"tadi gue beneran ketemu Salsha? Dia bener bener berubah?" gumam Aldy masih tak percaya. Bastian yang mengerti ekspresi Aldy pun berdecak sebal.
"udah gue bilangi, lo ga akan pernah tau perasaan seseorang satu detik berikutnya Dy" Bastian menepuk bahu Aldy pelan
"kaget gue, muka Salsha datar bet kek papan tulis. Dan barusan dia berani bentak lo? Perubahannya drastis abis" Karel menepuk tangan takjub
"berisik lo berdua ah, pusing gue" Aldy pergi meninggalkan Karel dan Bastian
"bau bau kehilangan nih rel" bastian menepuk pundak karel dan di balas anggukkan kecil darinya
•••
Salsha sudah kembali dari toilet dan langsung menemui Steffi di kantin, sahabatnya itu pasti sudah menunggunya lama."Sha, lo dari mana aja si" Steffi memakan bakso yang ia beli.
"tadhi gue kwe to i let bentar" Salsha berbica sambil mengunyah bakso yang di belikan oleh Steffi.
"telen dulu neng, buset." balas Steffi
"lo tau mading online sekolah?" tanya steffi yang menyeruput es jeruknya. Dan di balas anggukkan kecil oleh Salsha.
"Salshabilla Safira Adrin berpapasan dengan Aldy Arsyadi Almo namun tak ada tegur sapa. Emang dasar kang gosip sekolah aja yang lebay, berita begituan di taroh di mading online.
"Sha! Lo liat lo liat!" Steffi menunjukkan mading online sekolah yang baru saja di up. "lo adu mulut sama Aldy?" tanya Steffi lagi dan hanya di balas anggukan santai oleh Salsha
•••
"ANJIR, LO MASUK TRANDING TOPIK DI MADING ONLINE DI" teriak Bastiam sambil mengguncang badan Aldy."apaan sih, mana" tanya Aldy tak mengerti kenapa ia bisa masuk mading online, Bastian menunjukkan Hpnya dan memang disana terpampang wajah Aldy dan Salsha yang sedang Adu mulut di koridor sekolah.
Aldy hanya menghela nafasnya kasar, ia sangat tidak suka jika masuk mading online. Apalagi dengan berita yang tak penting seperti itu.
💨sudah seminggu berlalu, Aldy merasa janggal di hatinya, ntah apa itu. Seperti ada yang hilang, hari-harinya sepi tak seperti dulu.
Aldy berjalan tak tau arah, menyusuri koridor yang sepi itu, mungkin semuanya sudah pulang. Langkahnya terhenti melihat seseorang yang ia kenal duduk di salah satu bangku taman.
"Salsha?" gumam Aldy, ntah kenapa langkahnya berjalan ke arah gadis itu, seperti ada dorongan dari hatinya untuk menghampiri Salsha.
"kenapa belum pulang?" tanya Aldy duduk di sebelah Salsha.
"ngapain lo disini?" ketus Salsha, ia beranjak dari bangku itu, ingin meninggalkan Aldy. Namun langkahnya terhenti Saat Aldy menahan tangannya.
"Gue baru dateng, lo udah cabut aja." Aldy menarik Salsha untuk kembali duduk.
"lo mau apa lagi si?" Salsha memutar bola matanya malas
"lo masih ada rasa sama gue?" tanya Aldy membuat gadis disebelahnya ini menatapnya kaget
"munafik kalo gue bilang rasa itu hilang" Salsha membuang mukanya
"kenapa lo pergi? Kenapa lo berhenti ngejar gue Sal?" lirih Aldy
"bukannya itu yang lo mau? Gue cuma nurutin apa yang lo mau kok, Pergi." Salsha menekatan kata pergi di akhir ucapannya
Aldy menarik nafasnya dalam, "maaf" Salsha tak meresponnya sedikitpun. "boleh gue minta satu hal lagi? Ulangi perjuangan lo ke gue kaya kemaren lagi?" Aldy menatap Salsha penuh harap.
Bola mata Salsha terbelalak kaget, permintaan macam apa itu. "jangan harap. Sekali orang minta gue pergi, gue gak akan pernah kembali" Salsha berjalan meninggalkan Aldy.
"KALO GUE YANG NGEJAR LO APA LO MAU?" teriak Aldy saat Salsha belum berjalan terlalu jauh darinya.
Degg!! Jantung Salsha berdebar cepat mendengar perkataan Aldy.
Langkahnya terhenti saat itu juga, Lalu Aldy melangkah mendekatinya.
"apa lo izinin gue buat perjuangin lo?" Aldy kembali bertanya, ia menatap Salsha penuh harap, namun Salsha terus membuang muka
"boleh gue perjuangin lo?" Aldy mengulang pertanyaannya lagi.
Salsha menghela nafasnya kasar, "terserah, tapi hati gue gak akan pernah ada ruang untuk lo lagi" Salsha lalu meninggalkan Aldy yang mematung karna ucapannya.
•••
Salsha membuka pintu kamarnya, ia merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya, lelah sekali rasanya. Sampai akhirnya gadis ini tertidur dengan tubuh yang masih mengenakan seragam sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlambat.
Fanfictionmanusia mungkin tak akan pernah menghagai sebelum akhirnya ditinggal pergi. tentang dia yang menghilang dari hidupku. menykitkan memang, aku rindu roti bakar coklat atau nasi goreng yang dulu sering ia bawakan setiap pagi. namun selalu ku tolak. gen...