❄️Happy Reading❄️
"Sehun, itu sama sekali tidak masalah. Aku menyukainya, teramat-sangat menyukai semua yang kau berikan. Meski hanya hal-hal kecil seperti ini sekali pun."
Sehun tetap menunduk, membuat Lalice bingung harus melakukan apalagi agar pemuda itu yakin. Mungkin memang takkan ada, selain membiarkan hal tersebut untuk sementara waktu.
"Sehun..."
"Ne?"
"Kau tak percaya padaku?" tanya Lalice sambil memiringkan kepala.
Sehun menggeleng keras seketika. "Aku percaya, Lice. Sangat percaya."
"Tapi kau tampak ragu."
"Ani. Hanya saja, aku pikir kau terlalu sempurna untukku, Lice." Sehun menyanggah dengan nada tanpa gairah.
Mendengar itu pun, Lalice sontak menghela napasnya. "Kau tahu dari mana kalau aku sempurna, huh?"
"A-aku---"
"Kau terus menebak-nebak, seolah kau mengerti apa yang terjadi," kata Lalice jengah. "Berhenti, Sehun. Cukup. Realita dan ekspektasi itu berbeda."
"Oleh karenanya aku seperti ini, Lice. Realita yang kita alami, adalah kau, terlahir dengan sempurna."
Lalice menatap Sehun tak habis pikir. "Jangan sok tahu! Kau bahkan belum melihatku secara langsung," ujarnya.
"Kalau begitu mari bertemu."
"Apa?!"
"Ya, mari bertemu! Tunjukkan dimana letak ketidak sempurnaanmu," ulang pemuda itu tegas.
Mata Lalice lantas bergulir. Ia beralih pada dinding-dinding kamar. "Apa kau bersungguh-sungguh?" Lalice bertanya dengan suara parau.
"Tentu. Ini bukan saat yang tepat untuk bercanda."
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah bertemu denganku?" Si gadis berponi kembali memandang Sehun. Lebih lekat, juga menyiratkan kesenduan dari mata bulat tersebut.
"Lice---"
"Apa, huh?!" pekiknya. "Jawab pertanyaanku!"
"Dengarkan aku dulu---"
"Sehun! Berhenti berbicara omong kosong. Aku hanya ingin tahu, bagaimana reaksimu setelah melihatku nanti." Lagi-lagi Lalice berseru kencang. "Kau bisa mengatakannya sekarang?"
Sehun diam.
"Tidak?" Gadis itu langsung berdecih. Lantas ia terkekeh, menertawakan keadaan yang sedang terjadi. "Buka pikiranmu lebar-lebar, Sehun!"
"Kau tidak hidup sendiri di dunia ini. Di atas langit masih ada langit, dan di bawah tanah masih ada lapisan tanah yang lain. Dan apa kau akan tetap menganggap kalau aku sempurna?" tanyanya. "Jangan mengambil asumsi hanya dalam waktu yang singkat. Bahkan kau saja belum mengenalku lebih jauh."
Dada Lalice bergemuruh hebat. Emosinya berkumpul di dalam sana. "Simpan semua persepsi bodohmu itu, tentang bagaimana kau bisa tidak pantas untuk bersamaku. Aku, sampai kapan pun, tak akan pernah mau mendengarnya lagi."
"Kau adalah kau, itulah alasan aku mencintaimu. Tak peduli seperti apa dirimu, bagaimana status sosialmu, serta siapa orang tuamu. Kapan pun kau bertanya, aku tetap menerimamu, selamanya. Karena memang kau satu-satunya yang kupilih. Dan begitulah... Cara cinta bekerja. Kau paham?" Jeda sebentar. "Baik-buruknya dirimu bukanlah hal terpenting. Tapi tulus atau tidaknya dirimu, itulah poinnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Before You Sleep || Hunlice ✓
Fanfiction"Maaf, aku salah sambung." ~ Oh Sehun "Tak apa. Aku justru senang kau menghiburku. Terus hubungi aku, sebelum kau tidur." ~ Lalice Han