Zelion-10th

132 43 18
                                    

[ I need your vote and comments 💖 ]
[ Happy reading ! ]

"Jaga hati lo buat gue,"

○●○●

Dua remaja dengan motor Red Passion mulai memasuki area SMA ternama di Jakarta. Tatapan sinis mulai tampak dari visual kaum hawa. Cibiran gosip mulai terdengar di indera keduanya.

Zeline menghelas nafas. Mata dan jarinya memaksakan sibuk dengan benda pipih rose gold di depannya. Kedua telingannya tak merespon cibiran setan di sekitarnya.

Oh Tuhan! Kuatkan hambamu ini dengan tameng yang paling kokoh! batinnya memelas.

Tak kuat dengan panas dan kejamnya tatapan kaum hawa, Zeline segera mengode ojeknya. "Arion! Cepetan dikit napa!" serunya menepuk pundak pria di depannya.

Arion melirik kaca spion motornya. "Kenapa? Takut digosipin?" ucapnya santai menganggap tatapan pengagumnya bak mata laron yang berlalu lalang.

Ini anak bener - bener cenayang, gue harus hati - hati! batin Zeline terkejut.

"Mana ada, i-itu gue mau jaga apel!" jawab Zeline berbohong. Arion yang mendengar jawaban penumpangnya, hanya ber-oh- ria mempercayainya. Dengan kontan, Arion segera melajukan motornya menuju parkiran yang tak jauh dari keberadaanya.

Sekarang, keduanya sudah sampai di parkiran. Zeline mulai menuruni motor milik pria cenayang di depannya. Tangannya mencoba melepas helm bogo di kepalanya. Namun nahas, ia kesusahan membuka Retention System helm tersebut.

Arion yang melihat tingkah Zeline yang menggemaskan ralat menjengkelkan, langsung turun dari motornya dan dengan senang hati membantu gadis itu.

Tidak butuh waktu lama, raga Arion sudah sampai di depan raga gadis mungil itu. Dengan spontan, tangannya mendarat di bagian gesper helm bogo gadis tersebut. Zeline yang merasakan ada keanehan, tersontak kaget. "Ng-ngapain lo?!"

"Cemen, cuma ngelepas helm aja nggak bisa!" ejek Arion meremehkan sambil mencabut benda coklat itu dari kepala Zeline.

"Sial! Makasih," ucap Zeline dengan pipi rona merahnya.

"Cuma makasih?" kata Arion mengangkat satu alisnya.

Zeline mendongakkan kepalanya. "Lo minta apa, hah?" tawarnya menantang.

"Lo nawarin gue?!" balas Arion sedikit terkejut. Melihat Zeline mengangguk, ia segera melanjutkan ucapannya. "Jadi pacar gue," kata Arion memainkan kedua alisnya.

Zeline melototkan matanya, tak terima dengan permintaan ojeknya. "Hah?! Nggak - nggak yang lain!" serunya menyesal.

Mendengar penolakan dari gadis itu, Arion berlagak ucapannya hanya sekedar candaan. Mana bisa seorang anak Hendi Satritama yang tampan menawan ditolak mentah - mentah oleh satu orang gadis, harga dirinya mau ditaruh di mana?

"Becanda elah, baperan amat," ucap Arion melirik Zeline.

Udah tahu gue baperan, masih aja dibaperin emang dasar jamet! Umpat Zeline dalam hati.

Zeline memutar malas bola matanya, mengisyaratkan bahwa dirinya kesal dengan pria di depannya. "Jadi permintaan lo yang sebenarnya apa?"

Arion menatap Zeline, kemudian membisikkan sebuah kalimat yang sempat membuat Zeline termangu. "Jaga hati lo buat gue,"

What the hell. Demi induk ayam yang melahirkan anaknya, siapa Arion menyuruh - nyuruh dirinya. Baru saja kenal beberapa hari yang lalu, lagaknya sudah seperti kenal sejak hulu.

"E-emang lo siapa gue?! Ngatur - ngatur segala! Hati - hati gue juga! " ucapnya memalingkan pandangan.

"Ngode ya?" balas Arion dengan smirk-nya. Zeline melotot mendengar balasan tak masuk akal dari sang empu.

"Nggak ada penolakan!" kata Arion memaksa. "Salah siapa nawarin gue!" imbuhnya tersenyum devil.

"Nyesel gue!" pekiknya memalingkan pandangan.

"Gue nggak peduli!" ucap Arion tak acuh.

"Hm, gue usahain," balas Zeline dengan bantuan hati kecilnya.

Arion mengangkat jari kelingkingnya. "Janji?" ucapnya berharap.

Zeline mengangguk, kontan jari kelingkingnya tidak sabar mengait di jari kelingking pria di depannya. Sekarang, keduanya menatap penuh makna dan benar - benar tersenyum sempurna.

Di sisi lain, di balik parkiran, tampak seorang pria yang sedari tadi mengamati keduanya. Tatapannya benar - benar sinis penuh curiga, mulutnya berkomat - kamit tak bermakna, dan sampai - sampai ponselnya sigap memotret keduanya.

***

Secara tergesa - gesa, pria dengan jaket army segera memasuki ruang kelasnya. Mencari - cari sosok yang sedang ia inginkan. Baru saja melirik bangku pojok belakang, sudah terlihat pria yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Rei!" sapanya mendekati kawannya.

"Ha? Kenapa?" jawabnya tanpa menoleh sang penyapa.

"Sebenernya, lo jadi ngincer si dedek gemoi itu nggak sih?" ucapnya menarik bangku kosong di depannya.

Mendengar incarannya disebut - sebut, Rei langsung menghentikan aktivitasnya dan dengan sebaik mungkin menyimak ucapan kawannya. "Dedek gemoi siapa? Zeline?" balasnya memperhatikan Rangga.

"Ya iyalah siapa lagi kalau bukan dia," kata Rangga mulai menduduki bangkunya. "Rei, saran gue ya, mending lo ambil si Bella atau Tasya, yang udah jelas - jelas sayang sama lo, " lanjutnya membuat sang pemilik nama semakin menyimak perkataan kawan oroknya.

Tidak tertarik dengan saran kawannya, Rei kembali meraih ponselnya. "Nggak! Gue setia sama Zeline! Tiitik! " serunya penuh kepercayaan.

"Asal lo tahu, Zeline udah ada gebetan, tadi pagi gue liat dia janji pinky sama cowonya, " ucap Rangga menilik Rei.

Kembali tertarik dengan ucapan Rangga, Rei berhenti memainkan ponselnya dan memilih bertanya kepada narasumber. "Cowo yang lo maksud siapa? " tanyanya cukup penasaran.

"Temen sekelas Zeline, anak baru, yang namanya kaya patung, " jawab Rangga cukup jelas.

"Arion? " tebak Rei penuh keyakinan.

"Seratus! Anda benar! " balas Rangga memberikan kedua jempolnya.

"Punya bukti apa lo? " tanya Rei belum terlalu percaya.

Berharap kawannya mempercayainya, Rangga secepat mungkin mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. "So sweet kan? " kata Rangga menunjukkan foto Zeline dengan Arion yang tengah mengaitkan jari pinky mereka.

"Nggak mempan buat usaha gue lebur! " ucap Rei mengepalkan tangannya.

"Masih mau berjuang? " tawar Rangga kembali menatap kawannya yang tengah naik pitam.

"Selagi bisa, kenapa nggak dicoba? " balas Rei tanpa memandang sang kawan.

"Gue sebagai sahabat yang baik, bakal dukung plus bantu lo, tenang aja, " kata Rangga menenangkan Rei.

Setelah indera pendengarannya menangkap perkataan Rangga, Rei menepuk - nepuk pundak kawannya. "Thanks, " ucapnya lirih penuh keyakinan.

Nggak ada yang bisa milikin Zeline selain gue! batin Rei tersenyum devil.

***

Tbc.

ZelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang