

Keluarga Bagaskara. Terdiri dari Papa, Mama, Revan, dan Grace. Kedua orang tua Revan memang keras mendidik Revan, tetapi Revan masih di bebaskan untuk bermain seperti remaja pada umumnya.

꧁༒Musik Fisika༒꧂

  "Van nongkrong lah hayuk" terdengar suara Arga dari gawai Revan.

"Tunggu lima menit lagi gue nyampe." Revan segera mematikan panggilan itu.

"Ma, Pa, Revan ke rumah Arga ya," izin Revan pada kedua orang tuanya. Revan keluar rumah, menutup pintu dan menutup pagar.

Satu langkah...

Dua langkah...

Tiga langkah...

Empat langkah...

Lima langkah...

Dan...

Enam langkah, adalah langkah yang terakhir.

Arga membuka pagar rumahnya. "Belum lima menit udah nyampe aja," ujar Arga.

"Rumah lo sama rumah gue kan sebelah sebelahan, lima langkah juga nyampe" ucap Revan yang langsung masuk ke rumah Arga

"Tumben pake hoodie, biasa juga cuma pake kaos fakboy" gurau arga

"Gak papa, dingin aja" balas Revan

"Butuh kasih sayang kali lo, makanya nyari cewe. Heran gue, tujuh belas tahun lo hidup, tujuh belas tahun juga gue jadi sepupu lo, gak pernah gitu lo naksir cewe satupun?" Arga mulai mengoceh panjang lebar.

"Jangan-jangan, lo beneran homo?! Ya ampun Van, cewe masih banyak Van, gak usah belok gitu hidup lo," sambung Arga.

"Tujuh belas tahun lo hidup, tujuh velas tahun juga gue jadi sepupu lo, gak pernah tuh gue liat lo serius sama cewek " Revan membalas dengan cuek.

"GAUSAH DI BALIKIN GITU DONG VAN." Arga terlihat tak terima dengan kalimat Revan, tentu saja itu hanya lelucon semata.

"Seenggaknya gue masih suka cewe Van" lanjut Arga pelan.

"Gue juga masih suka cewe kali. Cuma belom nemu yang cocok aja" jawab Revan santai.

"Lo mau gue kenalin sama anak Arandelle yang kayak gimana?" Arga mulai berceloteh lagi.

 "Yang pinter ada, yang cantik ada, yang lemot juga ada,"

"Atau Lo mau yang jago nyanyi? Eh denger-denger, ada anak baru XI Ipa 1 Van. Anaknya cantik, suaranya bagus, pinter lagi, dia sering nyanyi di ruang musik katanya," nampaknya, Arga terlihat sangat bersemangat saat membahas sosok gadis baru itu.

Revan berpikir, "Gue gak pernah denger ada yang nyanyi di ruang musik tuh."

"LO AJA YANG BOLOT. JELAS JELAS UDAH EMPAT HARI INI DIA NYANYI MULU DI RUANG MUSIK VAN!" Well, Arga mulai habis kesabaran menghadapi si cuek Revan.

Revan hanya membulatkan mulutnya, membentuk huruf 'o'.

"Oh doang?! Ya Tuhan, sabarkan hamba saat mengahadapi orang jahanam ini," Arga mengusap wajahnya kasar.

Revan memilih untuk meninggalkan sepupu laknatnya, "Lo lebih jahanam. Udah lah, gue mau pulang. Besok pagi kalo jam setengah tujuh lo belom ada di depan pager, gue tinggal." Final Revan.

꧁༒Musik Fisika༒꧂

"Kenyataannya, selalu lo yang telat Van"

"Gus telat cuma dua menit." Revan hanya menanggapi dengan santai.

"Telat tetap telat, udah ayo cepetan."putus Arga.

Arga Mengendarai Ninja nya, di susul Revan. Sebenarnya motor mereka sama persis, hanya berbeda warna saja, memang cousin goals.

-

Sesampainya Revan dan Arga di AIHS, seperti biasa fans Revan sudah berjejer di sepanjang koridor AIHS. Tidak aneh memang, karena setiap hari inilah suguhan yang Revan dapat dari fans nya. Tetapi entah mengapa, pagi ini begitu ramai siswa-siswa Arandelle di parkiran mobil.

"Ga, itu ada apa sih di parkiran mobil?" tanya Revan pada Arga di tengah tengah kerumunan siswi Arandelle.

Arga menyipitkan matanya. "Oh, itu si anak baru. Gila kan Van, baru seminggu pertama dia di Arandelle, hampir semua siswa dri kelas 10-12 naksir dia."

"Tapi tadi gue liat ada cowo yang lindungin dia dari cowo cowo itu. Pacarnya?" tanya Revan kepo.

"Itu abangnya Van" jawab Arga.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"Tunggu, tumben lo ngepoin cewe, kenapa? Lo naksir dia? Jangan deh, saingan lo se AIHS soalnya. Walaupun lo yang paling ganteng," sambung Arga

"Nggak gitu. Cuma gue kayak pernah liat mukanya aja," Revan berusaha menjelaskan pada Arga.

"Mungkin teman masa kecil lu kali. Kayak di cerita fiksi gitu," Arga memberikan Revan sebuah pertanyaan, sama seperti sebuah teka-teki.

"Kalau dia temen masa kecil gue, harusnya lo tau dan kenal dong, kita kan gak pernah pisah" balas Revan.

Revan dan Arga di lahirkan berdekatan, hanya beda beberapa minggu. Dari lahir sampai umur enam tahun, mereka tinggal di rumah nenek dan kakeknya bersama orang tua mereka. Umur tujuh tahun sampai saat ini mereka tinggal bersebelahan di daerah Jakarta Selatan. Jadi mereka saling mengetahui satu sama lain.

Sesampainya di kelas, Revan memutuskan untuk memainkan ponselnya.

"Van gue mau ngapel dulu ya," izin Arga pada Revan

"Emang lo punya cewe?" Goda Revan pada sepupunya itu.

"Punya lah. Thania XI ipa 1, temennya si anak baru," jawab Arga.

"Anak baru yang tadi?"

"Iya, kenapa? Mau titip salam?" Arga menyunggingkan senyum jahilnya.

"Gak. Sana lo pergi." usir Revan

꧁༒Musik Fisika༒꧂

Kei's Note(s) : Hai! Gimana chapter ini? Ada pesan atau saran? Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini! Apalagi yang sudah mendukung!♡ <3

Musik FisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang