❄️Happy Reading❄️
Lalice menggeliat. Sinar matahari samar mengganggu aktivitas bermimpinya. Ia lantas berusaha untuk duduk, meski sedikit sulit. Pandangannya masih cukup buram, nyawanya belum terkumpul penuh.
"Hoam."
Gadis itu mengangkat tangannya tinggi. Merenggangkan otot-otot yang terasa pegal akibat tidur dengan posisi abstrak.
"Kenapa sudah pagi? Cepat sekali, ck," gerutu Lalice, dilengkapi pula oleh suara khas bangun tidur miliknya.
Ia kesal. Padahal tadi malam, Lalice tidak bisa tidur cepat. Ia sibuk memikirkan sosok pemuda yang tak sengaja menghubunginya kala itu. Masih terbayang-bayang, hingga membuatnya seperti orang gila kemarin.
Namun sialnya, mengapa ia harus terbangun sangat pagi? Bukankah jam tidurnya belum cukup? Kalau sudah begini, kan, Lalice tidak mungkin bisa terlelap lagi. Huft~ menyebalkan!
Si gadis berponi lantas melirik nakas di samping ranjang. Ia tersenyum, kala melihat sebuah benda pipih tergeletak. Lalice benar-benar tidak waras, karena selalu saja teringat Sehun secara tiba-tiba.
Entahlah, Lalice tak mengerti. Pemuda itu seolah membawa kembali semangat hidupnya yang nyaris pergi menghilang. Sehun berhasil mengalihkan atensinya penuh, bahkan untuk sekadar berandai yang tak pasti.
"Apa nanti malam dia akan menghubungiku lagi?"
Ya, itu adalah salah satu contoh. Masih sangat banyak sebenarnya.
"Aku jadi tak sabar malam tiba."
Tuh, kan! Lalice bahkan sampai lupa kalau tadi ia sedang kesal dengan pagi.
Tidak tahu termasuk kategori apa yang Lalice rasakan saat ini. Apa mungkin cinta? Kagum? Tertarik? Lalice pun tak paham.
Yang jelas, ia belum pernah merasakannya sebelumnya. Ada sedikit sensasi yang berbeda ketika mendengar suara Sehun kemarin. Dan sepertinya, itu sudah menjadi candu bagi Lalice, karena ia ingin mendengarnya terus-menerus.
Lalice menggeleng, berusaha mengusir gejolak aneh di dadanya. Ia tak seharusnya begini. Mereka, kan, hanya dua onggok manusia yang tak sengaja berteman. Ya, berteman.
Gadis cantik itu menunduk. Ia tersadar akan sesuatu. Tiba-tiba terlintas di benaknya, tentang apakah pantas ia berharap lebih?
Lalice juga seorang makhluk. Ia perempuan. Yang sayangnya, memiliki hati yang mudah untuk jatuh cinta.
Tunggu! Apa tadi?! Jatuh cinta?! Benarkah?!
CKLEK
Pintu kamar dibuka tanpa permisi, membuat sang pemilik sontak terkejut. Ia menoleh, dan langsung mendapati presensi Sohee yang sedang berjalan ke arahnya.
"Kau memikirkan apa, Nak? Kenapa pagi-pagi sudah melamun?" tanya wanita itu.
Lalice hanya bergeming. Lebih tepatnya, ia bingung harus menanggapi seperti apa. Benar-benar memalukan jika ia menceritakan tentang semalam.
Sohee lantas berhela. Ia cukup mengerti situasi. Mungkin Lalice masih butuh waktu. Gadis berponi tersebut belum bisa sepenuhnya terbuka kepadanya.
"Ibu membawakanmu sarapan, Lice. Kau ingin makan sendiri atau Ibu suapi?" ujar Sohee, berusaha memecah kembali keheningan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me Before You Sleep || Hunlice ✓
Fiksi Penggemar"Maaf, aku salah sambung." ~ Oh Sehun "Tak apa. Aku justru senang kau menghiburku. Terus hubungi aku, sebelum kau tidur." ~ Lalice Han