Chapter 5洌 Second Life

4.8K 564 15
                                    

Kedua kelopak matanya bergerak samar perlahan-lahan terbuka kecil memperlihatkan dua manik kembar keunguan persis seragam sekte YunmengJiang namun ditutup semula oleh si pemilik begitu merasa matanya belum terbiasa dengan biasan cahaya yang menerobos masuk menyentuh retinanya.

Belahan bibir tipisnya meringis kecil saat merasa perih di bahagian punggung yang bersentuhan dengan tempat tidur.

Samar-samar dirinya mendengar tangisan lembut anak kecil sekitar usia 6 ke 7 tahun di sebelah kirinya. Suara itu sangat familiar di pendengarannya.

Setelah berfikir cukup keras masih dengan mata tertutup akhirnya dia ingat! Dia pernah mendengar suara tangis Wei Wuxian persis seperti itu saat mereka masih kecil!

Sesegera mungkin matanya terbuka lebar tidak peduli akan rasa perih yang menjalar ke saraf-saraf matanya, kepalanya ia tolehkan ke sisi kiri tepat dimana suara tangis itu datang.

Pelupuk matanya terasa berat seiring pandangannya mengabur, air mata mulai berjatuhan dari pelupuk mata bermanik ungu itu. Ada sensasi perih namun terselit rasa senang menjalari perasaannya.

Tolong katakan ini bukan mimpi, tolong yakinkan Jiang Cheng bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Kalaupun dia sedang bermimpi, tolong jangan siapapun membangunkannya. Biarkan dia selamanya tidur ditemani mimpi yang cukup membuatnya bahagia setengah mati ini.

Di depannya, sosok Wei Wuxian saat masih kecil dulu sedang menangis ntah karna apa sambil kedua tangannya menggenggam erat tangan kiri Jiang Cheng menggumamkan kata maaf berulang kali diiringi isakan kecil.

"Wei Wuxian" lirihnya disela-sela air mata, bibirnya membentuk senyum bahagia.

Tidak dia pedulikan lagi rasa perih di punggungnya. Secepat mungkin Jiang Cheng bangun dari baringnya lantas menarik tubuh Wei Wuxian kecil yang sedang bergetar menangis ke pelukan eratnya.

Pelukan itu benar-benar terasa nyata, ini bukan mimpi... Batin Jiang Cheng. Pelukan itu meyakinkannya kalau sekarang ini bukanlah mimpi semata.

"hiks gege maaf hiks a-Ying minta maaf hiks" ucap anak itu pada Jiang Cheng susah payah akibat isakan yang tak bisa anak itu tahan.

Jiang Cheng sendiri tidak tahu apa yang terjadi sehingga anak ini menangis sesunggukan sambil terus menerus meminta maaf padanya, dia akan bertanya nanti saja.

Untuk sekarang... Jiang Cheng hanya ingin memeluk tubuh anak laki-laki yang sedikit lebih kecil dari tubuhnya yang baru ini, memuaskan rasa rindu yang selalu terasa menyayat relung hatinya.























Setelah meminta penjelasan pada Jiang Yanli, Jiang Cheng akhirnya faham apa yang terjadi. Jiejienya mengatakan bahwa dirinya yang masih diusia 10 tahun ini melindungi Wei Wuxian yang berusia 8 tahun dari cambukan Zidian milik ibu mereka, Yu Ziyuan.

Jiang Cheng tidak menyangka sang dewa benar-benar bisa membuatnya hidup kembali bersama keluarga tercintanya, sungguh Jiang Cheng ingin bersujud syukur di hadapan dewa itu.

Melihat mata Jiang Cheng yang tak lepas dari wajah damai adik bungsu mereka -Wei Wuxian- yang sedang tertidur pulas di paha Jiang Cheng juga tangan si bocah 10 tahun itu yang masih mengelus-elus helaian rambut si bungsu membuat Jiang Yanli tersenyum hangat.

"A-Xian tidak tidur semalaman menunggumu sadar tahu a-Cheng." ucap Jiang Yanli sambil terkekeh mengingat bagaimana nekatnya bocah 8 tahun itu berjaga sepanjang malam menunggu sang gege membuka mata.

Jiang Cheng ikut tertawa kecil, tidak di kehidupan lama tidak di kehidupan sekarang Wei Wuxian itu tetap selalu menjadi bocah yang nekat.

Mata Jiang Cheng beralih menatap Jiang Yanli, matanya agak berair mengingat dia juga merindukan Jiejie tersayangnya yang sempat mati di depan matanya sewaktu di kehidupan lama.

Jiang Yanli yang sadar dengan cara sang adik menatapnya bertanya dengan nada lembut,"ada apa hm Chengcheng?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiang Yanli yang sadar dengan cara sang adik menatapnya bertanya dengan nada lembut,"ada apa hm Chengcheng?"

Jiang Cheng tersenyum. Jiejienya masih lah sama seperti di kehidupan lamanya, masih menjadi seorang wanita yang lemah lembut, penyayang dan perhatian.

"Jie~ adikmu ini lapar~"

"pfftt haha, hao la Cheng'di nya jiejie tunggu sebentar yah jiejiemu ini akan membawakan makanan yang enak untukmu~"

Jiang Cheng tersenyum dalam air mata. Dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya menggambarkan perasaannya. Yang ia tahu, saat ini dia benar-benar merasa bahagia. Bahagia yang tidak pernah dia rasa selama hidupnya di kehidupan lama.














Got nothing much to say but I kinda hope y'all enjoy it, peace

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Got nothing much to say but I kinda hope y'all enjoy it, peace.

终天之恨 Eternal RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang