Part 2-Silence Blue

22 12 1
                                    

Sebelum lanjut, tekan bintangnya terlebih dahulu☺🙏
Terima kasih.........

                    SILENCE BLUE
                          SOND13
____________________________________
Walker Grand Mansion, Manhattan –NYC. USA 7:59 PM

                          *********
“Sean! Kau sudah pulang.” Suara lembut seseorang yang sangat dikenalnya langsung membuat langkah pria 21 tahun tersebut terhenti seketika.

Sean berbalik menatap ibunya yang tengah memandangnya dengan sebuah senyuman. Matanya langsung menyipit begitu Sean menyadari ada bulir keringat di dahi ibunya tersebut. Sean langsung bergerak mendekat dan menghapus keringat yang mengalir di kening ibunya tersebut dengan telapak tangan kanannya. “Mengapa mommy selalu suka menyiksa diri sendiri?” tanyanya dengan wajah murung.

Sebuah senyum kembali terbit di bibir Miranda, ibu dari dua anak tersebut menatap haru putra nya dan menciumi tangan kanan Sean yang baru saja mampir di dahinya. “Jangan berlebihan! Lagipula ada Kendall yang membantu pekerjaan Mommy di dapur.” Katanya berusaha mencairkan suasana.

Namun hal itu sama sekali tak berlaku bagi Sean, raut wajah nya langsung berubah datar. “Wanita itu ada di rumah ini?” ia bertanya pelan.

“Kau mengenalnya?” Miranda balas bertanya dengan nada heran yang tak dapat di tutup-tutupi.

“Tidak!” jawab Sean singkat.

“Berhenti memanjakannya! Ayo siapkan makan malamnya. Alex akan segera pulang,” potong seorang pria paruh baya memotong perbincangan antara ibu dan anak tersebut.
 
  Richard Frederick Walker berdiri dengan koran di tangannya sembari menatap Sean dan Miranda jengah.

“Aku segera kesana!” ujar Miranda seraya mendekat kearah sang suami sebelumnya menepuk pipi Sean pelan.

“Segera keruang makan. Jangan buat kami menunggu!” perintahnya jelas ditujukan pada Sean sebelum akhirnya mengikuti sang istri menuju ruang makan.

“Hn!” ia bergumam, Sean menatap kaca di depannya. Menelisik penampilannya saat ini, mata birunya terhenti pada rambutnya yang tampak berantakan.

Ia menghela nafas lelah ‘Alex akan segera pulang’ kalimat yang di ucapan oleh ayahnya beberapa menit yang lalu sukses membuat kepala Sean terasa mendidih, ‘Makan malam ini untuk Alex, semuanya milik Alex.’ Sean tertawa pelan.

“Well, sepertinya tidak masalah kalau aku mengalah sekali lagi!” ucapnya tanpa ekspresi.

Sean melangkah perlahan kearah ruang makan, matanya terhenti pada seorang gadis yang tampak sedang bercanda dengan Miranda sembari meletakkan beberapa dessert di atas meja.
 
   ‘Senyum nya masih sama’ Sean membatin dan tanpa sadar ia ikut tersenyum hingga panggilan Miranda membuyarkan lamunannya.

  “Sean, Kemarilah!” ia melambai.

Sekilas mata Sean bertemu iris coklat Kendall, namun Kendall segera mengalihkan pandangannya. Sean mendesah kecewa entah untuk alasan apa, tapi ada sebagian dari dirinya yang merasa kecewa atas penolakan yang baru saja Kendall lakukan.

Sean mengambil tempat di samping kursi yang di duduki oleh Miranda. Wanita itu langsung menyodorkan sebuah cake padanya., Sean tersenyum hendak menerima cake tersebut. Namun ultimatum dari seorang Richard Walker, lagi-lagi membuat Sean mau tak mau harus kembali mengurungkan niatnya.

“Itu buatan Kendall! Tentu Alex yang akan memakannya.”

Sean menatap sang ayah dengan wajah bosan, ini benar-benar sudah melampaui batas. Bahkan untuk hal seperti ini!

“C’mon, Daddy! Kau mulai kekanak-kanakan. Aku juga tidak akan menerimanya,” Sean angkat bicara, ia mengambil cake yang masih berda di tangan sang ibu dan meletakkannya tepat di depan Kendall yang duduk di seberangnya.

   “Apa kau tidak tau kalau aku tidak suka makanan manis?” Sean melanjutkan.

Ekspresi Richard tampak mengeras, ia seperti memiliki niat besar untuk menampar mulut kurang ajar putranya itu.
“Tentu saja kau tidak tau! Aku yakin kau bahkan tidak ingat hari ulang tahunku.” Lanjutnya.

Pada titik ini Sean tahu ia cukup berlebihan. Sangat berlebihan malah, tapi ia tak punya pilihan, ayahnya itu memang selalu mengajak nya adu mulut di setiap kesempatan. Sean menghela nafas lelah, ia menatap sang ibu dengan wajah penuh rasa bersalah.

  “It’s ok Mommy! Aku yang terlalu berlebihan.” Ia mencium pipi Miranda sekilas, ia baru hendak beranjak saat Alex memasuki ruang makan.

Alex menyerahkan jas yang ia kenakan pada seorang palayan, menyisakan kemeja putih yang melekat di tubuhnya. Ia mencium Miranda sekilas kemudian beralih ke seberang meja dna mengecup pipi Kendall mesra yang disambut gadis 22 tahun tersebut dengan wajah sumringah.

Suasana di ruangan makan yang semula telah berubah canggung akibat ulahnya, kembali menghangat sejak kedatangan Alex.

Sean segera bangkit, derit kursi membuat semua sorot mata beralih kearahnya. “Aku lupa kalau aku sudah makan tadi siang!”kilahnya.

  “Aku permisi!” pamitnya menatap semua orang yang ada di ruangan itu sekilas, tanpa terkecuali.

  “Mengapa kau semakin kurang ajar?” pertanyaan Richard lebih terdengar seperti sebuah sindiran. Ia memang selalu begitu, jika orang yang ia hadapi adalah seorang Sean Allan Walker, putra bungsunya yang selalu membangkang pada apapun yang ia ucapkan.

Sean tak peduli, ia segera beranjak dari ruang makan tersebut. Mengabaikan beberapa maid yang menawarkan diri untuk mengantarkan makan malam ke kamarnya. Bahkan panggilan Miranda sama sekali tak ia acuhkan, ia sudah tak peduli lagi, atau lebih tepatnya lelah untuk peduli.
      
                            ¤¤¤¤
____________________________________
Jangan lupa tinggalkan jejak!!!
Krisar akan saya terima secara suka rela..
Silence Blue
©2020
Sond13

Silence BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang