4. Call Me Whatever Happens

633 86 0
                                    

















❄️Happy Reading❄️




















Pagi yang cerah, juga dingin. Musim seperti ini memang agaknya sangat berbahaya untuk keluar rumah. Rentan sakit.

Dan sekarang, Lalice beserta Sohee sedang sarapan bersama. Sedari tadi, sang anak terus saja merengek meminta pergi jalan-jalan. Namun Sohee melarang, tentu.

"Ibu..."

"Apa, Nak? Sudahlah, kau makan saja yang banyak, ya. Jangan aneh-aneh," kata Sohee sambil menggelengkan kepala.

Lalice merengut. Bibirnya dimajukan lucu. Ia nampak seperti bayi. Hal tersebut pun sukses membuat Sohee gemas bukan main. Sohee kemudian langsung menghadiahi Lalice dengan cubitan-cubitan pada pipinya.

"Ah, sakit, Bu." Gadis cantik itu mengusap bagian yang memerah akibat aksi sang ibu. Ia lagi-lagi mengerucutkan bibir.

Sohee tergelak. "Kau lucu, sih, Lice. Tangan Ibu jadi gatal ingin mencubitmu."

Lalice semakin kesal saat tawa Sohee mengudara. Lantas, ia pun memutuskan untuk mengabaikan wanita itu. Pura-pura tidak mendengar. Lebih baik, ia melanjutkan saja kegiatan makannya yang sempat tertunda.

"Maafkan Ibu, ya."

Diam.

"Lice, maaf."

Tetap diam.

"Nak, Ibu minta maaf."

Masih diam.

"Nanti Ibu adukan pada lelaki yang sering kau telepon, nih."

Mata Lalice sontak membola. Ancaman macam apa barusan? pikirnya. "Ibu tahu?"

Sohee menyeringai setan. "Tentu. Menyelidiki sesuatu adalah hal yang mudah bagi Ibu," kata wanita tersebut menyombongkan diri.

Lalice panik. "B-bagaimana bisa? I-Ibu tahu dari mana?" Ia memainkan jari-jemarinya, merasa gugup seketika.

"Itu rahasia." Sohee menaik-turunkan alisnya. Sedangkan Lalice sudah gelagapan di tempat. "Jadi? Kau mau memaafkan Ibu, kan?"

Tak ada pilihan lain. Dan tanpa berpikir lebih lama lagi, Lalice mengangguk. Terpaksa. "Iya, iya. Lalice maafkan." Ia menghembuskan napas berat. Masih tak terima sebenarnya.

"Nah, begitu, dong. Baru anak Ibu." Sohee menjepit hidung Lalice, dan si korban langsung meringis. Benar-benar penyiksaan tiada henti.

"Ibu..." Lalice merengek. Bahkan belum sampai tiga puluh detik ia memberi maaf, tapi sudah kembali terulang.

Sohee terkekeh kecil. "Arraseo, arraseo. Mian," ucapnya seraya beralih pada makanan.

Sang putri hanya bisa mencebik. Ia terlalu pasrah. Sungguh, Lalice tak pernah menyangka kalau sosok Sohee ternyata sejahil ini. Huft~ pantas saja ia terlahir seperti sekarang. Sifat turun-temurun mungkin.

"Memangnya dia itu siapa, sih? Kekasihmu, ya?" tanya Sohee, yang kemudian dibalas dengan decakan dari Lalice.

Si lawan bicara lantas merotasikan bola matanya malas. "Bukan, Bu. Kami hanya berteman," jawab gadis itu.

"Cih, berteman. Tapi kau pasti suka, kan? Mengaku saja, deh."

Lalice menggeleng tak percaya. Ibu siapa, sih, ini? batinnya. "Tidak. Sama sekali tidak, Bu."

Call Me Before You Sleep || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang