Part 7-Silence Blue

14 3 1
                                    

Sebelum lanjut, tekan bintangnya dulu yaa 😊🙏
Terima kasih....

Mendoza Private Hospital, San Fransisco-California. USA 7.49 AM
                            *******
“Sean terpaksa harus kehilangan ingatannya sementara!” tutur Axcel.

Mendengar kabar buruk tersebut membuat Miranda sontak menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, air mata perlahan menetes di pipinya. Chirstian menarik Miranda kepelukannya, mencoba menenangkan.

“Bagaimana mungkin?” Christian angkat bicara seraya memandang Axcel penuh tanda tanya. Entah mengapa ia merasa tak rela atas musibah yang menimpa putra bungsunya tersebut. Walau Sean selalu membantah ucapannya, tapi Christian tak pernah menginginkan sesuatu yang buruk menimpa putranya.

Axcel menghela nafas sejenak, hal yang biasa ia lakukan saat berbicara dengan keluarga pasien yang ia rawat, “Benturan keras di kepalanya menyebabkan beberapa urat saraf terputus! Namun kita tidak perlu khawatir Mr. Walker. Sean bisa kembali mengingat masa lalunya secara perlahan, mungkin dua sampai tiga tahun!”

“Apa yang harus kami lakukan sekarang?” kali ini Alex yang bicara, dengan posisi yang masih berdiri ia tampak sedang merangkul Kendall yang juga tampak mennagis tersedu-sedu di dada tunagannya itu.

Ingin rasanya Axcel mencaci maki perempuan kurang ajar itu, kalau saja di ruang kerjanya itu hanya ada mereka berdua mungkin Axcel sudah melaksanakan niatnya daritadi. Lihatlah ekspresi menjijikkannya itu! Cih, Axcel benar-benar muak.

“Kita hanya perlu menjelaskannya secara perlahan, memberi pengertian pada pasien terkadang memang cukup sulit. Tapi kurasa Sean akan dapat menerima situasi ini dengan mudah!” ujarnya menyiratkan harapan yang besar di akhir kalimatnya.

“Semoga saja!” Christian menanggapi dengan wajah sendu.

Axcel berdehem memecah keheningan yang mendominasi ruang kerjanya selama beberapa saat, “Mari kita ke ruang rawatnya! Dia sudah siuman.”

Christian segera bangkit berdiri sembari merangkul istrinya keluar ruangan, ke empat orang tersebut terus mengikuti Excel hingga dokter ahli bedah itu berdiri tepat di ruang rawat yang dua minggu belakangan ini di tempati oleh Sean Allan Walker.

“Pasien sudah sadar! Kami sudah periksa tekanan darah dan detak jantungnya! Semuanya normal.” Lapor seorang perawat pria begitu pintu ruang rawat itu terbuka.

“Baiklah, antar laporannya keruangan saya.”

Axcel melemparkan tatapan membunuhnya begitu melihat Sean yang sedang terbaring lemah di ranjang rawatnya, hal yang sangat ingin ia lakukan adalah menghempaskan kepala sahabatnya itu hingga hancur tak berbentuk. ‘Dasar kurang ajar!’ umpatnya dalam hati.

“Sean, ini mommy!” Miranda langsung meraung sambil memeluk putra bungsunya tersebut erat-erat, “Putraku!” tangisannya semakin kencang, apalagi saat Sean sama sekali tak mebalas pelukannya. Hatinya terasa mencelos mengetahui fakta menyedihkan yang sedang menimpa putranya tersebut.

“Tolong lepaskan!” pinta Sean halus mencoba melerai pelukan erat yang membuat nafasnya menjadi sangat sesak.

“Mommy biar kita jelaskan pelan-pelan!” Alex beranjak dari tempatnya berdiri dan menarik Miranda kembali ke tempat semula.

Axcel kembali berdehem, bermaksud memulai kembali sandiwara selanjutnya. Ia kembali mengulang perkataan yang sudah ia susun beberapa jam yang lalu, “Apa yang anda rasakan?” Axcel memulai.

“Aku merasa baik-baik saja!”

“Apakah kau mengenal orang-orang yang berdiri di sana!” tunjuk Axcel kearah tempat Keluarga Walker berdiri.

Sean memperhatikan keluarganya itu dengan memasang ekspresi wajah yang tampak berpikir keras, “Tidak!” ia menggeleng.

Demi tuhan Axcel benar-benar ingin memukul kepala si cecunguk ini, dasar menyebalkan. “Mereka adalah keluargamu!” ia berhenti sejenak, mencoba untuk tidak melancarkan hal gila yang sedang berkecamuk di kepalanya, “Orangtuamu, Mr. dan Mrs. Walker.”

“Baiklah!” Sean tersenyum menatap Christian dan Miranda, dan untuk pertama kalinya Sean melihat Christian balas tersenyum padanya.
   
    Entah mengapa Sean merasa aneh saat Christian tersenyum seperti itu, Sean lebih memilih Christian menatapnya sinis. Lebih manusiawi!

“Lalu disebelah sana ada Alex kakakmu dan Kendall tunangannya.”

Selama beberapa detik Sean menampilkan wajah datar, hingga akhirnya ia kembali menampilkan senyum ramah dan menatap Kendall dan Alex bergantian.

‘Dia terlalu banyak tersenyum, mungkin untuk kamuflase.’ Axcel membatin, ia membalas senyum Miranda sekilas saat Mrs. Walker itu menyentuh pundaknya perlahan, “Dan kau adalah Sean Allan Walker! Karena sebuah insiden kau terpaksa harus kehilangan ingatamu.”

Sesuai rencana, Sean tampak meringis kesakitan yang tentu saja hal itu membuat Miranda dan yang lainnya mengalami rasa panik yang luar biasa. Bahkan Miranda menyebut nama Axcel berkali-kali dengan nada suara yang terdengar bergetar ketakutan.

“Tidak perlu memaksakan diri, Sean. Kita sedang mengupayakan terapi untukmu!” Axcel berujar pelan.

“Baiklah!” masih dengan wajah meringis kesakitannya akhirnya Sean memaksakan sebuah senyuman, membuat yang lainnya ikut tertular senyum nya yang tampak tulus.

“Untuk ukuran seorang pasien yang sudah koma selama dua minggu. Saya merasa anda bukan tipe pasien yang mudah syok!” sindir Axcel halus.

“Aku bukan tipe orang yang meyuai hal-hal yang berlebihan,” balas Sean cuek.

Dalam hati Sean tersenyum penuh kemenangan, sebentar lagi beban nya akan sedikit berkurang. Sepertinya ide yang sudah ia susun itu berjalan dengan cukup baik. Ia juga harus ingat untuk mengucap terima kasih pada Axcel.
   
    Sean sangat ingin tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah marah Axcel yang berusaha di tutup-tutupi dokter muda itu dengan sebuah senyuman saat Miranda dan yang lainnya menuntunnya keluar dari ruang rawat tersebut.

Sean baru saja ingin memejamkan matanya saat pintu tertutup rapat. Namun bayang-bayang Mia Adella Marshal memenuhi otaknya, dalam hati ia bertanya-tanya apa yang dilakukan adik sahabatnya itu sampai-sampai ia mau menunggui Sean semalaman. Hingga pada akhirnya nalar nya kembali bekerja, ia mulai menyadari jas putih yang dikenakan gadis itu sama dengan yang di pakai Axcel.

‘Tentu saja! Sean bergumam dalam hati, “Dia berkerja dirumah sakit ini!”

Sean kembali memejamkan matanya berusaha menyelami alam mimpi, hingga bayangan gadis bermata biru yang tersenyum pada nya di dinginnya teluk fransisco membuat Sean seperti menagalami de javu dalam tidurnya.

                           ¤¤¤¤

Jangan lupa tinggalkan jejak!!
Krisar akan diterima secara suka rela...
Silence Blue
©2020
Sond13

Silence BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang