【五】

38 4 10
                                    

"Selamat pagi Ibu-Bapak guru, dan teman-teman. Baik kita mulai saja rapat kali ini. Ibu Lina dan Pak Alex di persilahkan untuk ke depan." ucap Alvaro.

Bu Lina membuka suara. "Baik, jadi tujuan saya mengumpulkan anggota osis, serta beberapa siswa-siswi lainnya adalah untuk membicarakan Arandelle Internasional High School Birthday yang akan di laksanakan 1 bulan lagi. Jadi waktu kalian menyiapkan acara ini masih banyak."

"Di acara ini akan membutuhkan lebih banyak panitia. Maka dari itu kalian semua di kumpulkan di sini. Kita akan membuat susunan panitia, karena lomba-lomba yang akan di lombakan sudah di tentukan." sambung Pak Alex sembari menatap semua pasang mata yang tertuju ke arahnya

"Saya akan menyebutkan Lomba-lombanya." Alvaro menyebutkan dan di tulis oleh Thania di papan tulis.

"Pertama, ketua panitia Alvaro Laxana, wakil ketua panitia Adara Keisha, penanggung jawab lomba tari Bella Syakira dan Asyana Kiara" Alvaro membacakan susunan panitia sesuai dengan kesepakatan rapat antara ketua osis dan guru ketua pelaksana acara.

"Penanggung jawab lomba menyanyi Auristela Voleta dan Thania Arabella"

"Tunggu dulu. Saya mau Voleta dengan Revan" potong Bu Lina.

Semua terdiam. Masing-masing dari mereka menatap satu sama lain dengan tatapan yang heran.

"Kenapa diam? Bagus bukan? Voleta juara menyanyi tingkat Internasional dan Revan juga pernah ikut lomba menyanyi tingkat provinsi waktu itu" ucap Bu Lina menyuarakan pendapatnya.

"Very nice Bu Lina, saya sangat setuju" Pak Alex tersenyum lebar

"Jadi saya sama siapa Bu?" tanya Arga.

Sesungguhnya, Arga ingin sekali dengan Thania. Ia tak bisa jauh-jauh dari Thania. Harap maklum, budak cinta.

"Sama Thania Arabella dong. Kalian jadi penanggung jawab lomba fotografi. Kalian punya hobi yang sama kan?" Bu Lina seakan-akan mendukungnya.

Arga melebarkan kedua sudut bibirnya dan melihat Thania senang. Yang dilihat hanya tersenyum malu.

"Mungkin ibu dan Pak Alex hanya menemani sampai disini. Kalian lanjutkan saja dengan Alvaro. Baik, terimakasih, wassalamu'alaikum," Setelah mendengar balasan salam, Bu Lina dan Pak Alex berjalan keluar dari ruang osis.

"Sha, lo yang jelasin ya. Gue lagi kurang enak badan" ujar sang ketua osis kepada wakilnya.

Keisha mengangguk dan sedikit mendumel kesal. Ketua osis apaan kayak gini, batinnya. "Oke bisa kita mulai lagi?"

꧁༒Musik Fisika༒꧂

"Ternyata lo bisa se cool itu ya, Sha kalau lagi jadi waketos" ledek Voleta.

"Hilih ipiinsih" Balas Keisha dengan bibir yang dibentuk sedemikian rupa

"Tapi emang Revan bisa nyanyi?" Voleta melihat kearah dua temannya.

Seingat gadis itu, Revan merupakan siswa yang unggul di bidang Fisika, bukan di bidang Seni Musik dan Menyanyi.

"Lo gak tau? Suara dia kalo nyanyi bagus parah Vo" Thania menjawab dengan antusias

Keisha menoyor kepala Thania "Heh! Dia baru pindah, mana tau suara Revan nyanyi. Denger suara Revan juga baru sekali kan?"

Thania mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya dan menyengir lebar. "Peace"

"Eh tapi ngomong-ngomong lo jadi bisa deket sama Revan. Jarang-jarang loh, ada cewek yang bisa deket gitu sama Revan." goda Thania yang sebenarnya mengalihkan topik

"Apaan sih. Gue gak suka sama Revan" semburat merah muncul di kedua pipi Voleta yang sedikit tembam.

"Ulululu salting nih. Suka ya?" sekarang giliran Keisha yang menggoda Voleta.

"BIG NO!" seru Voleta, lalu kabur dari kedua teman usilnya itu.

"Voleta kok kita di tinggal sih?!" protes Keisha dan Thania bersamaan

꧁༒Musik Fisika༒꧂

"Udah ayo pulang. Jadi kan main dulu?" tanya Voleta yang sedang merapihkan buku dan peralatan sekolahnya

"Jadi dong. Gue udah ga sabar nih" jawab Keisha dengan semangat 45.

Mereka berjalan menuju parkiran mobil, karena hari ini mereka ingin main, jadilah Thania membawa mobil.

Tiga dara itu tertawa riang saat berjalan menuju parkiran.

"Sha" panggil seseorang. Bukan, itu bukan siswa Arandelle.

Mata Keisha memanas saat melihat sosok itu. "Pergi, gue gak sudi liat muka lo brengsek"

Laki-laki itu mendekat dan berusaha meraih pergelangan tangan Keisha, "Sha denge-"

"Lo mendekat satu langkah, satu pukulan melayang di muka lo" potong Thania cepat. Ia tahu laki-laki ini, Keisha bercerita banyak tentang sosok ini padanya.

"Lo gak usah ikut campur Than, lo gak tau apa apa," laki-laki itu mendorong Thania hingga Thania tersungkur di aspal.

Laki-laki itu berusaha mendekat ke Keisha yang sedang menangis di pelukan Voleta. "J-jangan mendekat,"

"Lo siapa hah?! Lo anak baru kan? jadi mending lo diem. Gausah ikut campur urusan dia sama gue." lelaki itu terus berusaha mendekat ke Keisha

"S-sana lo pergi aja. K-keisha jelas gak mau sama lo," usir Voleta sesungguhya dia takut melihat laki-laki berwajah sangar itu.

"UDAH GUE BILANG LO GAK TAU APA-APA JADI MENDING LO MINGGIR" Laki-laki itu mendorong Voleta dengan kasar hingga kepala Voleta menghantam tiang listrik.

Voleta menangis menahan sakit, jelas saja sakit. Dia membentur tiang listrik dengan sangat keras hingga menyebabkan debuman kencang.

Laki-laki itu menarik Keisha. "Sha dengerin aku, aku bener-bener nyesel"

Keisha hanya menangis. Di sekolah sudah sepi saat itu, hanya ada anak-anak club futsal yang sedang rapat di aula.

"LO PIKIR PERBUATAN LO BISA DI MAAFIN GITU AJA?!" emosi Keisha meluap, sedih dan marah menjadi satu.

"DASAR PEMBUNUH!" sambung Keisha

Plak

Satu tamparan keras melayang ke wajah Keisha

"HEH BANCI! LO BERANINYA SAMA CEWEK HAH?!" ucap Ardan yang entah dari mana datangnya.

"LO SIAPA?! MAU JADI PAHLAWAN LO?!" ucap laki-laki itu murka.

"INI KAWASAN SEKOLAH GUE LO BERANI?!" Revan datang membawa anak-anak futsal

"ARRGGH LIAT AJA HIDUP LO GAK BAKAL TENANG!" lelaki itu pergi dengan emosi yang sudah berada di pucuk kepalanya

"Sha lo gak apa-apa?" tanya Ardan dengan lembut

Keisha masih menahan sakitnya"Gapapa t-tapi Voleta—"

"B-bang Ardan... I-ivo, g-gak kuat l-lagi" semua menoleh ke sumber suara.

"Ivo!" Ardan terkejut dengan keadaan adik kesayangannya, darah sudah mengotori seragam dan rambut indahnya.

"Lo ambil mobil Dan, buruan. Biar gue yang gendong Ivo" seru Revan

Sesampainya Ardan dengan mobilnya, Revan menggendong Voleta masuk ke dalam mobil

"Motor lo gimana Van?" tanya Ardan

"Tenang nanti gue titip Arga. Dia masih ngobatin lukanya Thania" jawab Revan yang duduk di sebelah Voleta

"K-kak Ardan, maafin a-aku ya, karena a-aku ivo j-jadi gini..." Keisha terisak dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Ardan menatap Keisha iba dan mengela nafas panjangnya.

꧁༒Musik Fisika༒꧂

Kei's Note(s) : Hai! Gimana chapter ini? Ada pesan atau saran? Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini! Apalagi yang sudah mendukung!♡ <3

Musik FisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang