CHAPTER 3

3 2 0
                                    

---

Suara alunan musik Rossa yang berjudul Nada-Nada Cinta, menyeruak dari dalam kamar. Sesekali ia ikut menyanyikannya. Ayesha terlungkup, dengan kaki dinaikkan keatas, lalu tangannya bergerak membuka lembar demi lembar novel Rindu milik Tere Liye.

Terdengar suara pintu diketuk. "Masuk aja bun, nggak ica kunci"

"Lagi ngapain sayang? Belum tidur" Ucapnya sembari mengelus lembut rambut anaknya.

Ayesha beranjak duduk ditepi kasur. "Belum bun, lagi baca"

"Tidur sayang udah malem. Besok kesiangan loh" Ujarnya.

"Iya iyaa" Ayesha menarik tangan Buna nya untuk keluar.

"Yaudah tidur ya, selamat malam. Jangan lupa patikan lampu" ujarnya, lalu menutup pintu.

Ayesha kembali duduk di tepi kasurnya, membuka cover belakang buku Rindu yang sedari tadi ia baca. Dan membaca satu quotes disana.

"Apalah arti cinta. Ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?"

"Apakah cinta semenyakitkan itu?" Gumamnya.

Ayesha belum pernah merasakan bagaimana rasanya dicinta dan mencintai, selain kepada kedua orang tuanya, dan penciptanya. Yang ia tau dari beberapa novel yang dibacanya, merasakan cinta itu indah, bagaikan ada kupu-kupu yang tengah berterbangan dan membuat sarang disana. Dari dalam lubuk hatinya, ia ingin sekali merasakannya. Namun sampai saat ini belum ada yang berhasil menyentuh hatinya.

Beberapa temannya sewaktu disekolahnya dahulu, hanya sebatas menyukai apa yang ia punya, kepintaran, dan kecantikan. Ia belum pernah merasa ada yang menggores hatinya.

Kata orang, kalau ingin jatuh cinta, harus terima resikonya. Yaitu patah hati. Apakah semua resiko dari cinta adalah patah hati?

Ayesha meletakkan novel tersebut di rak bukunya, bersama beberapa novel lain yang berjajar disana salah satunya milik Tere Liye dan penulis Teenfiction lainnya.

Ia mematikan lampu kamarnya, lalu menarik selimutnya, kemudian berdo'a. Disela-sela doanya ia menyelipkan kalimat. "Semoga semua yang engkau takdirkan kepadaku, adalah yang terbaik untukku. Aamiin"

Sesaat ia akan memejamkan matanya, ponselnya bergetar, ada satu telpon disana.

"Halo" Ucap seseorang diseberang sana.

"Assalamualaikum"

"Eh Assalamualaikum maksudnya"

"Waalaikumsalam, ini siapa ya?" Tanyanya.

"Gue fajar"

"Fajar?" Ayesha bertanya-tanya, ia berusaha mengingat nama tersebut. Ia terkejut ketika tahu bahwa yang menelpon nya adalah anak rusuh, pentolan sekolah. Ia gugup, antara ingin menyudahinya ataupun melanjutkan.

"Halo halo" Ucap fajar dari seberang sana.

"Eh iya, dapet nomer aku darimana?"

"Udah nggak penting. Save aja yang penting, oke? Dah bay". "Eh Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Sambungan terputus, ayesha mematung, lalu tangannya memutar-mutar hp nya, berusaha berfikir. Ada apa fajar menghubunginya? Apakah karna kejadian di parkiran tadi, ketika ia menyuekkan temannya. Ataukah ia mempunyai salah lain yang ia sendiri tidak tahu.

Malam ini, ayesha tidak berhasil tidur dengan nyenyak, ia memikirkan apa yang akan dilakukan fajar kepadanya. Ah rasanya ia ingin pindah ke planet lain saja, pikirnya.

----

TBC😉😉🌻
Kalau ada yang salah minta maapken ya hehe
Bisa komen yaa😆

Jangan lupa bintangnyaa❤

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang