6. Rooftop

41 4 0
                                    

"Lu itu kek lukisan abstrak. Lukisan yang ga bisa ditebak makna-nya"

~Zeyren Alexander~

Hari ini, para the most wanted sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, para the most wanted sekolah. Sedang duduk diatas rooftop dengan di temani semilir angin yang menerpa wajah mereka.

Bel istirahat sudah berbunyi dari tadi. Tapi mereka tetap memilih untuk tinggal dirooftop.

Berbeda dengan Gio dan Faiz yang sudah ngacir ke kantin untuk mengisi cacing-cacing yang ada diperut mereka.

Dengan kaki yang menjuntai ke bawah. Zey dapat melihat, dilapangkan utama banyak orang berkerumun disana, dan sepertinya itu ulah Ghea and the geng yang selalu mencari masalah disekolah ini.

Sebenernya dia sudah biasa melihat pemandangan ini, dimana Ghea yang selalu suka membully orang-orang dan tidak ada seorang pun yang akan membantu korban bullying itu.

Tapi pangangannya terhenti kala ia melihat seseorang yang membuatnya tak bisa mengalihkan pandangannya dari sana.

Dia adalah Seorang adik kelas yang kemarin telat saat most dan menyebabkan adik kelasnya itu bernyanyi didepan seantero sekolah.

Brakk...

Tiba-tiba pintu rooftop dibuka kasar oleh dua curut dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Hossh...hosh... dedek gemes guaa hosh.. berantem sama Ghea hosh.." kata Gio dengan napas yang masih ngos-ngosan, karena harus berlari menaiki tangga sampai lantai empat. Berbeda dengan Faiz yang sedang mengatur deru napasnya.

"Iya.. bener banget" kata Faiz yang deru napasnya yang sudah teratur.

"Gimana bisa?" Kata Zein yang sudah meninggal kan handphonenya., Begitu pun dengan Rey.

"Cerita, Yo" kata Faiz sambil menepuk pundak Gio.

Gio mulai menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan. Setelah bisa mengatur deru napasnya, Gio pun mulai menceritakan bagaimana kronologi terjadinya perperangan antara Ghea dan adik kelasnya yang tidak sengaja menumpahkan jus kebaju Ghea, yang menyebabkan Ghea murka dan langsung menarik adik kelasnya itu menuju kelapangan utama. Hingga, Nesya datang dan menyelamatkan adik kelas yang Gio sendiri tidak mengenalnya.

Zey hanya menyimak cerita Gio dan tetap tidak mengalihkan pandangannya dari lapangan utama.

"Lucu kayak koala" gumam Zey tanpa sadar.

Sontak perkataan Zey tadi membuat Gio, Faiz, Zein, Rey ,dan Azka terdiam.

"Lu bilang apa tadi? Gue gak salah denger 'kan" kata Gio sambil menatap tak percaya kearah Zey.

"Hah.. gua bilang apa tadi" kata Zey ketika sadar dari lamunannya tadi.

"Cieciee... Lu suka ya.. sama Degum gue" goda Gio pada Zey.

Kamu Abadi Dalam KaryakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang