Hola.
Kemana Setan pergi saat Ramadhan?
Dikurung, sepertinya menjadi jawaban yang lebih diplomatis ya. Ini terdengar aneh bila aku lanjutkan.. Tapi..Mengapa masih ada tindak kejahatan yang dilakukan di bulan ini.
Maksudku, bila setan diasosiasikan dengan perilaku buruk bukannya kriminalitas itu sepenuhnya tidak ada lagi.
Apakah konsepnya hanya tercatut pada perseorangan?
Tapi biarpun yang seperti itu, bagaimana dengan orang yang tidak percaya hal supranatural? Apakah dengan tidak percaya dengan adanya sisi buruk yakni setan membuat seseorang tidak berhenti melakukan hal yang buruk.
Semakin terlarut dalam pikiran ini, aku menjadi lebih memahami.
Ini hanyalah persoalan terminologi.
"Itu sebatas koleksi perangko," ucap Rutherford dengan entengnya.
Pada akhirnya juga tidak masalah bila kau tidak mengenal nama dari satu dua obyek. Aku tidak pernah merasa bahwa mengetahui nama selebritis yang sedang populer itu keharusan.
Seseorang pemain sepak bola ulung juga tidak perlu repot melabeli nama teknik tendangannya. Kecuali untuk kepentingan komersil sih, sebagai contoh Capt. Ts*basa (meskipun kita tahu beliau dan kawan2 nya karakter fiktif).
Tunggu, bicara komersialisasi. Apakah Setan juga produk suatu atribut yang banyak diedarkan di lingkup masyarakat ya?
Apakah kehadiran katanya hanyalah justifikasi bahwa manusia itu tidak bersalah. Putih dari lahir. Hanya godaan Setan yang membuatnya kehilangan arah.
Mungkin seperti itu ya, atribut lambangnya.
Dan mungkin aku terdengar sedikit kontroversial tetapi bila dilihat dari sudut pandang anak-orang tua. Setan termasuk anak pertama yang iri dengan anak kedua, manusia.
Seengaknya pikiran ngaco ku membayangkannya seperti itu.
Jadi dia seakan punya daddy issue.
Atau bisa jadi dia tidak ingin sesuatu berubah di keluarganya.Mungkin itu yang dirasakan oleh benak anak pertama yang masih kecil ketika melihat adiknya lahir.
"Padahal masih ada aku!"
atau
"Tolong lebih perhatian kepadaku!"Mengimajinasikannya, aku menjadi sedikit iba. Dalam artian, sebenci itunya sampai dia mengarahkan adik dan turunanny ke jurang kegelapan.
Sadis.
Mungkin bila bentuknya manusia, sudah aku hajar di tempat.
Tapi aku tidaklah pandai adu pukulan. Apalagi melawan makhluk tak kasat mata.Membicarakan tinju, sebenarnya ada latihan ghost boxing. Bukan, memang bukan melawan hantu. Namun yang jadi fokus latihannya adalah posisi kaki dan kuda-kuda (?) sembari membayangkan posisi lawan. Dari situ, bisa dipelajari kelemahan dan ruang terbuka mana yang bisa ditutup.
Oh ya, aku tidak pernah menyangka bahwa puasa Ramadhan telah menginjak ke hari ke-5. Menginjak secara metafor. Seperti bermain lompat kodok, hanya yang jadi tempat injak adalah kalender.
Hari ke-5 dari sebulan, apa yang telah aku dapat? Selain lapar dan haus.
Sombong bila aku menjawab dengan, "Pahala pastinya".
Aku sendiri tidak pernah tahu kalau amalanku hari ini dan yang lalu bisa diterima.
It's like sending letter but you don't get the answer type of situation.
Maksudku, aku yang lalu sering melakukan beberapa ibadah. Keikhlasan? Diusahakan. Tetapi akalku tidak bisa mengetahui balasannya.
Mungkin, kesempatan untuk tetap hidup. Masih sehat dan segala nikmat yang tak mungkin bisa disebutkan satu persatu adalah balasannya.
Seperti,"Saat ini belum saatnya kau berhenti. Terus lanjutkan saja, amalannya".
Mungkin, itulah yang menjadi semacam will of life untuk tetap melangkah. Mendasari bahwasanya sebaik-baiknya tindakan adalah yang tersadar. Yang tergerak ke sesuatu yang lebih kekal dan abadi.
Tindakan yang seperti itu bisa jadi pembelaan tatkala puasa begini dihabiskan dengan tidur. Barangkali dengan kita menghindar dari kebisingan duniawi, tidur membantu kita tersadar.
Tersadar bahwa bisa jadi dalam tidur kita tidak dibangunkan kembali.
Bisa saja satu dua neuron otakmu membangkang lalu tertidur tanpa bisa terbangun.
Memikirkan hal itu, aku jadi takut.
Takut mati dan takut tidak cukup amal baik.Tak hentinya aku ingin mengumpat pada diriku sendiri. Hanya bila aku menulis saja segala pikiran dan tindakanku terasa bisa dikontrol.
Tetapi bila diharuskan untuk melakukan rutinitas keseharian, semua omong kosong bijakku ini seakan tidak terlintas.
"AH, SUDAHLAH," ucapku lantang.
"Biarkan Tuhan yang memutuskan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Buku Kegiatan Ramadhan Kolpik
SonstigesDalam rangka menyambut bulan Ramadhan 1441H yang bertepatan pada tanggal 24 April 2020, penulis 'mencoba' mencurahkan isi kepalanya dalam cakupan catatan kecil. PS: Buku Kegiatan Ramadhan Kolpik akan diperbarui setiap harinya* *Memoar yang ada mung...