Intermezzo : Our Love is Abi and Bunda

2.7K 202 32
                                    

Kaie sedang sibuk mewarnai buku gambarnya ketika Kiana memasuki kamar mereka. Bocah laki-laki itu segera meletakan crayonnya melihat Kian duduk di tempat tidur mengadapnya.

"Ada apa?" tanya Kaie ketika tubuhnya sudah sepenuhnya menghadap Kian.

Kian mengusap kedua tangannya di rok yang ia kenakan, lantas mengusap mulutnya yang penuh dengan bubuk entah apa. Sepertinya gadis itu habis memakan sesuatu.

"Kaie tahu besok ulangtahun pernikahan Abi sama Bunda?" seru Kian bersemangat.

Kening Kaie berkerut menatap kembarannya, bingung. "Ulangtahun pernikahan itu apa?"

Sambil berdecak gadis kecil itu menepuk dahinya mendengar jawaban dari Kaie.

"Ya ampun! Kaie nggak tahu ulangtahun pernikahan itu apa?!"

Kaie mengangguk, lantas menggeleng. Maksudnya 'iya, dia tidak tahu.'

"Ck, Kaie payah. Ulangtahun itu kan kalau ngerayain hari lahir, nah pernikahan itu kaya Abi sama Bunda. Jadi ulangtahun pernikahan itu ngerayain Abi sama Bunda lahir.." terang Kiana yakin. Tapi setelahnya ia mengernyit, sama persis seperti yang Kaie lakukan.

"Eh bener gitu nggak ya maksudnya?" gumam Kiana menyadari bahwa apa yang ia ucapan sebelumnya membingungkan.

"Ah nggak tau deh, nanti Kian tanya uncle Arya dulu maksudnya apa," Kian menambahkan, Kaie yang memperhatikan kembarannya sejak tadi hanya mengangguk menyetujui, meski ia masih bingung akan ke mana arah pembicaraan mereka.

"Pokoknya, kita harus ngerayain ulangtahun pernikahannya Abi sama Bunda. Kaie mau nggak?"

Kaie diam berpikir, ekspresinya tidak jauh beda dengan sang Ayah kalau sedang serius.

"Emang Kian mau ngapain?" tanya Kaie kemudian.

Gadis kecil itu tersenyum lebar. Bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan menghampiri Kaie. Meraih tangan kembarannya itu lantas menautkan jari kelingking mereka satu sama lain.

"Tapi Kaie janji harus jaga rahasia ya? Soalnya Kian mau bikin kejutan buat Abi sama Bunda, dan Kian butuh bantuan Uncle Arya sama Aunty Vela!" bisik Kian menggoyang-goyangkan tautan jari mereka cukup kencang. Sementara Kaie sendiri masih bingung dibuatnya.

***

Mengendap-endap kedua bocah kecil itu mengintip sang Bunda yang sedang sibuk menyiapkan makan siang mereka di dapur. Begitu merasa pasti bahwa Bunda mereka tidak akan keluar dapur sampai masakan selesai, Kaie dan Kiana berjalan menuju ruang tengah. Mendekati meja telepon yang ada di samping sofa. Tanpa membuang waktu Kian mengambil gagang telepon dan menekan tombol-tombol angka hingga terdengar nada sambung setelahnya.

"Halo, Assalamualaikum..." sapa suara berat pria di seberang sana.

"Wa'alaikumsalam, Uncle. Ini Kian!" seru Kiana berusaha berbisik, sementara Kaie di sampingnya menguping mendengarkan.

"Hai cantik, ada apa? Tumben telepon Uncle siang-siang begini? Uncle nggak lagi sama Kakak Altaf, Sayang."

"Kian bukan mau ngomong sama sama Kakak Altaf kok, Uncle. Kian memang mau ngomong sama Uncle," jelas Kian masih berbisik, sesekali melihat ke arah dapur takut-takut Bundanya muncul dan menggagalkan rencana mereka. Ah, mungkin saat ini masih rencana Kian, karena Kaie belum tahu apa-apa.

"Oya? Mau ngomong apa, Sugar? Lagian suara kamu kok bisik-bisik gitu dari tadi?"

DAMN! It's You?!! [TRILOGI "YOU" BOOK 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang