【 二 】

57 6 9
                                    

Jakarta, 26 april

"Ivo, Ardan sarapan dulu," ucap Bunda yang sedang menyendok nasi goreng untuk Ayah

Voleta dan Ardan turun dengan seragam sekolah  baru. Ivo turun dengan seragam putih, rok kotak-kotak, dan jas hitam yang tertera lambang "Arandelle Internasional High School", serta rambut bergelombang yang di kuncir kuda dan dihiasi poni. sedangkan Ardan memakai kemeja putih,celana kotak-kotak,dan jas hitam "Arandelle Internasional High School".

"Cantiknya anak Bunda," Bunda tersenyum hangat melihat Voleta

Voleta tersenyum malu "Ah Bunda, biasanya Ivo juga begini kok." 

"Ardan juga ganteng kan, Yah?" ujar Ardan yang langsung duduk di depan ayah.

"Iya dong, Prince dan Princess Ayah selalu ganteng dan cantik," ucap ayah sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.

Ivo dan Ardan menyelesaikan sarapannya hanya dalam beberapa menit.

"Ivo sama Ardan berangkat ya Bun, Yah," ucap Ivo dan Ardan sambil menyalimi kedua tangan orang tuanya.

꧁༒Musik Fisika༒꧂

Saat Aku dan Bang Ardan masuk ke kawasan Arandelle IHS, Aku dan Bang Ardan menjadi pusat perhatian. Berbagai macam tatapan tertuju pada kami. Dari tatapan sinis, tatapan memuja, sampai tatapan tidak peduli.

"Udah gak usah di peduliin," ujar Bang Ardan padaku.

Aku dan Bang Ardan berjalan menyelusuri koridor Arandelle IHS. Ini sekolah yang cukup besar, dan terkesan mewah.

"Maaf boleh nanya gak?" tanya Bang Ardan pada 2 siswi yang sedang berjalan.

"Ada apa ya?" jawab seorang siswi cantik yang mengenakan hijab.

"Ruang tata usaha ada dimana ya?"

"Ayo kita berdua antar saja, mau?" tawar teman dari siswi berhijab itu.

"Hm, boleh deh,"

"Nama lo siapa?" Lanjutku sambil menatap dua gadis tersebut.

"Adara Keisha, dan ini Thania Arabella." jawab siswi berhijab dengan senyum.

"Gue Auristella Voleta Gayatri, dan ini Abang gue Ardan Mahaprana Gayatri."

"Salam kenal," ujar Keisha yang salting melihat Ardan.

-

Keisha berhenti di depan sebuah ruangan. 

"I-ini, ruang TU nya." Keisha menunjuk sebuah ruangan yang ada di depannya.

"Assalamualaikum Bu Lisa, Thania sama Keisha mau nganterin anak baru," lanjut Thania.

Bu Lisa yang awalnya sedang bergulat dengan buku buku reflek menoleh.

"Waalaikumsalam, oh iya, silahkan masuk," Bu Lisa mempersilahkan kami masuk ke dalam.

"Auristela Voleta kelas XI Ipa 1, dan Ardan Mahaprana XII Ips 1. Keisha dan Thania bisa bantu menunjukan kelasnya?" pinta Bu Lisa.

"BOLEH BANGET BU!" Keisha menyahut dengan nada antusias. Dan sesaat kemudian, Ia menutup mulut dan pipinya yang tengah merona.

"Aduh ni mulut malu-maluin aja si," gumam Keisha pada diri sendiri.

"Eum, boleh kok Bu. Permisi" Thania langsung meredakan suasana canggung tersebut, dan mengundurkan diri dari sana.

Setelah keluar dari Ruang TU Thania memarahi Keisha. "Lu kenapa si? Malu tau gue,"

"Habisnya, Kak Ardan ganteng. Heheh," jawab Keisha sambil memandangi wajah Ardan

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Hingga sepuluh detik...

"Ekhem," suara deheman dari Ardan menyadarkan Keisha.

Keisha yang salah tingkah langsung memalingkan wajahnya dan menarik tanganku serta Thania.

"Ayo, Vo. Kita langsung ke kelas Lo aja. XI Ipa 1, kan?"

"Eh? Abang gak usah nganterin aku deh. Langsung ke kel-" Belum sempat menyelesaikan kalimat ku, aku sudah di tarik oleh Keisha.

꧁༒Musik Fisika༒꧂

AIHS, 28 april.

Hari ini pembagian hasil ulangan harian fisika.

Arga meletakan selembar kertas ke atas meja milik seorang lelaki. "As always nilai perfect buat lo"

"Lo makan apa sih? Bisa-bisanya, selama 2 tahun disini nilai fisika lo gak pernah kurang dari 100 Van." lanjut Arga.

"Haha lo mau tau? Gue minum saripati ayam tiap pagi," gurau Revan Bagaskara. Siswa yang nilai fisikanya selalu 100, mau sesulit apa soal itu tapi Revan tetap bisa mengerjakannya dengan santai dan selalu sempurna.

"Serius?!" tanya Arga dengan mata berbinar.

"Kalau lo minum saripati ayam tiap pagi, pinter nggak, mabok iya," jawab Revan.

Arga melengos "Kurang ajar. Sebagai gantinya, lu harus traktir gue bakso Bu Atik,"

"yaudah ayo" putus Revan

Selama di perjalanan menuju kantin, yang jaraknya dekat dari kelasnya, seperti biasa selalu ada siswi yang mendekatinya

Memberi makanan, cokelat atau bunga. Revan hanya tersenyum dan tidak meladeni siswi-siswi itu. Yap, yang mengambil semua pemberian itu adalah, Arga.

Sesampainya di kantin, Revan memesan makanan. Sedangkan Arga meletakan semua pemberian itu di atas meja, lalu menghitungnya.

"Hari ini, 10 bunga, 20 coklat dan 5 kotak bekal." Bibirnya terus bergerak untuk menghitung jumlah semuanya.

"Buat lo aja itu," Revan tiba-tiba menyahut.

"Nggak deh. Hampir tiap hari gue makan coklat dan semua makanan ini

Aneh-aneh rasanya. Kemaren gue makan yang dari Syifa, itu nasi goreng pake kecap apa pakai oli?" Arga membayangkan kembali betapa asin dan pahitnya rasa nasi goreng itu.

Revan tertawa santai "Yaudah, itu makanan kasih ke anak anak yang biasa aja."

Biasanya Revan memberi makanan dari siswi-siswi itu ke anak-anak jalanan yang lebih membutuhkan.

Revan Bagaskara. Memiliki otak cerdas dan hati yang lembut. Revan memiliki sifat dingin, tetapi tidak jual mahal. Jika disapa di balas, tidak disapa pun biasa saja. Revan Bagaskara, putra pertama dari keluarga Bagaskara. Tumbuh sebagai lelaki pintar, tampan, tinggi, mendekati kata sempurna.

"Lo gak pernah mau nyoba makanan dari fans lo, gitu?" tanya Arga.

"Nggak tertarik," jawab Revan lalu memasukkan bakso ke mulutnya dan mengunyahnya.

"Lo pernah suka dari salah satu fans lo?" tanya Arga lagi

Revan meminum teh kemasannya "Ngga pernah"

"Jangan jangan berita kalo lu homo beneran lagi" selidik Arga

Revan Bergidik ngeri "Najis,Lo kali yang homo" 

꧁༒Musik Fisika༒꧂

Kei's Note(s) : Hai! Gimana chapter ini? Ada pesan atau saran? Terimakasih yang sudah mau membaca cerita ini! Apalagi yang sudah mendukung!♡ <3

Musik FisikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang