CHAPTER 6

3 1 0
                                    

Sebelum baca, like dulu yukkk😉😉

---

Suara alunan musik Dj terdengar keras, lampu berkelap kelip membantu memeriahkan suasana club malam saat ini. Ditengah bar, duduk seorang cowok dengan tangan memegang rokok dan sebuah minuman didepannya. Asap berkepul-kepul keluar dari rongga mulut dan hidungnya.

"Woy jar!! Minum tah lo?" Ucap aldo yang baru saja datang.

"Enggak lah, lo tau kan gue nggak minum?" Jawabnya.

Fajar memang cowok nakal, badboy, tidak tau aturan, kurang sopan santun, dan menjadi buronan hampir semua guru disekolahnya. Namun satu kelebihannya, walaupun ia suka ke club dan merokok, ia tidak pernah sama sekali menyentuh alkohol.

"Halo bro" Ucap vino yang datang menggandeng seorang wanita seksi disebelahnya.

Aldo menggelengkan kepala. "Gila gila, kawan gua yang satu ini gercep bener kalo masalah cewek"

Fajar tertawa melihat tingkah kedua temannya, sesekali ia meneguk minuman air putih didepannya dengan rokok ditangannya.

"Udah ah mau main dulu, yuk sayang" Ujar vino, lalu masuk bersama dengan wanita tersebut.

Aldo ikut duduk dikursi bar, samping Fajar sambil menggelengkan kepala, lalu mengambil rokok disakunya dan menyulutnya.

"Lo nggak turun?" Tanyanya.

Fajar mematikan rokoknya dan meletakkan puntungnya ke asbak didepannya. Lalu, menoleh ke aldo dan menggelengkan kepala nya. "Lagi nggak mood" ucapnya.

"Oh gue ngerti, ribut lagi sama bokap lo?" Tanyanya penasaran.

Fajar tak berniat menjawabnya, ia meneguk minumannya sebentar, kemudian menepuk pundak Aldo, lalu berdiri. "Gue balik ya"

****

Malam ini, jalanan ramai dipadati beberapa pengendara yang berlalu-lalang. Fajar menjalankan motornya pelan, menikmati suasana dinginnya malam yang terasa menusuk sampai kedalam jaket boomber yang dikenakannya. Sudah terbiasa rasanya bagi fajar, berkelana tiap malam, hanya untuk mencairkan suasana hati dan fikirannya.

Fajar memasuki motornya kedalam garasi, lalu masuk kedalam rumah. Saat ia masuk, adiknya menemuinya. "Lo darimana ajasih kak, dicariin papa tuh"

Dilihatnya, papanya tengah duduk diruang tengah dengan buku ditangannya. Fajar berjalan mendekatinya, bersama adiknya yang berjalan dibelakangnya.

"Darimana aja kamu!!" Bentak Adit, papanya, lalu melepaskan kacamatanya dan menoleh kearahnya.

Fajar diam, tidak berniat menjawab dan tetap berdiri disana.

BRAKKK!!!!

Adit melemparkan buku yang sedari tadi dipegangnya ke meja. Fajar tersentak, begitupun adiknya. Citra, adiknya segera naik keatas masuk kekamarnya, takut-takut kalau dirinya ikut terbawa dengan kemarahan papanya.

"Jawab fajarrr!!!"

Fajar membuang nafasnya kasar. "Dari luar"

"Kamu ini yaaa!!! Bandel banget, keluyuran terus kerjaan kamu!! Mana prestasi kamu? NOL!!! NGGAK ADA!!"

"Udah ah gue capek" Ujarnya lalu melengos meninggalkan papanya.

"Kamu kalo gini lagi, nilai kamu nggak naik. Papa sita motor kamu!!!"

Langkah fajar terhenti, tangannya terkepal, rahangnya mengeras, wajahnya berubah masam. Ia menengok sebentar, lalu pergi masuk kekamar. Terdengar suara gebrakan pintu dari atas.

Fajar berbaring dikasurnya, menatap langit-langit kamarnya. Sampai terdengar suara pintu diketuk.

Tok tok tok!!!

"Masuk" Jawabnya.

Citra, adiknya masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan air minum ditangannya.

"Nih dari mbok, tadinya dia yang mau nganterin, tapi yaudah gue aja". "Gue tarok sini ya?" Ucap Citra, lalu meletakkan nampan tersebut dimeja belajarnya.

"Kak, gue mau ngomong serius" Citra duduk ditepi ranjang.

Fajar segera bangun, dan menoleh kearah adiknya, dengan kerutan didahinya. "Ada apa?"

Citra menghela nafasnya sebentar. "Gue mau dipindahin papa ke Bandung" Ujarnya yang mengejutkan fajar.

"Terus, lo mau?"

"Enggak lah gue nolak, lagian tinggal setahun lagi, gue juga udah betah sama temen-temen gue, masa iya mau pindah"

"Emang papa bilang apa?" Tanyanya penasaran.

"Katanya, biar gue ada yang ngurusin, jadi disuruh tinggal sama nenek"

Fajar bangkit dari kasurnya, lalu meneguk minumnya dimeja, dan bersandar pada meja belajarnya, menatap adik didepannya. "Yaudah bilang aja lo nggak mau"

"Masalahnya tuh susah, lo tau sendiri papa itu gimana" Ujar citra menunduk.

Fajar mendekatinya, lalu tangannya bergerak mengelus puncak kepala adiknya. Meskipun ia disekolah terlihat nakal dan brutal, tapi dirumah ia bisa menjadi malaikat dengan sayap pelindung bagi adiknya.

"Udah nggak usah sedih, nanti gue bantu bilangin"

Citra menengadahkan kepalanya, lalu tersenyum. "Bener ya kak?"

Fajar mengangguk dan tersenyum, lalu menepuk puncak kepala adiknya.

"Lagian gue kan mau masuk SMA lo, yang cowoknya ganteng-ganteng"

"Cihhh" Ucap fajar tertawa, lalu melemparkan bantal kearahnya.

"Yaudah gue mau kekamar, itu makanan jangan lupa dimakan, kasian mbok udah nyiapin buat lo". "Oh iya jangan lupa, abisnya tarok belakang, ntar semutan". Ujarnya, lalu pergi masuk kekamarnya.

****

Fajar menatap langit-langit kamarnya, beberapa potongan kisah dimasa lalu, terlintas difikirannya. Ia ingat bagaimana saat itu mamanya pergi meninggalkannya saat usianya masih 5 tahun, ingatan itu masih membekas sampai saat ini. Wajahnya pun tak pernah ia lupakan. Terkadang ingatan itu masih terus membayanginya, terlebih ketika ia melihat adiknya sedih dan kesepian.

Perlahan-lahan matanya terpejam, lalu tertidur dengan tangannya memeluk foto mamanya.

-----

Holaaaa
Gimana sama ceritanya ?
Author butuh bintang sama komenannya nih biar makin semangat..

Buat yg udah baca, makasih yaa..
TBC😉❤

#Salamsayangdariistriiqbale

AyeshaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang