You Light Up The Dark

5.8K 111 2
                                    

Drop Everything Now

Meet Me In The Pouring Rain. Kiss Me On The Side Walk

Take Away The Pain.

Cause I See Sparks Fly Whenever You....

Smile

Liah tersenyum kearah radio yang memainkan lagu Sparks Fly milik Taylor Swift. Lagu terbaik yang bisa diputar malam ini. Entahlah, lagu yang sangat menyatu dengannya saat ini.

Liah ikut bernyanyi bersama alunan musik di radionya. Liah berjingkrak-jikrak di atas karpet bulu putih di kamarnya yang juga bernuansa putih. Ia melangkah kedepan cermin, bak superstar ia berputar-putar dan mengibas rambutnya.

Dengan sisir sebagai mic-nya dan cermin sebagai penontonnya, Liah telah memiliki konser sendiri.

Gadis kutu buku dengan impian superstar-nya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Ibu dari balik pintu kamar Liah, masih dengan baju kantornya.

".... Aku hanya.." Liah terdiam, perlahan ia meletakkan kembali mic (sisir) ke tempatnya dan mengecilkan suara radionya.

Ia menunduk malu. Tak menyangka Ibunya sudah pulang, tak biasanya Ibu berada dirumah jam 8 malam seperti saat ini. Karena biasanya Ibu selalu pulang diatas jam 10, Ayah juga begitu. Rumah besar ini selalu kosong, hanya ada Liah seorang.

"Jika kau punya waktu lebih, lebih baik kau belajar dari pada menyanyi tak jelas seperti itu. Ingat, tahun depan kau harus mengikuti ujian masuk universitas ternama. Kau ingin meraih cita-citamu kan?" Omel Ibu.

Cita-cita? Liah tertawa kecut didalam hatinya.

Tau apa Ibu mengenai cita-citanya. Yang selalu Ibu lakukan adalah mengarahkan Liah untuk menjadi seorang dokter yang bahkan Liah sama sekali tak berminat pada bidang itu. Ibu mengatur cita-cita Liah tanpa mempedulikan pendapat Liah. Ibu ingin cita-cita tak tersampainya dapat terwujud melalui Liah.

Tapi ini hidup Liah bukan hidup Ibu.

Dan tapi lagi, di hidup ini tak ada yang mendengarkannya.

Liah tersenyum kecut dan mengangguki perkataan Ibunya.

Lagipula cita-citaku itu bodoh. Hanya mimpi belaka. Batin Liah lirih.

"Sudahkah kau makan malam?" Tanya Ibu.

"Belum." Jawab Liah. Ia bahkan belum memasak makan malam. Ya setiap malam Liah memasak makanan untuk dirinya sendiri.

"Ayo makan. Ibu bawa Pizza." Liah mengikuti Ibunya keruang makan

"Aku ingin makanan rumah, buatan Ibu." Gumam Liah. Kapan terakhir kali Ibu membuat makanan rumah?

"Kau tau Ibu tidak bisa memasak Liah." Jawab Ibu yang mendengar gumaman Liah.

Yeah, tidak pernah sekali pun. Liah tertawa dalam hatinya.

"Ibu pun tak punya waktu untuk melakukannya."

*******

Liah mengambil beberapa barang dari lokernya. Ekor matanya menangkap sekumpulan laki-laki yang berkumpul disalah satu loker dan bercakap-cakap. Sekumpulan pria keren sekolah ini.

Liah menyadari bisikan-bisikan gadis-gadis yang memandang sekumpuIan laki-laki itu dengan kagum. Liah semakin memerhatikan sekumpulan laki-laki itu. Kemudian bibirnya mulai tersenyum saat melihat sosok laki-laki berambut coklat madu yang halus meninggi keatas. Bibir laki-laki itu tertawa dengan lepas.

Laki-laki itu, Justin melangkah bersama teman-temannya meninggalkan lokernya yang terletak tak terlalu jauh dari loker Liah. Pasti karena kebiasaan menunduknyalah Liah tak pernah melihat Justin sebelumnya, ia gadis ini memang selalu berjalan tanpa melihat sekeliling, berusaha memblokir semua orang.

The Way You Are (bahasa Indonesia) Justin Bieber fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang