Alunan suara tembang lagu mengalun merdu menyambut datangnya sang mentari di pagi ini. Alunan suara tembang seorang gadis yang tengah sibuk mencuci di pinggir kali. Tak ada seorangpun yang terlihat di sana, kecuali gadis muda berkulit kuning langsat, yang membiarkan rambutnya teriap panjang hingga menyentuh pinggulnya yang padat berisi.
"Sari..."
Tiba-tiba terdengar suara teriakan orang memanggil. Gadis itu menghentikan pekerjaannya. Kepalanya terangkat naik, dan berpaling ke belakang. Tangannya langsung melambai begitu melihat di atas tebing berdiri seorang pemuda bertelanjang dada melambai-lambaikan tangannya. Sebuah cangkul terpanggul di pundaknya. Pemuda itu berlari-lari kecil menuruni tebing menuju ke sungai kecil ini.
"Pagi sekali kau sudah ke sungai, Sari," kata pemuda itu setelah dekat dengan gadis di tepian sungai ini.
"Sengaja," sahut gadis cantik yang dipanggil dengan nama Sari. Senyumnya terkembang merekah begitu manis sekali.
Dan pemuda yang berwajah cukup tampan dengan tubuh tegap berotot ini membalas senyuman gadis itu dengan manis pula. Dia kemudian duduk di atas batu, menenggelamkan kedua kakinya di air sungai yang jernih ini. Sari kembali meneruskan pekerjaannya mencuci pakaian yang tadi sempat tertunda sebentar.
"Kalau aku tidak pagi-pagi ke sungai, mana sempat bertemu denganmu, Kakang," kata Sari agak tersipu.
"Yaaaaah..., kita memang hanya bisa bertemu sembunyi-sembunyi begini," desah pemuda ini perlahan. Seakan ada sesuatu yang disesalkan.
"Sudah nasib. Kakang," balas Sari juga mendesah.
Mereka terdiam beberapa saat. Kabut masih terlihat cukup tebal menyelimuti sekitar sungai ini. Belum ada seorangpun yang datang ke sungai ini selain mereka berdua. Karena memang masih terlalu pagi sekali. Mataharipun belum terlihat menampakkan diri. Hanya cahayanya saja yang membersit di ufuk timur.
"Kakang Jaka...," lembut sekali suara Sari.
"Hmmm...." pemuda yang bernama Jaka ini hanya menggumam saja perlahan. Dia berpaling sedikit menatap wajah cantik gadis itu.
Sedangkan yang ditatap malah menundukan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang mendadak saja jadi bersemu merah dadu. Jaka menggeser duduknya lebih mendekat lagi. Ragu-ragu dia ingin mengulurkan tangannya. Tapi akhirnya terulur juga, dan menyentuh pundak yang berkulit kuning halus dan terbuka ini. Ada getaran halus saat kulit mereka bersentuhan.
"Sampai kapan kita akan terus sembunyi-sembunyi begini, Kakang?" terdengar pelan sekali suara Sari.
"Hhhh, entahlah...." Sahut Jaka mendesah.
"Kenapa kau tidak langsung saja menemui orang tuaku, Kakang?"
"Tidak mungkin, Sari. Kau tahu sendiri aku ini siapa... hanya petani kecil yang tidak punya apa-apa. Sedangkan kau, putri seorang saudagar kaya."
"Kau selalu saja berkata begitu, Kakang. Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak memandang harta dan kedudukan. Aku hanya inginkan kau, Kakang. Bukan yang lain-lainnya," tegas Sari sambil memberengut manja.
Jaka hanya diam saja. Memang terlalu besar dan dalam jurang pemisah diantara mereka berdua. Dan jalinan cinta mereka terlalu sulit untuk bisa bersatu. Meskipun hubungan cinta mereka sudah diketahui semua orang di Desa Galagang, tapi memang mereka menyadari akan kesulitan yang harus di hadapi untuk menyatukan cinta mereka kejenjang yang lebih jauh lagi.
Sudah barang tentu halangan terbesar yang harus dihadapi Jaka adalah orang tua gadis ini. Dia merasa tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan keadaan Sari. Orang tuanya adalah orang terkaya di Desa Galagang. Sedangkan dia sendiri, hanya petani kecil yang sudah tidak lagi memiliki orang tua. Dan hanya sepetak ladang kecil saja yang dimiliki. Itupun tidak mencukupi kebutuhannya sehari-hari, walaupun hanya seorang diri.
"Kakang, apa sebaiknya kita lari saja...?" usul Sari tiba-tiba.
"Edan...?" sentak Jaka terkejut. Ditatapnya gadis itu dalam-dalam.
Dan Sari membalasnya dengan tajam pula. Perlahan kepala Jaka bergerak menggeleng beberapa kali. Kata-kata Sari barusan seakan sebuah ledakan guntur di pagi hari ini. Begitu dahsyat hingga napasnya jadi tersengal karena terkejut. Sukar untuk dipercaya kalau gadis cantik dan selembut ini bisa berkata begitu.
"Kau jangan main-main, Sari. Kita mau lari kemana...? orang tua mu pasti tidak akan membiarkan begitu saja," ujar Jaka seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Kemana saja. Asal bisa bersama dengamu, Kakang," sahut Sari bersungguh-sungguh.
"Tidak, Sari. Itu bukan jalan yang terbaik," tegas jaka menolak.
"Tapi, Kakang...."
"Aku akan datang melamarmu," kata Jaka tegas.
"Ayah pasti tidak akan menerimamu, Kakang."
"Apapun yang akan terjadi, aku akan meminangmu."
"Kakang..." Tidak ada lagi yang bisa diucapkan Sari.
Dia begitu terharu sekali mendengar tekad kekasihnya ini. Walaupun mereka berdua menyadari, tidak akan mungkin bisa terlaksana. Tanpa disadari, setetes air bening mengalir di pipi yang putih kemerahan itu. Lembut sekali Jaka mengusapnya sambil menatap lurus ke bola mata gadis ini.
"Aku akan datang malam ini. Percayalah, aku pasti akan melamarmu," ujar Jaka lembut.
"Kakang...," hanya itu yang bisa keluar dari bibir Sari.
Sulit bagi Sari untuk bisa meredam perasaanya. Dia langsung menghambur, dan menjatuhkan diri ke dalam pelukan kekasihnya ini. Sesaat Jaka tergagap. Tapi kemudian dia merabalas pelukan ini dengan penuh cinta yang membara di dada. Mereka berpelukan cukup lama.
"Sariii...!"
"Oh..?" Sari buru-buru melepaskan pelukannya, begitu terdengar suara keras memanggilnya.
Dan Jaka cepat melompat berdiri sambil menyambar cangkulnya. Sebentar mereka tampak kebingungan. Tapi belum terlihat seorangpun dari tepian sungai ini.
"Aku pergi dulu, Sari," pamit Jaka.
"Itu Ibu, Kakang," kata Sari mencoba mencegah.
"Nanti malam saja kita bertemu lagi," kata Jaka.
Sari tidak dapat lagi mencegah kepergian pemuda itu. Dan pada saat Jaka menghilang dari pandangannya, muncul seorang perempuan hampir separuh baya yang masih kelihatan cantik menghampiri gadis ini. Sari langsung berpura-pura sibuk dengan pekerjaannya. Seakan dia tidak mengetahui kedatangan wanita separuh baya yang ternyata adalah ibunya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
119. Pendekar Rajawali Sakti : Kemelut Cinta Berdarah
ActionSerial ke 119. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.