Chapter 9...

12 2 0
                                    

Selasa,19 November 2019

Malam ini, saat chatting-an dengan Anggara, lagi-lagi kami berantem . Dan lagi-lagi ini karena aku yang terlalu egois dan terlalu bersikap berlebihan pada Anggara.

"Eh, sekarang temen-temen gue udah manggil gue pake nama Rangga"

Nama Rangga adalah nama tokoh yang kubuat dalam ceritaku yang pernah dibaca oleh Anggara, tentu saja itu karena aku terinspirasi dari nama Anggara.

"Kok bisa mereka manggil lo pake nama itu?"

"Ya soalnya di kelas gue sempat disuruh sama guru BK buat bikin nama samaran. Dan gue tiba-tiba aja kepikiran sama nama Rangga, ya gue pake nama itu aja"

"Jadi?"

"Ya jadi gue diketawain di kelas dan sekarang temen-temen bahkan guru-guru manggil gue pake nama itu"

Entah kenapa aku merasa tidak senang jika ada orang lain yang memanggil Anggara dengan nama tokoh ceritaku, meski nyatanya nama itu memang sudah biasa terdengar, namun saat aku tau Anggara memilih nama itu karena tokoh dalam ceritaku dan kini orang-orang memanggilnya dengan sebutan itu, aku cemburu.

Aku cemburu, karena selama ini hanya aku yang biasa memanggilnya dengan sebutan itu. Sungguh aku ini egois. Aku tidak bermaksud egois, namun Rangga adalah nama panggilan khususku untuk Anggara selain cumi bawel.

"Lo nggak boleh pake nama tokoh dari cerita gue tanpa seizin gue. Nama itu cuma gue, lo, dan Susu aja yang tau"

"Lo tidur deh, udah jam setengah sebelasl wa"

"Malas -_-. Gue nggak suka ada orang lain yang manggil lo pake nama itu, itukan nama panggilan khusus gue buat lo"

"Ampun, ampun"

"Bodoamat"

"Kenapa sih? Lagian nama itukan asalnya dari nama gue"

"Terserah lo aja. Tapi tetap aja itu nama tokoh dalam cerita gue"

"Kayaknya gue mencium bau-bau marah dan ngambek :v"

"Terserah, gue mau tidur"

"Tidur sana. Jangan marah dan ngambek yah :v"

"Terserah gue"

"Delha"

"Maaf"

"Pandaaa"

"Ampuun"

"Jangan mulai lagi ngambeknya"

"Lo yang mulai"

"Ya ampun"

"Maafin gue"

"Delhaaa"

"Ya udah, lo tidur aja"

"Ya udah"

Entah kenapa akhir-akhir ini egoku merajalela atasku, dan tentu saja kini aku kembali sedih dan sakit hati karena ulahku sendiri. Dan kini, aku berharap Anggara memaafkan ku dan mau mengirimiku pesan sekali lagi. Namun nyatanya, yang terjadi kini Anggara seperti tidak peduli lagi. Dan aku sadar ini karena salahku sendiri, aku terlalu egois, aku tidak mau mengerti Anggara, dan aku menyesal.

Entah sampai kapan ini harus terjadi, aku pun tak tahu. Aku hanya berharap bisa menjalani hubungan seperti biasanya lagi dengan Anggara. Aku hanya tidak ingin Anggara pergi. Aku tidak mau dan takut jika itu terjadi. Kini aku hanya bisa termenung menyesali perbuatanku. Aku berjanji pada diriku untuk tidak mengulangi kesalahan ini untuk kesekian kalinya jika saja Anggara memaafkan ku dan tidak pergi meninggalkanku.

Delha n AnggaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang