interogasi

1.7K 160 7
                                    


Renjun duduk gugup di tengah ruangan tamu. Ada banyak pasang mata menatap kearah nya. Dia gugup bukan main. Melihat tatapan yang selama ini selalu di tujukan kepadanya. Tatapan sinis. Ini benar benar membuat renjun takut. Bahkan refleks dia meremat ujung kemeja putihnya.

Yura berdecak kesal
"Tck. Kalian jangan menatap baba-ku begitu ! Dia ketakutan !" Yura berdiri tegak didepan ayahnya sambil merentangkan tangan seolah melindungi sang ayah. Matanya menatap nyalang semua orang yang menatapnya terkejut.

Haechan langsung tersadar lalu tersenyum
"Hei. Kita tidak bermaksud begitu. Hanya saja kami kesal karena ayahmu ini tidak ada kabar sama sekali. Kami khawatir"

"Tatapan kalian tidak menunjukkan kata-kata mu" ujar Yura sinis. Sang ayah hanya menggenggam tangan mungil itu lalu menggeleng kearah anaknya. Dia paham kenapa sang anak melakukan hal ini.

Renjun merasa bangga pada putrinya.

Jeno mendekati Yura dengan senyuman andalannya lalu menepuk kedua bahu mungil itu
"Wah~ lo punya putri yang hebat njun. Pasti Bangga"

Renjun hanya tersenyum untuk menanggapi sedangkan chenle langsung menghampiri renjun lalu memeluknya erat. Menumpahkan segala kerinduannya selama bertahun-tahun.

Kehilangan seorang sahabat yang merangkap sebagai saudara bukan hal yang menyenangkan. Tapi menyedihkan. Chenle sama sekali tidak menyukainya.

Hyun-sik berdiri didekat Minhyung yang sibuk membaca buku seolah tak perduli dengan keadaan ini padahal Minhyung sedang mengamati dan mendengarkan pembicaraan orang tua yang ada di depannya. Buku itu hanya jadi pegangan saja. Sama sekali tidak dia lihat. Pandangannya memang ke arah buku namun dia lebih fokus ke Indra pendengarannya. Dia ingin tau siapa paman manis yang tengah dipeluk oleh bundanya Hyun-sik itu. Dia tipe orang yang rasa ingin tau itu kuat sekali. Jadi wajar jika dia ingin mengetahui segalanya.

Mark menghela nafasnya
"Apa kabar mu njun ?"

"Gak baik kayaknya dad" celetuk minkyung yang langsung di jitak oleng haechan
"Mommy~ sakit"

"MAKANYA DIAM"

"Punya mommy kok gini amat sih" gumam minkyung yang langsung dapat pelototan dari haechan

"Maaf karena ngilang" ujar renjun lirih.

Semua tau jika tubuh itu seakan bisa hancur kapan saja. Mereka jadi mengerti kenapa Yura bertingkah seperti tadi.

Renjun beruntung memiliki putri sepertinya.

"Gue... Sebenarnya..." Ucapannya terhenti karena sang anak menggelengkan kepalanya tanda tidak setuju.

Renjun tersenyum menenangkan. Senyum kesukaan semua orang. Senyuman yang mampu membuat orang melihatnya ikut tersenyum.
Senyum yang mereka rindukan.

Sungguh. Chenle mengeratkan pelukannya. Dia merasakan desakan sakit di ulu hatinya. Perasaan renjun seolah menyerap kedalam dirinya. Dia paham begitu saja. Karena inilah ikatan mereka. Mereka sangat dekat Sehingga apapun perasaan renjun akan dia rasakan juga. Semua orang juga tau itu.

Saat chenle melepaskan pelukannya jisung datang menghampiri renjun lalu duduk tepat di depan renjun. Menepuk lutut itu lalu mendongakkan kepalanya untuk menatap mata bulat itu dengan teduh seolah memberikan ketenangan. Renjun yang menunduk hanya mampu menggigit bibirnya. Dia tengah menahan segala emosi sekarang. Jisung paham. Oleh karena itu dia ada disini.

Jisung menggenggam tangan mungil renjun dengan sedikit erat. Dia tengah memberikan kekuatan untuk makhluk rapuh yang ada didepannya kini. Hati siapa saja seolah teriris melihatnya.
"Huang Renjun. Gue gak mau ngomong banyak. Intinya lo punya kita. Oke ?"

Little Family Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang