"Lo gak salah, yang salah si brengsek itu Sha" ucap Ardan yang berusaha tenang walaupun sebenarnya Ia gelisah.
Ardan melirik kaca yang mengarah ke kursi tengah. Ia melihat Revan yang mengelus puncak kepala Voleta.
"Ya Tuhan lupa ngabarin Ayah Bunda!" seru Ardan
Ardan memberi benda canggih yang berlogo apel miliknya ke Keisha. "Sha, tolong telponin Bunda ya? Ini handphonenya, Sha"
"Passwordnya apa kak?" Keisha menatap Ardan dan menggoyangkan ponsel milik Ardan.
"Ah iya gue lupa. Siniin dulu" Keisha menyerahkan ponselnya. Ardan memasukkan passwordnya dan mengembalikannya ke Keisha.
-
Saat ini Voleta sudah berada di UGD, Ayah dan Bunda Voleta juga sudah di perjalanan.
"Bang, gue balik dulu ya. Nanti kalo sempet gue sama Arga kesini lagi" Revan berceletuk. Pemuda itu berdiri dari duduknya, dan menghampiri Ardan. Setelah berpamitan, ia dan Arga berjalan meninggalkan tempat itu.
"Kak Ardan" panggil Keisha.
"Hm?" gumam Ardan membalas panggilan Keisha
Keisha memberanikan diri untuk bertanya. "Tadi kok kak Ardan bisa ada di situ? Bukannya anak futsal lagi rapat ya tadi?"
"Tadi udah selesai rapat, terus tiba-tiba Thania dateng terus bilang kalian lagi kenapa-napa" jawab Ardan seadanya.
Tak lama, datanglah sosok Bunda dan Ayah. Bunda terlihat sangat khawatir sekali. "Ardan, Ivo gimana keadaan nya?"
"Masih di dalem Bun" Ardan menyandarkan punggungnya ke kursi. Menatap Bunda dengan pandangan sendu.
Keisha berdiri dan menghampiri Bunda. Gadis itu meraih kedua tangan Bunda dan digenggamnya erat. Ia menangis kencang, "T-tante maafin a-aku, ya? K-karena aku, ivo jadi b-begini"
"Sha! Udah berapa kali gue bilang? Ini bukan salah lo!" Ardan membentak Keisha. Ia jengah, karena Keisha terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri. "Ini salah Ardan Bun. Ardan yang gak bisa jagain Voleta" lanjutnya.
"Ardan, udah nak," Bunda menepuk pundak Ardan.
Bunda memeluk Ardan dan Keisha. "Bunda gak tau ceritanya gimana. Bisa kalian ceritakan sama Bunda?" pinta bunda dengan lembut.
Bunda duduk di antara Ardan dan Keisha. "Nama kamu siapa cantik?" Bunda menghadap ke arah Keisha. Beliau mengangkat wajah Keisha dan mengusap air matanya perlahan.
"Adara Keisha, Tante."
Bunda mengelus puncak kepala Keisha yang terbalut hijab. "Sebelumnya, Bunda mau Keisha panggil saya Bunda aja ya? Temen-temen Voleta dan Ardan selalu manggil saya Bunda."
Keisha mengangguk. "I-iya, Bunda"
"Boleh Keisha cerita sama Bunda?" Bunda meminta Keisha menceritakan kejadian yang menimpa mereka.
"Jadi begini Bunda,dulu waktu Keisha SMP, Keisha pernah punya pacar. Selama pacaran itu, tingkah laku dia nggak baik Bunda. Dan Mami Keisha tau. Dia takut Mami bilang ke orang tuanya, kalau dia melakukan itu, dan akhirnya 2 hari kemudian dia-" ucapan Keisha menggantung.
Keisha menangis. "D-dia b-bunuh M-mami di depan mata Keisha Bun"
Bunda turut merasakan kesedihan yang dirasakan Keisha. "Jadi... Kamu piatu?"
Bunda memeluk Keisha. "Kamu bisa kok anggap Bunda itu Mami kamu. Kamu bisa datang ke rumah Bunda dan Ayah kapan aja, iya kan, Yah?"
Ayah mengangguk mengiyakan, "Jangan sungkan kalau butuh bantuan ya cantik"
KAMU SEDANG MEMBACA
Musik Fisika
Teen Fictionketika musik dan fisika berusaha hidup berdampingan. Bisakah?