Chapter 9洌 Five In The Morning

4.3K 492 31
                                    

Jam lima di awal pagi sesuai aturan yang terukir di permukaan batu dinding kedisiplinan sekte GusuLan, Wei Wuxian si bocah 15 tahun itu sudah mulai membuka mata.

Tidak seperti di kehidupan lama, dirinya yang di kehidupan kini sedikit lebih akur pada aturan. Hanya sedikit loh ya hm.

"Hooamm~ aish, tidurku tidak cukup!" Protes si manis sambil meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dirinya memang bangun jam 5 pagi tepat aturan, namun kebiasaannya yang baru akan tidur jam 1 pagi itu masih tidak bisa dihilangkan jadilah bocah bungsu Jiang ini hanya mendapat jatah tidur sebanyak 4 jam.

Ia mula bangkit dari tempat tidurnya yang bernuansa klasik khas tradisional cina dinasti kuno, berjalan menggeser pintu kamarnya lalu keluar menatap alam sekeliling.

"Baiklah Wei Wuxian *Xing Liang!" semangatnya pada diri sendiri sembari berjalan mengitari kawasan kediamannya selama berada di Yun Shen Bu zhi chu ini.


*Rise and Shine.




Tangan mulusnya memetik beberapa jenis bunga dengan jumlah 5 setiap satu jenis bunga yang ia temui, menghirup wangian yang menguar dari bunga-bungaan tersebut sambil tersenyum semangat setelahnya mengumpul bungaannya menggunakan kain jubah.

"Kalian wangi sekali!"

Merasa bunga yang ia petik sudah cukup, dia pun beranjak kembali ke dalam kamar untuk membuat air mandian. Bunga-bunga yang ia petik tadi ia gunakan sebagai wewangian dalam acara mandi paginya.





Persetan dengan peraturan sekte GusuLan yang bilang tidak boleh berjalan laju atau berlari di Yun Shen Bu Zhi Chu, Wuxian dengan semangatnya berlari ke kamar Jiang Cheng sehabis mandi tanpa repot-repot memikirkan aturan yang sudah ia langgar.

Ingat kan Wei Wuxian hanya akur pada sedikit dari ribuan peraturan hidup Sekte dimana mereka berpijak sekarang ini? yang mana aturan yang menurutnya konyol tidak akan dia patuhi. Lagian, untuk apa kemampuan berlarinya kalau kedua belah kakinya hanya dibenarkan untuk berjalan?

Jubah berwarna putih dengan motif sembilan kelopak lotus berwarna ungu terlekat pada kedua bahagian bahu jubah dan pita merah yang menguncir kuda helaian rambut panjangnya berkibar dibelai bayu pagi.


Kelihatan Jiang Cheng yang baru saja akan menutup pintu kamar miliknya dari luar. Si anak kedua pemimpin sekte YunmengJiang ini juga mengenakan pakaian yang sama motifnya dengan si bungsu, melambangkan dari sekte mana mereka berasal. Rambutnya juga disanggul rapi menggunakan pita ungu dengan sedikit sentuhan kepangan di kedua sisi kepalanya.

Grepp!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Grepp!

Si bungsu langsung berhamburan memeluk tubuh Jiang Cheng yang lebih tinggi darinya.

"Ge~" suara itu terdengar seperti rengekan, kepalanya yang bersandar di bahu Jiang Cheng juga sedikit mendusel.

Jiang Cheng gemas sendiri, tangannya singgah ke puncak kepala sang adik. "Selamat pagi meimei manja"

"Ge jangan menggodaku pagi-pagi!"

Merasa adiknya ini sebentar lagi akan merajuk, Jiang Cheng langsung mengapit bahu Wei Wuxian dengan tangan kirinya, membawa sang adik berjalan menjauh area kamarnya.

Jiang Cheng, "Iya-iya gege tidak akan menggodamu lagi. Sebentar lagi kelas pertama kita di Gusu akan bermula, kau bersedia?"

Wuxian, "Tidak juga, aku mengantuk ge."

Jiang Cheng, "Jangan membuat masalah kalau tidak mahu dihukum faham? Gege tidak akan membelamu nanti kalau kau sampai dihukum guru galak Lan Qiren ingat itu."

Wuxian, "Iya-iya ish cerewet!"

Mereka berjalan menuju kelas yang letaknya masih jauh dengan posisi tangan kiri Jiang Cheng masih bertengger manis di bahu sempit Wei Wuxian.

"Hei! Jiang'xiong! Jiang'di!"

Kedua saudara Jiang menoleh ke asal suara, seorang laki-laki berambut sebahu setengah terikat itu melambai-lambai kearah mereka dengan kipas tangannya.

"Selamat pagi Nie Huaisang." Sapa Jiang Cheng tanpa berniat melepas tangannya dari bahu si adik.

Wei Wuxian, "Selamat pagi Nie'xiong."

Nie Huaisang yang sudah berdiri dekat di hadapan kedua saudara Jiang itu tersenyum,

"Pagi, kalian akan ke kelas?" Tanya murid dari sekte Nie ini yang diiyakan oleh Jiang Cheng.

Jiang Cheng, "hu'um, kau sendiri?"

"Ermn.. Boleh ikut kalian? Maksudnya, boleh aku berjalan bersama kalian berdua?" Tanya Nie Huaisang agak ragu soalnya mereka masih belum terlalu rapat.

Baru saja Jiang Cheng akan membuka mulut, Wei Wuxian sudah mendahuluinya. Tangan si bungsu Jiang mengapit lengan Nie Huaisang, menuntun Si bungsu Nie untuk berjalan beriringan bersama mereka.

"Tentu saja Nie'xiong kita kan teman, boleh kan ge?"

Si Bungsu memandang sejenak kakak laki-lakinya sembari tersenyum lebar.

"Boleh kok kenapa tidak." balas Jiang Cheng santai.

Nie Huaisang sedikit tersentuh pasalnya tidak ada yang berani atau sukarela berteman dengannya selama dua hari dia berada di kediaman keluarga sekte Lan ini. Meski beberapa kali dia mengajak berteman beberapa orang, tidak ada yang berani dekat dengannya.Mungkin karna statusnya sebagai adik dari Nie Mingjue yang terkenal sebagai ketua sekte yang galak itu membuat si bungsu Nie ini agak dijauhkan dari murid-murid lainnya.

Dalam hati dia berterima kasih pada kedua saudara Jiang ini,menggambarkan sosok Wei Wuxian dan Jiang Wanyin ini dengan kata baik hati dan ramah.

Pantas saja Lan Xichen begitu tertarik untuk berteman dengan si duo Jiang ini, bisik Nie Huaisang dalam hati.

Sambil berjalan, mereka berbual-bual ringan seolah ketiganya adalah teman dekat sebelumnya. Tapi bukankah di kehidupan lalu, mereka memang teman dekat?






—"Benarkah seperti itu?! Wah aku akan belajar di Yunmeng tahun depan tidak ada yang boleh menghalangi jalanku!" Ucap Nie Huaisang setelah mendengar bagaimana fantastisnya Wei Wuxian menceritakan Yunmeng seolah menceritakan taman bermain.

Kedua saudara Jiang tertawa pelan menutup mulut dengan kain lengan baju. Ngomong-ngomong mereka sekarang sudah berada di dalam kelas. Karna datang terlalu awal jadi kelas masih kosong dan hanya berisi mereka bertiga.

Wei Wuxian, "Tidak ada yang akan menghalangi jalanmu kok Nie'xiong, tapi kurasa sebelum kau sempat belajar di Yunmeng kau akan mati digantung Da'ge mu HAHA-"

Sial Wei Wuxian terlepas tawa, cepat-cepat dirinya membekap mulut sendiri dengan telapak tangan.

Nie Huaisang sendiri tidak mempermasalahkan perkataan si shidinya itu, bahkan dia pun turut tertawa. "Ku pastikan aku akan belajar di Yunmeng dulu barulah setelahnya aku mati digantung da'ge ku."

Jiang Cheng, "pfftt, besar juga nyalimu Nie."

Baru saja akan menyampuk, Wei Wuxian sudah terlebih dulu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang berjalan lalu duduk di sebelah meja Nie Huaisang yang letaknya tepat berada di belakang si bungsu Jiang.

Wajah datar orang itu menghentikan pembicaraan mereka sampailah kelas diisi dan didatangi Lan Qiren yang merupakan guru mereka dan Lan Xichen yang merupakan sosok yang akan membantu Lan Qiren dalam sesi mengajarnya.













终天之恨 Eternal RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang