2 Cans of Cola

5.2K 113 6
                                    

Buat ElfPaDa yang nungguin chapter ini :D

semoga suka, btw jangan lupa di komen ya :)

_________________________________________

Justin berdiri menatap kurang senang kearah Bianca yang bersandar di loker pria itu. Bianca masih mencoba mencari perhatian Justin, walau pria itu sudah tak memedulikannya lagi.

"Bisa tolong geser. Kau menutupi lokerku." Ujar sesopan yang ia bisa. Namun wajahnya datar, tak bisa dibilang ramah.

"Oh tentu." Jawabnya dengan tawa menggemaskan yang dibuat-buat. Bianca mencoba membuat percakapan dengan Justin yang hanya di respon sekedarnya oleh pria itu.

Justin cukup sakit hati mengetahui aksi selingkuh Bianca, sedangkan Bianca sangat tak rela kehilangan Justin. Bianca pun mengejar-ngejar Justin, memohon maaf darinya.

Jika aku adalah Bianca, aku tak akan menyakiti orang sebaik Justin yang menyayangiku sepenuh hatinya.

Andai saja aku adalah Bianca.

Ujar sepasang mata abu-abu yang memandangi mereka dari balik loker. Mata pengamat, yang bisa dengan mudah membaca situasi yang terjadi diantara Justin dan Bianca.

Justin menutup lokernya, hendak pergi namun tangan Bianca menahannya, jemari lentiknya membelai rahang Justin, membuat pria itu benar-benar menatapnya.

Entah apa yang dikatakan oleh gadis itu dengan wajahnya terlihat sangat polos dan penuh penyesalan.

Akting Bianca benar-benar bagus.

Justin terdiam, kali ini ia tak bisa mengacuhkan gadis itu. Matanya menatap dalam Bianca penuh dilemma.

Begitu sulitnya ia melepas Bianca, yang sudah jelas-jelas mempermainkannya.

Jika itu aku, akankah ia takut kehilanganku seperti itu?

Jujur saja, melihat Justin bersama Bianca membuat Liah merasa sesak di dadanya. Ia tak tau kenapa. Cemburu? Ia bukan siapa-siapa yang pantas untuk cemburu.

Walaupun begitu, Liah tak bisa menahan dirinya untuk iri kepada Bianca yang mendapatkan keistimewaan di mata Justin.

Mungkin... Liah mulai menyukai Justin. Menyukai seseorang yang serasa begitu mengerti dirinya. Satu-satunya orang yang bisa membuatnya tersenyum hanya karena memikirnya. Dan juga orang yang mampu menghapus rasa sepi dan hampa yang mendarah daging di diri Liah.

Liah menyukai Justin dengan segala hal yang ia lakukan dan membuat semuanya terasa begitu benar. Liah menyukai Justin apa adanya.

Bianca sama sekali tak menyadari sesuatu yang ia miliki, ia menyia-nyiakannya, sementara Liah setengah mati menginginkan hal itu.

Liah menutup lokernya dan beranjak pergi melewati jalan yang berlawanan dari tempat Justin dan Bianca berada.

Melihat tatapan Justin kepada Bianca membuat Liah semakin merasa tak punya kesempatan untuk berada disisi Justin.

~

Justin menghela nafas, Ia kembali menatap mata gadis cantik dihadapannya.

"Kau tau ini tak akan berhasil. Kita tidak bersama lagi." Ujar Justin, perlahan melepaskan tangan Bianca dari pipinya.

"Ta..p-"

"Lagi pula aku sudah tak memiliki perasaan lagi padamu. Kau bisa kembali kepada Max, dan aku sama sekali tak peduli lagi." Ujar Justin lembut. Ia tersenyum kemudian pergi meninggalkan Bianca yang speechless bak batu.

***

Liah sedang memasukkan buku-buku kedalam tasnya ketika ibu memasuki kamarnya.

"Bisakah kau cepat. Ibu ada rapat." Ujar Ibu tak sabaran.

The Way You Are (bahasa Indonesia) Justin Bieber fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang