Part 6-Silence Blue

13 3 0
                                    

Sebelum lanjut, klik bintangnya terlebih dahulu😊🙏
Terima kasih....
                             
                       *******

Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga dini hari saat Axcel berjalan cepat menuju sebuah bangsal rawat di rumah sakit tempat nya mengabdikan diri tersebut. Disampingnya ada Mia Adella Marshal salah satu dokter magang spesialis anak yang sudah berdedikasi di rumah sakit itu selama satu bulan belakangan. Mia tampak panik saat menghadap Axcel yang masih berkutat di kantornya, bibir gadis itu bergetar saat mengabarkan Sean Allan Walker akhirnya bangun dari komanya selama dua minggu.

Pintu terbuka menampilkan Sean yang diengkapi peralatan rawat rumah sakit masih terbaring lemah di ranjangnya, “Tolong panggilkan salah satu dokter jaga! Perintahkan untuk men sterilkan ruang operasi apabila di perlukan.” Nada suaranya selembut beludru.

“Ba-baik!” ucapnya dengan nafas tersengal-sengal setelah mengikuti langkah lebar Axcel sepanjang lorong, kemudian Mia langsung berbalik mengikuti apa yang barusaja coach nya itu perintahkan.

Axcel berjalan mendekat dan menutup pintu rapat-rapat, “Sean! Kau bisa mendengarku?” tanyanya dengan sangat berhai-hati.

“Tentu saja, bodoh! Kau pikir aku tuli!” sergah Sean dengan mata tertutup.

Axcel terkekeh pelan mulai memeriksa tempratur tubuh sahabatnya itu, “Kenapa kau tidak mati saja?” guraunya.

Sean membuka matanya dan mendelik memandang Axcel yang masih tersenyum dengan santainya, “Aku juga lebih memilih mati daripada harus tersiksa seperti ini! Kenapa aku tidak bisa bergerak sama sekali?”

Axcel mengangkat bahu acuh tak acuh yang tentu saja langsung memuat Sean mendecih tak suka, “Dasar dokter gadungan!”

Lagi-lagi Axcel terkekeh sementara tangannya mulai berkerja memeriksa beberapa luka yang mulai mongering di tubuh sahabatnya itu, “Kurasa kita tak perlu operasi!” ia berseru, “Lagipula kau tidak geger otak, lupa ingatan dan…..”

Kalimat Axcel langsung terhenti saat Sean tiba-tiba menyela ucapannya, “Kau pasti bisa membantuku untuk yang satu ini!” katanya penuh percaya diri.

Sebelah alis Axcel terangkat keatas, “Tentu! Jika aku memang bisa!” uajar Axcel pada akhirnya.

“Tentu saja kau bisa! Aku hanya ingin kau mengatakan kondisi ku sangat buruk dan aku kehilangan ingatanku.”

Mata coklat Axcel langsung melotot, sebuah seringai muncul di wajah nya hingga berubah menjadi tawa yang menggelegar.

  Axcel tertawa terbaha-bahak sampai ia harus memegangi perutnya sendiri, “Yang benar saja! Darimana kau mendapat ide gila itu?” kata Axcel dengan tawa yang masih belum mereda.

Sean memutar kedua bola matanya bosan, tidak pernah terbersit di pikirannya Axcel akan bereaksi demikian.

“Kau benar-benar konyol! Sepertinya kepala mu benar-benar terbentur keras.” Axcel berujar sembari menempelkan tangannya dikening sahabatnya itu.
   
     Jika saja tangannya tak berat untuk digerakkan pasti Sean sudah menepis tangan Axcel yang dengan sangat kurang ajarnya sedang bertengger di keningnya itu.

“Kau mau atau tidak?” kecam Sean saat Axcel bergerak menjauhkan tangannya.

“Tentu saja tidak!”

Wajah Sean langsung berubah muram, “Setuju atau tidak! Kau pasti akan melakukannya.” Kata Sean mutlak tak ingin dibantah.

Axcel terdiam dengan wajah berpikir, ia beralih menatap Sean dan kemudian beralih ke tembok putih rumah sakit bergantian. Excel tahu pada akhirnya ia tak akan dapat menolak permintaan sahabatnya tersebut.

                             ¤¤¤¤
Jangan lupa tinggalkan jejak!!
Kririk dan saran akan saya terima secara suka rela..
Silence Blue
©2020
Sond13

Silence BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang