Borgol Hati

50 14 10
                                    

Assalamualaikum,
temen2 semua ...
Budayakan follow sebelum baca atau setelah baca, nanti aku follback 😁😍

Happy reading 😘

🔒🔒🔒

Netraku terfokus pada pergulatan sengit di depan sana, aku mengamati seksama setiap gerak demi gerak, begitu tangkas tangan bergerak disertai teknik dan jurus yang memukau di tengah pergulatan keduanya. Tertuang ke dalam ingatanku, hingga membentuk sebuah video yang siap tayang jika perlu untuk diulas kembali sebagai latihanku yang notabene-nya hanya pendekar pemula.

Ah, sepertinya mataku ini gagal konsentrasi. Bagaimana tidak? Dia selalu jadi tujuan utamaku dalam banyak hal.

Nicole Pratama. Ya, itu dia namanya. Yang sekarang sedang menangkis pukulan lawan, kemudian dengan begitu cekatnya melayangkan tendangan sabit saat lawan sedang lengah.

Dia yang terkadang ikut serta dalam tiap rapalan doaku, membuatku ingin mensolasi mulutku yang lamban laun ikut kacau bersamaan dengan langkah hati.

Ini tidak benar!

Secara diam-diam aku melabuhkan sampan rongsokku kepadanya. Aku sudah berusaha keras untuk membelokkan sampan itu agar tidak salah berlabuh, lebih tepatnya jangan sampai berlabuh ke sana karena aku cukup tahu diri, siapa aku dan siapa dia, tapi dayungku tak sekuat egoku untuk menjauh. Entah apa penyebabnya, aku juga tidak mengerti sejak kapan rasa itu meletup-letup di dasar hati.

Selama ini, aku menutup diri dari setiap laki-laki yang mendekatiku karena sebuah alasan yang sangat kuat dan pastinya aku tak ingin mengecewakan siapapun. Itu salah satu alibiku yang amat kelasik saat mengutarakan penolakan, tapi kali ini hatiku yang berusaha mengarungi sebuah samudera.

Sampan rongsokku yang serupa sampah sudah mulai tidak tahu diri. Aku harus bagaimana? Saat rasa itu muncul, rasa salahku pun bermunculan, mencaci diriku yang hina akan angan yang melampaui batas.

Cukup di sini saja!

Biarkan aku mengaguminya, tanpa perlu memiliki. Dia pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Aku bagai tisu yang sudah terpakai, tak layak untuk dipergunakan lagi dan lebih pantas untuk dibuang, karena jikalau dipakai takutnya akan membawa virus.

Pikiranku jadi rancu, ingatan masa laluku mendobrak kesadaranku. Me-reply kembali masa silam yang berusaha kukubur dalam-dalam.

Tujuh tahun yang lalu.

Langkahku terseok, menahan nyeri di sekitar tubuhku yang berlebam. Terlebih selangkanganku, sangat perih. Aku tak mempedulikan seperti apa bentukanku saat ini. Seragam putih biru yang kukenakan, kini telah robek sana-sini. Aku hanya bisa terisak, dadaku terasa sesak. Tak sanggup menerima kenyataan yang ada. Hujaman macam apa ini, apalagi yang harus dihadapi setelah ini?

"M-ma'e ...," isakku dengan suara serak dan bergetar. Menatap sayu punggung ketiga bajingan berseragam putih abu-abu yang kini melenggag pergi dengan langkah gontai karena masih dalam pengaruh alkohol--diantara salah satunya adalah sepupuku sendiri.

Tak ada lagi sebuah harapan yang perlu kugapai di depan sana, semuanya terlihat semu. Hancur berkeping-keping. Tangisku tak ada yang peduli. Malampun enggan tuk berceloteh sekadar menghibur, ia memilih membisu. Gemericik air keran kamar mandi berusaha melebur lilitan kehinaan yang menempel. Aku merasa jijik dengan diriku sendiri.

Ah, hapuskan saja memori kelam itu. Kalau saja memori ingatan manusia seperti halnya flashdisk atau sebangsanya, aku pasti sudah men-delete-nya sejak dulu, tapi sayangnya tidak semudah itu. Hal tersebut menjadi salah satu alasan kenapa aku sekarang mengikuti pelatihan silat ini, meski sebenarnya aku bukan orang yang suka akan olahraga. Ini semua semata-mata hanya untuk kesiap siagaan saja. Walau realitanya, sudah tidak ada yang perlu untuk dipertahankan lagi apa yang ada pada diriku, semuanya sudah ternoda. Apa lagi yang perlu kujaga.

SOBEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang