4. Kabar Tidak Menyenangkan

34.8K 1.5K 38
                                    

Nigi menajamkan penglihatannya sebelum keluar kelas, menoleh kesana-kemari memastikan wilayah di sekitarnya aman. Sudah hampir seminggu Nigi bersikap seperti itu, membuat Aura dibuat terheran-heran oleh kelakuan sahabatnya.

"Lo ngapain sih? Akhir-akhir ini lo tuh aneh tahu nggak?"

Nigi bergeming, sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Gi!" tegur Aura gemas.

"Hm?"

"Lo masih waras kan, Neng?" tanya Aura khawatir, meletakan telapak tangannya di dahi Nigi.

Gadis itu mengernyit, menatap Aura penuh tanya sebelum akhirnya mendengus sebal saat mengerti arti dari tatapan itu. Segera ia singkirkan tangan Aura dari dahinya, melirik gadis yang masih menatapnya dengan sorot iba itu dengan pandangan malas.

"Lo tuh yang nggak waras!"

"Ada apaan sih? Cerita makanya," pancing Aura sambil menyeret Nigi ke kantin. Perutnya sudah lapar bukan main karena tadi pagi belum sempat sarapan.

"Lo nggak akan percaya dengan apa yang bakal gue certain."

Aura melepas gandengan tangannya di lengan Nigi, menahan diri untuk bertanya karena keduanya sudah tiba di kantin yang kini sangat ramai. Antrian pesanan di stand-stand makanan terlihat panjang menggambarkan kebuasan para siswa/siswi yang ingin segera memenuhi kebutuhan perut masing-masing. Aura berjalan ke antrian stand mie ayam, sementara Nigi mengantri di sebelahnya yang menyediakan bakso.

Setelah hampir sepuluh menit menunggu akhirnya Nigi dan Aura keluar dari antrian dengan mangkuk di tangan masing-masing. Tidak lupa segelas es jeruk untuk melengkapi menu makan siang keduanya hari itu. Mereka memilih duduk di pojok kantin, tempat yang cukup sepi dibanding sisi kantin yang lain.

"So, apa yang bikin gue nggak akan percaya sama apa yang mau lo ceritain?"

"Gue ketemu sama cowok itu lagi," cerita Nigi ambigu.

Sebelah alis Aura terangkat, menatap Nigi jengah karena sahabatnya itu memulai cerita setengah-setengah, sengaja membuat Aura penasaran sekaligus gemas. "Sejak kapan lo jadi suka ketemuan sama cowok?" Aura menyindir sinis.

Nigi terkekeh. "Ngambek, Neng?"

"Terserah! Cepet cerita yang lengkap!"

Dan mengalirlah cerita dari mulut Nigi tentang pertemuannya dengan Saba di taman kota beberapa hari lalu. Aura yang mendengar setiap detail semua cerita itu hanya sibuk mengubah ekspresi wajahnya dari terkejut, tertawa, penasaran, dan lain-lain tanpa menyela perkataan Nigi. Hingga shock sendiri saat Nigi mengakhiri ceritanya.

"Lo disuruh pindah?!" teriak Aura lumayan keras, hingga ada beberapa siswa/siswi yang menoleh ke arah mereka dengan berbagai tatapan. Entah itu karena merasa terganggu atau malah ingin tahu dengan apa yang kedua gadis itu bicarakan hingga membuat kehebohan sendiri.

"Bisa biasa aja nggak? Nggak pakek teriak bisa kali," cibir Nigi sebal.

"Terus lo terima? Maksud gue, lo bakalan pindah gitu? OSIS gimana? Gila aja lo mau ngundurin diri tiba-tiba, baru juga ngejabat ketua!" celoteh Aura tidak peduli dengan protes yang Nigi ajukan.

Nigi mendesah pasrah, menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. Ia juga bingung apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Jelas-jelas ini terjadi karena kecerobohannya yang menerima tantangan itu tanpa berpikir seribu kali hanya karena berlandaskan emosi. Awalnya Nigi juga berniat melupakan kejadian konyol yang menimpanya itu, menganggap bahwa permintaan Saba hanya lelucon semata. Tapi makin berusaha Nigi melupakannya, semakin besar kemungkinan itu menghantuinya, bahkan Nigi hampir tidak bisa tidur hanya karena memikirkan permintaan Saba padanya. Padahal jelas-jelas seminggu sudah lewat, dan tidak ada kabar apa pun yang ia dapat. Bisa disimpulkan kemungkinan besar ucapan pemuda itu memang hanya bualan semata.

DAMN! It's You?!! [TRILOGI "YOU" BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang