Part 3-Silence Blue

31 12 0
                                    

Sebelum lanjut, tekan bintangnya terlebih dahulu☺🙏
Terimakasih.....

                   SILENCE BLUE
                          SOND13
_________________________
   
                        ***********
Hujan sore tadi membuat beberapa rintik hujan masih setia menetap di pucuk pohon palem. Sean mengangkat kepalanya tepat saat beberapa tetes air hujan membasahi rambut nya, mata birunya menelisik ke arah pohon kemudian kembali kedepan. Menatap air kolam yang Nampak berkilau karna pantulan sinar rembulan.

Sean menyulut rokok nya perlahan, ia mulai menghembuskan asap rokoknya hingga mengepul di udara. Mata biru itu masih terfokus kearah kolam, suara orang-orang dari ruang makan secara samar masih dapat ia dengar. Mereka harusnya mendapat moment makan malam yang sempurna andai dirinya tak merusak acara tersebut.

Setelah beberapa menit Sean bertahan pada posisi berdirinya, ia dapat mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat kearahnya. Memilih mengabaikannya, Sean kembali menghisap rokoknya dalam.

Suara langkah kaki itu mulai menghilang digantikan oleh suara piring yang diletakkan di atas meja makan besar yang memang sengaja di letakkan di halaman belakang mansion tepat beberapa langkah di belakangnya.

Sean terpaku saat tangan seseorang tiba-tiba merebut rokok yang masih berada di bibirnya, dan tangan lainnya yang memeluknya erat dari arah belakang. Ia juga dapat merasakan kemeja bagian belakangnya mulai basah.

Kendall membenamkan wajahnya di punggung Sean, ia mulai sesenggukan karna tak dapat mengendalikan tangisnya. Sedangkan Sean masih diam pada posisi nya, tak berniat melakukan apapun.

“Jangan sakiti dirimu sendiri!” Kendal berucap dengan suara serak, sedangkan tangan kanannya mulai meremas sebatang rokok yang barusaja ia rebut.

Sean hendak menghentikan tingkah gila Kendall, namun  niat baiknya langsung terhenti saat matanya menangkap pantulan cincin berlian yang melingkari jari manis gadis itu. “Dia sudah bertunagan!” Sean bergumam pelan.

Kendall terus menangis tanpa suara, ditangannya mulai terbentuk luka bakar yang cukup lebar. Sean dapat melihatnya dengan jelas saat Kendall perlahan menjatuhkan rokok yang semula ia genggam.

“Sakit!” Kendall meringis pelan saat Sean meraih tangan kanannya.

Tanpa ragu Sean membawa telapak tangan Kendall kearah bibirnya, ia mengecup bekas luka bakar tersebut perlahan, ia memejamkan matanya selama beberapa saat “Kita sudah selesai!” Sean berujar pelan.

Dan detik berikutnya Sean langsung menghempas keras pelukan Kendall di pinggang nya.

Tak siap dengan gerakan cepat Sean yang menghempas pelukannya sontak membuat Kendall limbung dan langsung jatuh terduduk ke tanah basah tempat mereka berdiri. Kendall mengangkat wajahnya perlahan menatap Sean dengan wajah mengiba.

“Aku merindukanmu, Sean!” Kendall kembali terisak dan masih dalam posisinya semula.

Sean mendecih tak suka, ia membuang wajahnya menghindari tatapan mata dengan Kendall. Ia hanya merasa muak melihat wajah gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu, “Aku akan melakukan apapun jika di beri pilihan agar tidak melihat wajahmu lagi selamanya!” sergah Sean.

Kendall tertunduk dalam sembari meremasi ujung dress coklat yang ia kenakan, mencoba menghalau rasa sakit yang menusuk hatinya. “Aku butuh seorang pria yang bisa menjamin hidupku Sean,” Ujarnya lagi memberi alasan.

“Kau tahu, skandal yang diunggah media beberapa bulan yang lalu membuatku hampir gila!” Kendall lagi-lagi terisak.

Namun Sean tampak tak peduli, ia tetap bertahan pada posisinya dengan ekspresi wajah datar.

“Pihak agensi mulai membatalkan kontraknya satu persatu. Managerku melarikan diri setelah mengambil semua yang aku miliki!” racau Kendall tanpa henti, “Lalu Alex datang dan……”

“Cukup!” bentak Sean keras, matanya menatap Kendall tajam. “Apa pun yang terjadi padamu, tidak ada urusannya denganku.” Putusnya.

“Kau bisa hidup sesuai keinginanmu, aku tak peduli dengan hidupmu! Aku bahkan sangat menyesal pernah mengenalmu!” Sean segera melangkah dari tempat itu meninggalkan Kendall yang kembali terisak di atas rumput yang basah.

“Aku pikir kau membenciku, Sean. Aku takut kembali, karna aku sadar kau pasti akan membuangku!” ucap Kendall terdengar putus asa.

Sean yang baru beranjak beberapa langkah langsung berbalik dan memandang Kendall dengan senyuman hangatnya, “Aku memang membencimu, Kendall. Kau seperti jalang murahan dimataku!"

                             ¤¤¤¤
____________________________________

Jangan lupa tinggalkan jejak!!!!
Krisar akan saya terima secara suka rela..
Silence Blue
©2020
Sond13

Silence BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang