Prolog...

152K 2.4K 97
                                    

"Pagi, kamu yang sedang patah hati." Cewek itu-Nigi, menahan tawa saat mendapati Zillo mendelik ganas padanya. Bukannya jera, Nigi malah melepas tawa yang sejak tadi berusaha ia tahan.

Rasanya menggoda Zillo akhir-akhir ini memang menjadi hal yang menyenangkan bagi Nigi. Bukan berarti ia tidak berempati atas keputusan yang Nadi pilih untuk pindah ke luar negeri dan menjadikan Zillo macam orang kekurangan asupan energi karena kepergian cewek itu. Hanya saja sikap Zillo yang semakin hari semakin dingin terhadap siapa pun membuat cowok itu terlihat begitu menyedihkan di mata Nigi, dan itu lucu-setidaknya bagi Nigi-karena Zillo yang ia kenal seumur hidupnya tidak pernah semenyedihkan seperti sekarang, kaetika Nadi memutuskan pergi dari cowok itu.

"Shut up!" gertak Zillo jengah dengan tawa Nigi yang tak juga reda.

"Jangan keseringan ngeledekin orang, kualat baru tahu rasa." Kalimat itu bukan meluncur dari Zillo, melainkan Noel yang sejak tadi berjalan beberapa langkah di belakang mereka.

"Denger kata kakak lo."

Mata Nigi menyipit sinis, bergantian mengarah pada Zillo dan Noel yang kini berjalan di sisinya. "Ck, nggak asik lo, El."

Noel hanya mengangkat bahu sebagai respon gerutuan kembarannya.

"Eh tapi, secara nggak langsung lo juga turut mengakui kalau Zillo itu memang keliatan menyedihkan banget kan" Lagi, tawa Nigi meledak dengan pemikiran barunya itu.

Langkah Zillo terhenti, cowok itu terlihat jelas sedang mengendalikan amarahnya, dan bukan Zillo kalau tidak pandai melakukan hal itu. Cukup sekali amarahnya meledak beberapa waktu lalu, dan harga yang harus ia bayar adalah dengan membiarkan Nadi pergi, kesalahan fatal yang tidak akan Zillo ulangi dalam kondisi apa pun.

"Ya, ya.. silakan ketawain gue sepuas lo. Tapi bisa jadi juga kan, yang nangis berikutnya karena patah hati itu lo-Nigi Syahreza," ucapan Zillo otomatis membuat Nigi yang sudah beberapa langkah di depannya berhenti mengayunkan kaki, berbalik menghadap Zillo, menatap manik mata cowok itu yang tidak terlihat main-main dengan ucapannya.

Zillo melengos, melewati Nigi dengan pengendalian diri dan facepoker yang sempurna. Sementara Noel sendiri, yang masih berdiri di samping kembarannya hanya dapat menghela nafas berat sebelum berbisik jahil, "Nah kena kutuk kan lo. Berdoa aja biar kutukan orang patah hati macam Zillo nggak bener-bener berlaku." Noel lantas menyusul langkah Zillo menuju lapangan.

Untuk tiga detik yang terlewat Nigi masih diam, tapi setelah itu tawa canggung gadis itu terdengar samar, berusaha mengenyahkan perasaan tak nyaman yang beberapa waktu lalu sempat menyerangnya karena ucapan Zillo.

"Zillo pasti bercanda, pasti bercanda kan ya." Nigi mengusap tekuknya yang tanpa alasan jelas terasa dingin.

***

Ucapan Zillo itu sudah terjadi berbulan-bulan yang lalu, sebelum semuanya benar-benar berubah saat ini. Zillo sudah tidak lagi menjabat ketua Osis, cowok itu kini sudah menjadi siswa biada yang akan berhadapan dengan ujian nasional. Sementara Noel dan Nigi kini yang menjadi idola seolah serta orang berpengaruh di OSIS, terutama Nigi yang saat ini menjabat sebagai ketua OSIS setelah menang mutlak dalam pemilihan beberapa bulan lalu.

"Kodok emang si Aura. Gue minta temenin ke mall buat beli keperluan OSIS, malah ditinggal buat nonton sama anak sekolah sebelah," gerutu Nigi sibuk dengan belanjaan yang ada di tangannya saat ini.

Kerepotan dengan barang belanjaannya, Nigi berkali-kali hampir menabrak beberapa orang yang jalan berlainan arah. Berkali-kali juga cewek itu melemparkan senyum mohon maklum pada orang-orang itu. Rasa dongkol Nigi semakin berkali lipat saat memikirkan apa yang sahabatnya kini sedang lakukan. Asik menonton dengan siswa sekolah sebelah yang baru saja dikenalnya?! Benar-benar tidak bisa dipercaya!

Nigi memilih menggunakan lift untuk turun ke lantai terbawah, lantas setelah itu meminta supir Aura untuk mengantarnya pulang. Masa bodo dengan Aura yang kemungkinan akan marah besar, toh cewek itu juga sudah membuatnya dongkol bukan main hari ini. Pintu lift sudah hampir tertutup ketika tiba-tiba seseorang menahan dan membuatnya kembali terbuka. Seorang cowok dengan pakaian formal masuk dan langsung berdiri di samping Nigi.

Di lift itu hanya ada mereka berdua, entah kebetulan atau apa tapi itu cukup membuat Nigi merasa risih. Kalau di film-film romantis, disaat seperti ini pasti siapa pun cowok itu akan menawarkan diri untuk membantu Nigi membawa barang-barangnya yang terlihat berat dari sisi mana pun. Tapi tentu saja itu memang hanya ada di film, nyatanya cowok di samping Nigi terlihat santai bahkan terkesan dingin-dingin saja melihat Nigi yang kerepotan dengan barang bawaannya.

Sempat sibuk dengan pikirannya membuat Nigi tak sadar bahwa mereka sudah tiba di basement. Nigi baru kembali dari lamunannya ketika cowok itu bergerak dan tanpa sengaja menyenggolnya, Nigi yang tidak dalam posisi siaga kehilangan keseimbangan atas barang belanjaan yang ia bawa, lantas dalam sekejap semuanya berserakan di lantai lift. Sayangnya ketika Nigi tersadar dari kepanikannya pintu lift kembali tertutup, dan cowok yang menyebabkan kekacauan itu sudah pergi entah ke mana.

"Kambing!" Maki Nigi murka.

Nigi tidak pernah tahu, apa yang terjadi hari itu bisa jadi adalah salah satu dari rencana Tuhan untuk menjungkir balikan hidupnya, pertemuan yang tidak pernah ia sangka akan membawa dampak begitu besar pada perjalanan perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya dengan seseorang.

_______________

PS : Jangan lupa nonton trailer-nya di youtube yaaa :D

DAMN! It's You?!! [TRILOGI "YOU" BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang