Zelion-12th

151 39 33
                                    

[ I need your vote and comments 💖 ]
[ Happy reading ! ]

○●○●

Zeline yang menangkap perkataan dari Arion seketika membisu. Tanpa diberi aba - aba pun rona merah di pipi mulusnya menampakkan diri. Jantungnya yang sedari tadi normal, kini berdegup kencang sekali.

Melihat gadis di depannya terbungkam, Arion menertawainya sebagai ledekan balas dendam. Siapa suruh gadis itu tertawa nyaring melihat dirinya diceramahi oleh guru killer SMA Merpati.

Di saat denyut jantungnya masih dengan keadaan yang sama, Zeline menatap heran laki - laki di depannya, "Kenapa ketawa?" tanyanya polos.

Arion memberhentikan tawanya, lalu menatap lekat - lekat gadis polos di depannya, "Tapi boong, hiya, hiya," katanya, kembali tertawa.

"Tau ah!" ketus Zeline berjalan setengah berlari meninggalkan Arion. Sebelum meninggalkan pria itu, ia sempat melirik sengit pria di depannya, seakan memberi kode ' kejar dan minta maaf '

"Kebanyakan nonton drama sih! Baperan kan jadinya," seru Arion dengan tawa andalannya.

"Bodo amat!" balas Zeline tak kalah lantang dari seruan Arion.

"Woy, Zel! Lo mau ke kelas lagi?!" tanya Arion kencang, menatap Zeline sudah mulai jauh dari posisinya.

"Nggak lah! Parkiran!" jawab Zeline tetap melanjutkan langkahnya. Tanpa menoleh orang yang bertanya kepadanya.

Arion terkekeh melihat tingkah gadis menyebalkan di ujung lorong sekolahnya, "Parkiran ke sini! Bukan ke sono!" katanya, menunjuk kedua ujung lorong di sekolahnya secara bergantian.

Mendengar perkataan Arion, langkah Zeline spontan terhenti. Dan tanpa ba-bi-bu, ia langsung membalikkan badannya, melanjutkan langkahnya menuju arah di mana tempat parkiran sebenarnya.

Matanya enggan menatap sosok yang tengah terbahak memerhatikannya. Ia merasa malu, mungkin sangat malu akibat kelakuannya yang terjadi tanpa perintah dari sang empu.

***

Di parkiran, hanya ada dua makhluk yang berada di sana. Keduanya sama - sama tidak berbicara, sama - sama tidak bertukar suara. Arion yang benci suasana seperti itu, langsung membuka pelan suaranya.

"Zel, gue minta maaf," ucap Arion ikhlas, menghadap tepat di depan Zeline.

"Lo sih, jadi orang baperan amat, enak kan jadinya kalau gue kerjain, hehe," imbuhnya terkekeh.

Zeline yang masih tetap fokus dengan ponselnya, kontan mengalihkan pandangan menatap Arion.

"Ya, ya, ya. Awas ya, kalau lo ngerjain gue lagi!" kata Zeline mengancam.

Arion mengangguk, "Iya bawel!" ucapnya memainkan gemas pipi Zeline.

Zeline menepis tangan Arion dari pipinya, "Sakit tau!" rintihnya, beralih menabok lengan pria tak waras di depannya. Arion terkekeh melihat aksi Zeline yang makin ke sini makin gemas menurutnya.

Selang beberapa menit kemudian, Zeline kembali memecahkan keheningan di antara keduanya. Ia mengucapkan perkataan yang membuat Arion cukup terkejut.

"Arion,"

"Kenapa?" tanya Arion melihat gadis di depannya terlihat cukup was - was.

"Em, inget nggak permintaan lo yang tadi pagi? Yang sampai kita janji pingky?"

Arion mengangguk.

"Itu menurut gue berlebihan, toh kita juga bukan siapa - siapa," imbuhnya menatap pria malang di depannya.

Arion terkejut, "E-eh iya, kita bukan siapa - siapa, ada berhak apa gue ngatur lo? Wkwk," katanya sedikit terpaksa, diikuti kekehan pelan dari mulutnya.

"Lo baik - baik aja kan?" tanya Zeline melihat pria di depannya membisu.

Arion tersenyum. Nampak jelas senyumannya itu merupakan sebuah paksaan dari hatinya, "I'm fine, i'm fine."

"Bagus deh. Ya udah, ayo kita makan. Keburu sore nanti sampe rumah lo," kata Zeline, dibalas anggukan pelan dari Arion.

Kenapa hati gue sakit ya? Pas denger Zeline ngomong ' kita bukan siapa - siapa ' apa gue udah mulai suka sama dia? lirih Arion dalam hati.

***

Tepat kejadian di parkiran tadi, tidak ada obrolan sama sekali di antara dua remaja itu.

Arion merasa hatinya teriris, setelah Zeline mengatakan bahwa tidak ada hubungan apa - apa di antara keduanya, mereka bukan siapa - siapa.

Zeline yang mengamati gerak - gerik Arion sedari tadi, hanya bisa bertanya dalam hati. ' kenapa dengan dia? Apa kata - kata gue salah? '

Mulut Zeline sudah gatal ingin membuka suara. Namun, karena gengsinya terlalu tinggi, Zeline secepat mungkin mengurungkan niatnya.

Sesampai di salah satu cafe daerah Jakarta Selatan, Zeline segera menuruni motor Red Passion milik pria tampan di sebelahnya, diikuti Arion sambil melepas helm full facenya.

"Di sini gapapa kan?" tanya Zeline tersenyum.

"Iya, gapapa," balas Arion masih dengan senyum paksaannya.

Jujur, Arion tidak tahu kenapa hatinya tiba - tiba sakit seperti itu. Ia juga tidak paham kenapa tadi pagi mulutnya asal mengucapkan kata - kata sial itu kepada Zeline.

Apa dirinya sudah mulai jatuh cinta dengan gadis itu? Namun, sejak kapan? Kenapa dirinya bisa begitu cepat mencintai orang yang baru saja ia kenal?

Setelah meletakkan helm mereka masing - masing, keduanya mulai menaiki anak tangga menuju ruangan cafe tersebut. Mereka tidak jalan beriringan, melainkan berjalan layaknya tuan putri yang dikawal oleh prajuritnya.

Zeline mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk makan berdua. Di sana, di meja nomor dua lima. Di mana tempat makan tersebut dekat dengan pintu keluar cafe yang mereka tempati.

"Arion, lo mau pesen apa?" tanya Zeline menatap pria yang tengah melepas hoodie hitamnya.

"Samain aja sama lo, Zel," kata Arion. Zeline yang sudah mendapatkan jawaban dari Arion buru - buru mengangguk sebagai balasan.

Beberapa menit kemudian, makanan dan minuman dua remaja itu datang. Mereka segera menikmati hidangan tersebut dengan nikmat.

Tanpa disadari, selai coklat dari salah satu makanan Zeline menumpang pada ujung bibirnya. Arion yang sempat melirik dan mengamati gadis itu, diam - diam tersenyum. Kemudian sigap membersihkan tamu di bibir Zeline dengan pelan.

Zeline terkejut dengan apa yang dilakukan Arion. Berbeda dengan Arion yang masih tetap menatap Zeline, dan memberi isyarat ' tidak apa - apa '

Selang beberapa waktu, saat Zeline selesai membayar makanan mereka, ia tersentak kaget melihat pemandangan di meja pojok dekat panggung cafe. Terdapat satu pasang adam hawa yang tengah bercanda. Mereka sedang tertawa bahagia.

Hatinya benar - benar perih, rapuh. Kenapa dia kembali di saat semuanya sudah pupus. Dan kenapa dia datang dengan membawa wanita lain, bukan dengannya lagi?

Zeline rasanya ingin cepat - cepat pergi dari tempat itu. Benda bening dari netranya sudah tidak kuasa ia tahan dari hulunya. Sekarang, dirinya tengah mengeluarkan air mata, ia menangis.

Arion menatap heran gadis itu, "Zel, kenapa nangis?" tanyanya mulai panik.

Zeline menggeleng pelan. Kemudian meraih tas dan ponselnya yang tergeletak di meja makan mereka, "Ayo keluar."

Arion bertanya - tanya, ada apa dengan dia? Kenapa dia menangis? Siapa yang berani membuatnya seperti itu?

Arion yang mengerti dengan kondisi Zeline, menuruti saja apa yang dikatakan gadis itu. Ia segera mengaut hoodie dan kunci motornya. Diteruskan keluar dari ruangan beraroma kopi tersebut untuk mengejar gadis yang baru beberapa detik yang lalu hilang dari hadapannya.

***

Tbc.

ZelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang