Chapter 2洌 Jurang Bu Ye Tian

5.8K 681 112
                                    

Setahun berlalu sejak sejarah besar pertempuran darah yang memakan nyawa Wei Wuxian, sosok jahil dengan senyum sehangat mentari dan semanis madu yang mengambil jalur kultivasi iblis itu.

Mengingat senyumnya, mata Jiang Cheng kembali berembun. Waktu itu, semasa dia menusuk Wei Wuxian tepat di jantung menggunakan Sandu; pedang ungu kebanggaannya. Wei Wuxian masih memberinya senyum hangat untuk terakhir kali.

Sosok manis itu masih mau memberi orang yang membunuhnya sebuah senyuman seolah Wei Wuxian merelakan nyawanya di tangan shidinya sendiri kala itu.

Merelakan semua yang ia punya untuk shidinya seolah itu bukanlah perkara besar.

Langkah kaki ketua sekte Jiang ini terhenti ketika ia sampai ke destinasi yang ia tuju, Bu Ye Tian. Mata abu-abu terangnya menangkap Lan Wangji dan Lan Xichen sedang duduk di tebing jurang yang menjadi saksi bisu kematian Wei Wuxian.

Setahun penuh hidupnya ia habiskan berbolak balik dari Lian Huawu ke tempat peninggalan sekte Wen ini bersendirian hanya untuk mencari tubuh mati Wei Wuxian yang jatuh ke bawah jurang. Tapi jangankan tubuh utuh, cebisannya saja tidak pernah kelihatan.

Setahun ini juga bukan hanya Jiang Cheng yang mencari namun sosok Lan Wangji yang ditemani oleh Lan Xichen juga ikut mencari jejak Wei Wuxian.

Lan Wangji tidak lagi mencari tubuh Wei Wuxian namun mencoba berhubung dengan roh sosok itu lewat inquiry.

Tapi tidak satu kalipun itu berhasil. Bahkan setelah bertanya dengan beberapa roh pun, tidak ada dari mereka yang mengenali roh bernama Wei Wuxian yang dicarinya. Jelas suasana hati si giok kedua Lan yang selalu keras seumpama batu itu merasa sedih luar biasa.

Langkah Jiang Cheng mendekat ke arah kedua giok Lan itu.

Kali ini Jiang Cheng dapat melihat betapa putus asanya seorang Lan Wangji. Seolah hidupnya dibawa mati bersama Wei Wuxian.

Lan Wangji dan Lan Xichen yang sadar akan kedatangan Jiang Cheng langsung bediri dan menyimpan semula Guqin mereka ke dalam kantong Qian Kun.

Lan Xichen menyambut Jiang Cheng dengan senyum lantas menunduk memberi hormat. Berbanding terbalik dengan Lan Wangji yang kini sedang menarik kasar hanfu didominasi warna ungu yang Jiang Cheng kenakan.

Mata bermanik emas yang terlihat basah milik si giok kedua Lan itu menatapnya tajam, giginya juga menggertak menahan amarah yang tidak bisa ditahannya lagi.

"seharusnya, seharusnya kau tidak menghalangku mempertahankannya! Seharusnya kau tahu bagaimana suci hatinya! Bagaimana tulus perasaannya! Bagaimana polosnya dia..." ucap Lan Wangji bersama air mata yang kembali turun.

Lagi dan lagi Lan Wangji menangis, perkara yang langka terjadi di masa lalu. Namun sering terjadi di masa kini..

Lan Xichen mencoba menenangkan adiknya, melepaskan cengkraman sang adik dari baju pemimpin sekte Jiang. Tapi sia-sia karna Lan Wangji sekarang sangat sulit diatur.

"Apakah kau tahu bagaimana dia selama ini?! Dia mencoba sekerasnya, mencoba sesuatu di luar kawalannya untuk melindungi semua orang! Dia orang yang paling bodoh dan menyedihkan bukankah begitu?! Di saat dia mencoba melindungi semua orang, kenapa kalian malah bermatian ingin membunuhnya?!" Lan Wangji berteriak di depan wajah Jiang Cheng seperti sosok Lan Wangji itu kehilangan diri lamanya yang irit bicara dan menjaga baik tutur kata.

"Benar apa yang Lan er gongzi katakan." sebuah suara menginterupsi mereka.

Ketiga mereka menoleh dan terkejut besar mendapati Wen Ning boneka Wei Wuxian yang paling setia berjalan mendekati mereka.

终天之恨 Eternal RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang