Klik bintang di pojok kanan 😊🙏
Terima kasih...Walker Grand Mansion, New York City. USA |07 : 12 am
*********
Sean membaringkan tubuhnya di atas sebuah ranjang king size yang di dominasi warna abu-abu tersebut, sudah tiga hari lamanya sejak ia pulang dari rumah sakit.
Hari-harinya hanya di isi dengan obat dan obat, Miranda selalu mencecokinya dengan hal itu sampai ia hampir mati karena bosan. Apalagi Christian yang sepertinya memanfaatkan kondisi ‘lupa ingatannya’ ini sebagai satu-satunya cara untuk menjerumuskannya ke ruang kantor Walker Inc.Dan juga kalimat Christian yang mengatakan dirinya sudah memiliki tunangan membuat Sean menjadi semakin uring-uringan. Yang benar saja! Satu-satu nya yang ia harapkan dalam acting pura-puranya ini adalah untuk terhindar dari semua masalahnya dan bisa terus berpura-pura baik-baik saja selama sisa hidupnya. Bukannya malah sebaliknya!
“Hah! Kenapa malah jadi semakin kacau?” gumamnya pada diri sendiri.
Jika saja ia sedang tidak bermain peran, mungkin Sean sudah menolak mentah-mentah jabatan yang telah di sodorkan ayahnya itu, ‘Kau sudah bekerja di perusahaan itu selama tiga tahun! Dan memiliki kekasih yang sebentar lagi akan menjadi tunanganmu.’ nada bicara Christian yang di hiasi dengan senyum bahagia di wajah tua itu masih terngiang-ngiang di telinganya.
Dasar pembohong besar, bisa-bisanya orang tua itu memanfaatkan keadaannya untuk memenuhi hal yang ia inginkan.“Boleh mommy masuk?” suara Miranda menginterupsi lamunannya.
Mau tak mau Sean kembali ke ekspresi datarnya, ia bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di ujung ranjang. Di liriknya Miranda yang sedang berjalan mendekat dengan sebuah baki berisi obat dan segelas air.
“Kau tampak semakin baik dari hari ke hari!” ada senyum dalam suara nya.
Miranda meletakkan baki berisi obat dan air mineral itu di atas sebuah meja kecil di samping ranjang, “Mommy akan keluar, segera turun kebawah Sean, ada yang ingin di bicarakan Daddy mu di ruangan kerjanya!”
“Hm!” jawab Sean dengan sebuah gumaman.
Ia turut keluar dari kamarnya, mengikuti langkah Miranda yang pelan dan sangat berhati-hati. Miranda berhenti sejenak merangkul Sean dan terus berjalan menuruni undakan tangga.
“Jangan buat masalah dengan Daddy!” kata Miranda memperingatkan saat mereka sudah menapak di undakan tangga terakhir.
“Apakah seharusnya aku membuat masalah?” Sean balas bertanya dengan ekspresi penuh tanda tanya yang jelas di buat-buat.
Miranda langsung gelagapan hendak menanggapi ujaran yang baru saja Sean lontarkan. Namun, sebelum ia menemukan kata-kata yang pas untuk meralat ucapannya Sean sudah menahan nya dengan menempelkan telunjuk di bibirnya sendiri.
“Sudahlah, Mom!” ucap Sean menghentikan dengan wajah yang tampak amat sangat tersiksa, “Kepalaku tiba-tiba jadi sakit!” keluhnya dengan jari yang terus-terusan memijat pangkal hidungnya.
Kepanikan langsung tampak di wajah Miranda, dengan was-was ia menatap putra bungsunya itu. “Sebaiknya…”
Perkataan Miranda terhenti, Sean menginterupsi nya dengan satu jari “Aku baik-baik saja! Aku akan temui Daddy!” katanya sambil berlalu, seorang buttler langsung menuntun jalannya.
Well, sebenarnya tanpa di tuntun pun Sean sudah tahu setiap jengkal mansion tempatnya menghabiskan hampir seluruh hidupnya itu. Langkahnya langsung terhenti saat sang buttler berhenti di depan sebuah pintu marmer berwarna coklat kayu.
Sean melangkah masuk saat pintu itu perlahan terbuka, sang buttler yang membukakannya dan pintu itu langsung tertutup saat Sean sudah benar-benar berada di dalam. Christian duduk di belakang meja kerja nya dengan kacamata yang melorot kehidung, ia tampak sedang mencermati Koran harian yang berada dikedua tangannya.
“Daddy!” panggil Sean pelan berusaha mengalihkan eksistensi Daddy-nya tersebut.
Christian langsung mendongak menatap sean yang masih berdiri tak jauh dari tempatnya duduk, sebuah senyuman langsung merekah di bibirnya, “Ah, kemarilah nak!” panggilnya seraya melipat Koran tersebut dan memasukkan nya kedalam laci.
Sean bergerak maju dan mendudukkan dirinya tepat di depan Christian dengan sebuah meja kerja yang memisahkan mereka berdua.
Christian menyatukan tangannya di depan wajah, “Daddy akan meminta Stefan mengirimkan semua jadwal mu!” ia memulai.
“Tentu saja!” balasnya singkat.
“Itupun jika kau sudah merasa cukup sehat!”
“Aku sudah merasa cukup sehat!” katanya dengan nada yang cukup meyakinkan.
Christian kembali tersenyum, “Syukurlah! Kekasihmu pasti khawatir jika kondisimu belum juga membaik!”
Seperti ada maksud terselubung di balik nada bicaranya itu dan Sean dapat menangkapnya dengan sangat jelas. Sean mengepalkan tangannya hingga buku jarinya memutih.
“Jika saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, mungkin pertunangan kalian akan segera di langsungkan. Tapi kita harus menyelesaikan pertunangan Alex dan Kendall terlebih dahulu.” Jelasnya panjang lebar.
Penjelasan Christian terpaksa membuat Sean menghela nafas samar, semua yang dikatakan Daddy-nya itu memang ada benarnya. Tapi dalam kondisi sebaliknya “Aku baik!” katanya pada akhirnya tanpa minat, “Aku hanya merasa sedikit pusing!”
Raut wjah Christian langsung berubah cemas, “Kau butuh istirahat! Kembalilah ke kamarmu.”
Sean mengangguk sekilas dan langsung bangkit berdiri, dia membungkuk sebentar sebelum beranjak menuju pintu keluar.
“Aku tau aku bisa mengandalkan mu, Sean!” ucap Christian yang membuat langkah Sean langsung terhenti, “Kau itu putraku!”
Sean tersenyum tepat di depan pintu yang sudah setengah terbuka, ‘Tentu saja!’ ia membatin.
¤¤¤¤
Jangan lupa tinggalkan jejak
Krisar akan di terima secara suka rela!
SILENCE BLUE
©2020
SOND13

KAMU SEDANG MEMBACA
Silence Blue
RomanceThe Amazing cover by @lihanelv Bagaimana jadinya jika kekasih mu bertukar status menjadi kakak iparmu sendiri. Hal ini lah yang terjadi pada kehidupan Sean Allan Walker.. Ia yang selalu mencintai Kendall A. Hawkins harus merelakan kekasih nya terseb...