3. It Feels Very Fast

708 105 1
                                    


















❄️Happy Reading❄️

















Hari telah berganti. Dalam sebuah bangunan rumah sederhana, nampak sesosok pemuda tinggi tampan nan putih. Wajahnya terlihat tegas, disertai rambut hitam pekat yang tersisir rapi.

Setelan kemeja bergaris merah-biru menjadi pilihan baju untuk dipakainya. Lengkap pula dengan celana kain berwarna navy yang membuat penampilannya sempurna. Benar-benar menawan.

Dia adalah Oh Sehun. Atau sebut saja Sehun.

Lelaki itu memang bukan orang kaya terpandang yang dikenal seluruh dunia. Juga bukan pebisnis handal yang ditakuti perusahaan kecil.

Tapi ia hanyalah karyawan biasa. Gajinya bahkan tidak sampai menyentuh angka puluhan juta. Namun Sehun sangat bersyukur, karena setidaknya yang ia miliki masih cukup untuk ke depannya.

Dan di pagi hari ini, Sehun tengah bersiap untuk berangkat kerja. Mencari sesuap nasi, hingga malam nanti. Ia benar-benar pekerja keras, sebab tak jarang ia mengambil lembur agar mendapat bonus yang mungkin tidak lebih dari dua puluh persen penghasilannya.

Tak masalah. Itu sama sekali tak apa. Sehun butuh uang, untuk menafkahi seluruh anggota keluarganya.

"Ibu, Sehun pergi dulu, ne? Ibu baik-baik di rumah," pamitnya pada seorang wanita tua---Yoona, yang lantas dibalas dengan anggukan. "Yeri, jaga Ibu dengan benar. Jangan hanya berdiam diri di kamar saja!"

Si lawan bicara mendelik. "Aku tidak semalas itu, ya! Aku selalu menjaga Ibu tanpa kau suruh."

Sehun terkekeh. Tangannya terulur mengacak surai gadis tersebut. Membuat sang adik kesal.

"Sudah, sudah. Kalian ini bertengkar terus," komentar Yoona tak habis pikir. "Sehun, kau berangkat kerja sana! Yeri, mandi dulu!"

Sehun lantas berhenti mengganggu Yeri. Ia melangkah menuju ke pintu. "Dah, semuanya. Jangan rindu."

Pemuda itu keluar meninggalkan rumah. Kemudian, ia menaiki motor kunonya, mengendarai benda tersebut menyusuri kota.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kalau Sehun bukanlah orang berdompet tebal. Bahkan untuk pergi menggunakan taksi, ia rasa takkan mampu. Mungkin perlu tiga hari-tiga malam ia lembur.

Meski begitu, Sehun tetap tersenyum. Ia bersenandung ria sambil terus menjalan kendaraan beroda dua ini. Sesekali ia berhenti, kala lampu lalu lintas menunjukkan warna merah.

Hingga tanpa disadari, ternyata Sehun telah memasuki area kantor. Sehun terlalu menikmati perjalanannya.

Ia lantas buru-buru memarkiran motor itu, walaupun sebenarnya masih ada banyak waktu. Ia datang sangat pagi.

"Annyeong, yeorobun!" sapanya saat baru saja sampai ke dalam, bertemu teman-temannya. Beberapa dari mereka menyapa balik, tapi ada juga yang hanya tersenyum.

Kantor masih sepi, tentu. Dan anggaplah Sehun sebagai salah satu karyawan teladan karena datang awal-awal.

"Hai, Sehun-ssi. Pulang jam berapa kau kemarin?" tanya Chanyeol, rekan kerjanya.

"Paling-paling pukul dua belas malam. Kau seperti tidak mengenal Sehun saja," timpal Kai yang tiba-tiba datang membawa setumpuk berkas. Ia meletakkannya di meja Sehun.

"Terima kasih untuk sarapannya, kawan." Sehun tertawa, disusul pula oleh dua manusia itu. "Aku pulang pukul sepuluh, Chan. Memangnya kenapa? Apa kau ingin berbaik hati kepadaku, dan mengerjakan semua pekerjaanku ini?"

Call Me Before You Sleep || Hunlice ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang