2

17 0 0
                                    

Dari segala hal yang membuatku rindu dengan Ramadhan adalah orang-orang jadi lebih baik.

Orang jadi jarang-malah cenderung menghindari berkata dusta dan fitnah. Perkatannya juga lebih disaring. Syukurlah.

Setidaknya sebulan, setigapuluh hari seperti ini bisa terlepas dari kicau kacau yang negatif.

Loh Kolpik bukannya orang yang cuek?

Iya aku juga berharap sedemikian. Tetapi terkadang pikiran ini terlalu meminta berkerja lebih, sehingga apapun yang diterima panca indra seakan ingin diproses begitu aja.

Wah, mungkin menjadi orang yang mengamalkan stoicism bisa menjadi barisan do'a Ramadhanku kali ini.

Do'a ya.. Hmm, berharap itu sesuatu yang mungkin hanya dilakukan manusia ya? Maksudku aku tidak pernah mengamati hewan seperti melakukan perenungan batin. Bicara apa aku? Mungkin aku memukul rata sikap dan kebiasaan mereka.

Aku jadi lupa harus menyapa kalian yang membaca. Bagaimana puasa kalian hari ini? Semoga badan kalian tidaklah kaget ketimbang yang kemarin.

Lapar itu pasti tapi tidaklah selamanya lapar. Laparpun ada kalau seseorang bisa merasakan kenyang. Andai lapar bisa hilang dengan mengusap perut saja begitu ya.

Dualitas. Kepastian yang terletak dalam perubahan.

Dari segala hal yang ingin kupatri dalam benak dan naluri primitifku, kedua hal itu yang aku mimpikan. Agar nanti aku jadi tidak kaget, biar esok aku jadi bijak.

Mengenang kehidupan pra-karantina, aku jadi pingin tertawa sendiri.

Jadi membayangkan, apa kalau kata warganet Wattpad? Halu? Ya, seperti itu.

Jadi seolah delusional.

Aku bukanlah pribadi yang bisa akrab dengan orang lain. Tetapi dengan orang lain aku jadi bisa akrab dengan diriku. Laksana memandang cermin, begitu kalau aku bisa mengungkapkan.

Ibarat cermin, mungkin sekarang aku jadi kesusahan untuk menatapnya. Meskipun melihat cermin dengan bantuan internet, masih saja rasanya kurang.

Seperti sayur tanpa garam.
Seperti kita tanpa kamu.

Kamu ya..
Kamu siapa?
Kamu seperti Jelly.
Loh kok jadi produk placement.

Tapi loh ya, jelly itu kan punya karakteristik elastis. Mungkin itu yang membuat diriku jatuh cinta padamu.

Bukan karena kamu yang suka molor.
Bukan karena kamu yang plin-plan.

Tapi yang bikin suka adalah manisnya. Apalagi saat berbuka, yang sunnah dengan manis-manis. Aduh aku jadi malu, rangkaian kata ini terkesan di luar penokohanku begitu saja.

Aku sedari kecil suka membaca. Bukan karena aku orang yang menyukai buku atau apa. Hanya yang menyebabkan itu bau dari lembar cetakan buku itu. Aroma kayu-kayu pohon yang diserut tanpa kita ketahui apakah tanaman bisa merasakan rasa sakit.

Kok jadi sadistik ya. Sadis ditambah bistik. Jadi lapar..

Buku Kegiatan Ramadhan KolpikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang