Part 5

2.7K 291 14
                                    

"Kenapa kamu tega sekali tuan puteri? Hamba salah apa padamu?" tanya Yunho dramatis yang sukses membuatku terbahak.

"Makanya nikah!" ucap Jongho.

"Yee songong banget bocil," cibir Mingi.

"Btw, mari kita bacakan peraturan disini. Lo atau gue yang bacain, Gi?" tanya Yunho.

"Lo aja yang bacain," jawab Mingi.

"Oke. Jadi, yang pertama dan paling utama. Tolong ya kalian semua tuh yang pada punya pasangan, jangan mesra-mesraan di depan jomblo. Hati ini tersakiti hiks," ucap Yunho.

"Terus nanti malem jangan pada berisik. Ini bukan bulan madu. Terutama Jongho. Pokoknya kalau berisik, gue arak lo keliling kampung," lanjut Yunho.

Jongho dan kak Hongjoong tampak protes. Mereka bertiga berdebat dengan sengit. Bahkan Mingi, Wooyoung, dan San pun ikut berdebat.

"Tapi kalau aku yang mau gimana?"

Kami semua sontak terdiam mendengar pertanyaan polos yang keluar dari kak Cherry.

"YA AMPUN KAK CHER. AKU TUH GAK NYANGKA," teriak Mingi heboh.

"PANTESAN ATUH RYAN MAU PUNYA DEDEK LAGI," sambung Wooyoung.

"IH IH AKU GAK DENGER AKU MASIH POLOS," ucap Jongho.

"Wahhh gila," gumam kak Seonghwa takjub.

"Ih kok malah pada lebay gitu sih reaksinya," protes kak Cherry dengan pipi memerah.

"Gue kaget loh Kak dengernya," ucap Yeosang.

"Sama. Aku juga," ucapku.

"Heleh. Emang dikata gue gak denger apa tadi lo bisik-bisik ke San," cibir Yunho.

"Dih nguping," ucap San.

"Udah pokoknya gitu ya guys peraturannya. Yunho ganteng mau makan dulu."

"Yunho," panggilku yang membuat langkah Yunho terhenti dan berbalik ke arahku.

"Apa?"

"Nanti malem pake headset ya. Berlaku juga buat Wooyoung sama Mingi. Peraturan tadi tuh pasti bakal dilanggar sama manusia-manusia disini," ucapku.

"APA?!"

***

Menjelang sore, kami mengadakan acara barbeque di rooftop. Aku duduk di sebelah kak Hongjoong yang sedang mengoleskan bumbu ke daging.

"Kak," panggilku. Kak Hongjoong hanya diam, tidak menjawab panggilanku.

"Kak Hongjoong," panggilku lagi. Namun masih tidak ada jawaban darinya.

Aku yang kesal pun mencubit pinggang kak Hongjoong yang membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan.

"Apa sih Dek?!"

"Kalau Kakak ngambek, aku nangis nih!" ancamku. Aku tau, kak Hongjoong paling tidak bisa melihatku sedih.

Dapat ku dengar helaan napas darinya. Ia menatapku lama lalu mencubit pipiku.

"Kakkk sakittt," jeritku.

"Hongjoong! Lo apain adek gue?" tanya kak Seonghwa dengan mata yang memandang kak Hongjoong tajam.

"Dih galak. Gak gue apa-apa in kok. Iya kan adekku sayang?"

Aku mengerucutkan bibirku dan menampar lengan kak Hongjoong.

"Ngeselin!"

Kak Hongjoong tertawa. Ia beranjak menuju Wooyoung dan menyerahkan daging yang sudah dibumbui. Aku menghampiri San yang sedang membakar sosis dan memeluknya dari belakang.

"Aku mau sosis," ucapku manja.

"Sosis yang mana Na?" goda Mingi.

"Mingi diem deh!" ucapku galak. Mingi langsung mengatupkan mulutnya dan pergi menjauh.

"Mau makan sendiri atau disuapin?" tanya San.

"Mau disuapin kak Seonghwa," jawabku.

"Ya udah sana duduk. Kalau udah mateng, aku kasih ke kamu," ucap San.

Aku mengangguk dan duduk di samping kak Seonghwa. Aku menyenderkan kepalaku di bahunya sambil menatap matahari yang mulai tenggelam.

"Ini makanannya. Abisin ya," ucap San seraya menaruh piring berisi sosis di hadapanku.

"Kak Seonghwa, suapin," ucapku.

Kak Seonghwa mengecup kepalaku lalu mulai menyuapiku dengan perlahan-lahan.

"Kak, bawa kacamata gak?"

"Bawa. Kenapa emangnya?"

"Pake dong. Kakak lebih ganteng kalau pake kacamata."

"Kenapa gak San aja?"

"Jangan, nanti Yunho suka."

"Heh apa-apaan tuh. Gue normal ya!" celetuk Yunho. Aku dan kak Seonghwa tertawa melihat wajah tertekuk Yunho.

"Bercanda Yunho. Yunho jangan ngambek ya? Nanti aku masakin apapun yang kamu mau deh," bujukku.

"Gue gak mau dimasakkin," ucap Yunho.

"Yah terus maunya apa?"

"Lo punya temen cewek gak? Yang masih single."

Aku berpikir sejenak.

"Ada. Kenapa? Mau minta dikenalin?"

"Wih boleh tuh. Kenalin dong kenalin," ucap Yunho semangat.

"Iya nanti dikenalin."

San menghampiriku dan menyerahkan piring berisi daging. Aku menatapnya bingung.

"Suapin," ucapnya manja.

Aku menepuk tempat duduk di sebelahku. Setelah San duduk, aku mulai memotong daging menjadi kecil-kecil dan menyuapkannya ke mulut San.

San tampak sangat menikmatinya. Bibirnya tidak berhenti mengunyah. Matanya menyipit seiring dengan senyumannya yang terus menghiasi bibirnya. Aku mencubit pipinya gemas.

"Kamu lucu banget sih. Aku gemes tau gak?"

San tersenyum menunjukkan gigi-giginya.

"Kamu gak makan?"

"Jujur aku mual liatnya. Tapi masih bisa tahan kok."

"KENAPA GAK BILANG?!"

Aku terlonjak kaget mendengar teriakkan San.

"San...aku kaget."

"Eh kaget? Aduh maaf ya. Dedeknya juga kaget gak?"

San mengelus perutku lembut.

"Maafin Papa ya, Sayang."

OMG San.

Aku meleleh.

Husband Series | Choi SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang